Krematorium Cilincing: Ada Sejak 1975, Tempat Pembakaran Jenazah Lintas Agama Terlengkap di DKI

Berdiri sejak 1975, Yayasan Daya Besar Krematorium Cilincing, Jakarta Utara, menjadi tempat pembakaran jenazah terbesar & terlengkap di Jabodetabek

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO
Berdiri sejak 1975, Yayasan Daya Besar Krematorium Cilincing, Jakarta Utara, menjadi tempat pembakaran jenazah terbesar & terlengkap di Jabodetabek 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING - Berdiri sejak 1975, Yayasan Daya Besar Krematorium Cilincing, Jakarta Utara, masih menjadi tempat pembakaran jenazah terbesar dan terlengkap di Jabodetabek.

Oleh pendirinya, Dr. Aggy Tjetje yang juga dikenal sebagai kakak kandung pengusaha jalan tol Yusuf Hamka, krematorium ini ditempatkan di pesisir Cilincing.

TONTON JUGA

Lokasinya benar-benar persis di tepi lautan Teluk Jakarta.

Pada area sekitar 5 hektar di Jalan Krematorium Cilincing, tempat ini menjadi area pembakaran jenazah yang berada dalam satu kompleks dengan Pura Segara.

Manajemen dan Personalia Krematorium Cilincing Heru Prayitno mengatakan, ada tujuh ruang kremasi yang dibagi menurut proses pembakaran jenazahnya.

Foto-foto Krematorium Cilincing.
Foto-foto Krematorium Cilincing. (TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO)

"Kami di sini ada tujuh ruang kremasi dengan metode pembakaran tradisional dengan media kayu, serta satu ruang kremasi modern dengan oven," kata Heru di lokasi, Rabu (28/7/2021).

Krematorium ini, kata Heru, merupakan tempat pembakaran jenazah lintas agama.

Baca juga: Indonesia Tambah Medali Perunggu di Olimpiade Tokyo 2020, Rahmat Erwin Termotivasi Ucapan sang Ayah

Baca juga: Kemegahan Kandang Persija Langsung Pecahkan Rekor MURI:Atap Buka-Tutup hingga Stadion Green Building

Baca juga: Kisah Pedagang Cilok Nyentrik Pakai Jas Mirip Pejabat, Putar Otak Ogah Menyerah karena Pandemi

Jenazah-jenazah yang dikremasi di sini ialah mereka yang memeluk agama Hindu, Buddha, Kristen, serta Katolik.

"Di sini juga ada fasilitas ruang penyimpanan abu jenazah. Ada dua ruangan penyimpanan agama Buddha dan satu agama Kristen," kata Heru.

Setiap harinya, sedikitnya tiga jenazah dari berbagai keyakinan dikremasi di Krematorium Cilincing.

TONTON JUGA

Namun sekitar sebulan belakangan ini, kedatangan jenazah meningkat seiring bertambahnya kasus aktif virus corona.

Per 17 Juli 2021 lalu, Krematorium Cilincing mulai menerima kedatangan jenazah Covid-19 untuk dikremasi di sana.

Adapun kremasi jenazah tradisional dihargai Rp 4 juta, sementara kremasi oven dihargai lebih mahal yakni Rp 5 juta.

Foto-foto Krematorium Cilincing
Foto-foto Krematorium Cilincing (TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO)

Pengelola juga menyediakan layanan kapal apabila keluarga dari jenazah yang dikremasi berniat melaksanakan larung ke Teluk Jakarta.

"Biaya sewa kapal untuk larung itu Rp 1 juta. Itu dari krematorium ke tengah laut sekitar 30 menit," kata Heru.

Di sisi lain, biaya kremasi jenazah Covid-19 lebih mahal dengan banderol Rp 7 juta.

Perbedaan harga, tambah Heru, dipertimbangkan berdasarkan biaya tambahan untuk penanganan Covid-19 serta jam kerja pegawai kremasi.

TONTON JUGA

"Ya kita cost-nya harus mengeluarkan lebih ya, karena penanganan jenazah Covid-19 itu juga kan berbeda. Misalnya petugas harus pakai APD (alat pelindung diri), kemudian jam kerja mereka juga bertambah," ucap Heru.

Dengan segala fasilitasnya, Krematorium Cilincing menjadi tempat pembakaran jenazah terlengkap di DKI Jakarta.

Karena itu pula, tak sedikit keluarga yang memakai jasa kremasi di Krematorium Cilincing yang berasal dari Jabodetabek, bahkan luar daerah.

Segala sarana dan prasarana semakin dimatangkan ketika akhirnya diputuskan menerima jenazah Covid-19.

Petugas kremasi yang berjumlah 10 orang kini dipersiapkan untuk pemulasaran jenazah.

Baca juga: Niat Bakar Sampah di Lahan Kosong, Warga Ciganjur Kaget Api Malah Membesar: Langsung Lapor Damkar

Mereka harus mengenakan alat pelindung diri lengkap saat proses kremasi jenazah.

"Kita menyiapkan sarana prasarana untuk kremasi jenazah Covid-19. Mulai dari petugas pakai APD, kita beri suplemen tambahan juga untuk mereka, atur ritme pekerjaan, jangan sampe terlalu over dari limit kesehatan," papar Heru.

Untuk memaksimalkan pelayanan, saat ini sembilan ruang kremasi tengah dibangun di Krematorium Cilincing.

Ditargerkan selesai dua bulan ke depan, sembilan ruang kremasi yang tengah dibangun itu untuk melengkapi tujuh ruang kremasi kayu yang saat ini sudah mulai termakan usia.

Di sisi lain, Krematorium Cilincing belum berencana menambah ruang kremasi oven.

TONTON JUGA

Selain harganya yang tinggi, ruang kremasi oven yang ada saat ini masih dalam kondisi prima.

"Dulu aja pas dibeli tahun 1975, harganya udah Rp 1 miliar. Jadi bisa dibayangi sekarang berapa itu harga mesin oven," kata Heru.

Pelayanan Umat

Pada awalnya, Aggi Tjetje bermaksud mendirikan Krematorium Cilincing untuk membantu warga yang ingin melakukan kremasi keluarganya. 

"Aggi Tjetje seorang yang sosialnya tinggi, jadi menginisiasi Krematorium Cilincing ini lebih ke kegiatan sosial," kata Heru.

Foto-foto Krematorium Cilincing.
Foto-foto Krematorium Cilincing. (TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO)

Karenanya, demi mengenang jasa Aggi, pengelola akan mengganti nama Krematorium Cilincing menjadi Krematorium Dr. Aggi Tjetje S. H.

Sosialisasi rencana perubahan nama tersebut akan diwujudkan pada Minggu (2/8/2021) mendatang seiring acara bakti sosial serta sosialisasi.

Masih sejalan dengan pemikiran Aggi, kini Krematorium Cilincing bisa saja menggratiskan biaya kremasi apabila keluarga jenazah benar-benar tergolong tidak mampu.

Keeputusan menggratiskan biaya kremasi bisa diambil apabila warga pemohon bisa membuktikan mereka tidak mampu membayar.

Baca juga: Dinas Kesehatan Ungkap Data, Baru 5.627 Remaja Tangsel yang Ikut Vaksinasi Covid-19 

"Kalo memang ada masyarakat yang tidak mampu, dengan adanya surat tidak mampu dari kelurahan, bisa kita langsung potong 50 persen," kata Heru, Minggu (18/7/2021).

"Kalau memang kondisi masyarakat memang benar-benar tidak mampu kita gratiskan pun nggak masalah. Asal ada bukti-bukti memang kondisinya sudah memungkinkan kita ambil keputusan itu," sambung Heru.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved