Lurah Batujaya Tak Mendapat Keluhan Warga Soal Adanya Mural Jokowi 404: Not Found
Jamaludin, Lurah Batujaya, mengungkapkan awal penemuan mural Jokowi 404: Not Found di wilayahnya.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Septiana
Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota, Kompol Abdul Rachim, mengatakan, akan memburu seniman pembuat mural tersebut.
Sebelumnya, mural bernada kritik terhadap pemerintah itu tak bertahan lama, hanya beberapa hari dan akhirnya dihapus dengan cara dicat hitam, oeleh aparat kepolisian, TNI dan Kecamatan.
"Tetap diselidiki itu perbuatan siapa. Karena bagaimanapun itu kan lambang negara, harus dihormati," kata Rachim, Jumat (13/8/2021)
Penyelidikan terhadap sosok seniman mural itu dilakukan lantaran karyanya dianggap melecehkan lambang negara dan tidak berjiwa nasionalis.

"Presiden itu Panglima Tertinggi TNI-Polri, itu lambang negara. Kalau kita sebagai orang Indonesia mau pimpinan negara digituin. Jangan dari sisi yang lain kalau orang punya jiwa nasionalis," terang Rachim.
Namun, Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, menganggap mural merupakan seni, media ekspresi masyarakat.
Baca juga: Sosiolog Sebut Penghapusan Mural Jokowi 404 Not Found di Tangerang Bentuk Pembungkaman dan Represi
Sebagai seni, mural tidak bisa dihakimi, apa lagi sampai dihapus tanpa ada diskusi sebelumnya.
Melukis mural bukanlah kejahatan, dan senimannya bukanlah penjahat.
"Karenanya tindakan aparat menghapus mural kritik sosial itu dalam perspektif demokrasi adalah bentuk baru represi dan pembungkaman yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi."
Menurut Ubedilah Badrun, aparat kepolisian menggunakan tenaganya untuk turut mengejar koruptor yang buron.
"Apa lagi sampai aparat mengejar pembuatnya seperti mengejar penjahat. Koruptor jauh lebih jahat loh, mendengingan kejar Harun Masiku dan aktor koruptor lainya dalam kasus korupsi bansos," kata Ubedilah saat dihubungi, Sabtu (14/8/2021).
Baca juga: Polisi Buru Pembuat Mural Jokowi 404 Not Found di Batuceper Tangerang
Penghapusan mural bentuk pembungkaman dan represi
Penghapusan mural bernada kritik bergambar Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Jalan Pembangunan 1, Batujaya, Batuceper, Kota Tangerang, mendapat kritikan pedas dari Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun.
Menurut Ubedilah, mural adalah ekspresi seni, dan tidak bisa dihakimi begitu saja, apa lagi sampai dimusnahkan.
"Sebagai karya seni ia hanya bisa dinilai dan diperdebatkan, apalai jika muralnya mural kritik sosal, tidak bisa dihakimi apalagi dihapus tanpa diskusi," ujar Ubedilah Badrun saat dihubungi, Sabtu (14/8/2021).