Sisi Lain Metropolitan

Dulu Raup Ratusan Juta, Curhat Pengusaha Bendera Sulit Jualan ke Warga: Mau Makan Saja Susah

Marsa Putri (20), pengusaha Bendera Merah Putih dan umbul-umbul terkena imbas pandemi Covid-19 pada tahun ini. Dulu usahanya raup ratusan juta rupiah.

Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI
Sebuah lapak pedagang bendera musiman di Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur, Senin (13/8/2018). pengusaha Bendera Merah Putih dan umbul-umbul terkena imbas pandemi Covid-19 pada tahun ini. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Marsa Putri (20), pengusaha Bendera Merah Putih dan umbul-umbul terkena imbas pandemi Covid-19 pada tahun ini.

Usaha turun temurun keluarga Marsa sejak puluhan tahun lalu menurun drastis karena dampak pandemi.

Sebelum pandemi Covid-19, omzet keluarga Marsa menjual Bendera Merah Putih mencapai Rp 100 juta.

Semenjak pandemi Covid-19, keuntungan Marsa merosot sampai 50 persen.

Apalagi, Marsa mengaku sulit menjual bendera Merah putih dan umbul-umbul kepada warga.

Banyak warga yang tak lagi membeli bendera Merah Putih pada peringatan HUT ke-76 RI.

Baca juga: Biasa Dapat Rp100 Juta, Penghasilan Pengusaha Bendera Turun Saat Covid-19: Usaha Warisan dari Kakek

Curhat Marsa

Suasana di kediaman Marsa yang ada di kawasan Jakarta Timur. Ayahnya, Dede tengah berbincang dengan pedagang yang akan menjajakan bendera serta umbul-umbul tiap bulan Agustus, Kamis (19/8/2021)
Suasana di kediaman Marsa yang ada di kawasan Jakarta Timur. Ayahnya, Dede tengah berbincang dengan pedagang yang akan menjajakan bendera serta umbul-umbul tiap bulan Agustus, Kamis (19/8/2021) (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH)

Marsa menceritakan usaha keluarganya mengalami kemunduran imbas pandemi.

"Ini usaha turun temurun dari kakek. Ada dari tahun 1980-an. Itu kakek aku dari Cirebon ke Jakarta langsung dagang bendera dan akhirnya buat bendera sendiri. Jadi punya konveksi sendiri," kata Marsa kepada TribunJakarta.com, Kamis (19/8/2021).

Di tahun ini, usaha yang dirintis keluarganya secara turun temurun tak lagi sejaya dulu.

Marsa mengungkapkan sektor ekonomi yang sulit membuat warga berpikir berulang kali untuk membeli bendera ketika HUT ke-76 RI.

Baca juga: Biasa Dapat Rp100 Juta, Penghasilan Pengusaha Bendera Turun Saat Covid-19: Usaha Warisan dari Kakek

"Sekarang mau makan aja susah. Jadi pasti mereka mendahulukan untuk kebutuhan keluarga," katanya.

Marsa mengatakan pendapatannya berjualan bendera Merah Putih dan umbul-umbul dalam sebulan pendapatan bisa mencapai puluhan juta.

Kini, Marsa mengaku mendapatkan Rp 15 juta saja sudah bersyukur.

"Biasanya bisa puluhan juta. Tapi ternyata 17-an di tahun ini beda," katanya.

Baca juga: Viral Larangan Pembentangan Bendera Merah Putih di Jembatan PIK, Polisi dan Pemkot Buka Suara

"Pembelinya menurun dan paling cuma sekitar Rp 10 juta atau mentok di Rp 15 juta," tambah Marsa.

"Ini untuk masyarakat umum ya," ungkapnya.

ilustrasi
ilustrasi (TribunJakarta/Bima Putra)

Beruntungnya, usaha keluarga ini sudah banyak dikenal oleh sejumlah intansi pemerintah maupun swasta.

Sehingga penghasilan keluarganya tertolong dari pesanan yang masuk sebelum HUT Ke-76 RI tiba.

"Alhamdulillahnya ketolong dari instansi aja. Jadi borongan dan banyak yang pesan umbul-umbul juga," kata Marsa.

"Sebab kalau harapkan masyarakat umum, ya paling yang beli seperti RT dan RW aja. Yang benar-benar warga susah juga," tambahnya.

Baca juga: Cuma Pakai Popok, Pria di Bekasi Ini Kibarkan Bendera Merah Putih di Jalanan Bekasi

Marsa mengatakan di HUT ke-76 RI tahun ini omzet yang didapat menurun hingga 50%.

Bila biasanya sebelum pandemi bisa mencapai Rp 100 juta, kini hanya setengahnya.

"Penghasilan biasanya dapat Rp 100 juta karena pesanan kan banyak dan partai besar."

"Tapi sekarang berkurang, ya ada sampai setengahnya berkurang. Ya itu karena warga umumnya sudah jarang yang beli," imbuhnya.

Pedagang Keliling Berkurang

ilustrasi
ilustrasi (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Keluarga Marsa yang memiliki usaha bendera Merah Putih dan umbul-umbul selalu mendatangkan pedagang kecil jelang 17 Agustus.

Bila biasanya yang didatangkan berjumlah 20-30 orang.

Tahun ini hanya 12 pedagang saja.

"Ada pedagang kelilingnya juga. Tahun ini sedikit cuma 12 orang."

"Papa kan nggak mau banyak-banyak buat hindari kerumunan," jelasnya.

Baca juga: Semarakkan Kemerdekaan, Anak Punk Tangsel Gelar Upacara Bendera Hingga Kenang Perlawanan ke Penjajah

"Jadi cuma datangin yang masih muda dan sehat aja."

"Itu didatengin dari Majalengka," tambahnya.

Para pekerja ini akan membeli bendera serta bambu lebih dulu.

Ketika tidak laku maka akan dibeli kembali oleh keluarga Marsa.

Sementara untuk fasilitas selama di Jakarta, para pedagang akan disiapkan tempat tinggal seperti mess di belakang kediaman Marsa di kawasan Jakarta Timur.

"Walaupun omset turun drastis, keluargaku tetap nggak mau buat anak buahnya rugi."

"Jadi begitu bendera dan bambunya nggak laku, ya tetap dibeli kembali."

"Tahun ini paling banyak cuma Rp 4 juta perpedagang."

"Padahal tahun lalu, bisa capai Rp 10 juta perpedagang dalam satu bulan keliling," katanya. (TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved