Sisi Lain Metropolitan
Kisah Dokter Aditya, Malaikat Penolong yang Rela Dibayar dengan Sayur Demi Kesehatan Warga
Sudah tiga tahun dr. Sukma Aditya Putra, MKM, CHt, CI membuka Klinik Aditya Medika dengan bayaran seikhlasnya dan gratis bagi tidak mampu.
Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Sudah tiga tahun dr. Sukma Aditya Putra, MKM, CHt, CI membuka Klinik Aditya Medika dengan bayaran seikhlasnya dan gratis bagi tidak mampu atau dhuafa.
Pada klinik yang berlokasi di Jalan Pagelarang, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur ini warga dapat mengakses layanan kesehatan tanpa harus memusingkan biaya perawatan.
Bahkan pernah ada pasien di Klinik Aditya Medika yang datang untuk berobat lalu membayar dengan sayuran, memberikan makanan, hingga doa sesuai kemampuannya.
"Pernah ada mereka membawa makanan, sayuran, atau yang ada di rumah. Karena kita juga enggak mematok, bahkan gratis untuk dhuafa," kata dr. Aditya di Jakarta Timur, Minggu (2/11/2025).
Sejak awal klinik berdiri di tahun 2022 dr. Aditya memang melayani setiap pasien di Klinik Aditya Medika tanpa membeda-bedakan status ekonomi, ataupun latar belakang lainnya.
Termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), semua dilayani dengan tujuan menolong sesama dan agar warga dapat mendapat pelayanan kesehatan maksimal.
Setiap hari usai jam kerjanya sebagai aparatur sipil negara (ASN) Dinas Kesehatan DKI Jakarta berakhir, dr. Aditya melayani warga yang datang berobat ke Klinik Aditya Medika.
"Kita sebetulnya juga tidak memaksakan. Pada saat pasien membawa kita pasti sampaikan bahwa ini (bayar) tidak menjadi kewajiban. Enggak bayar sama sekali pun enggak masalah," ujarnya.
Kini layanan diberikan Klinik Aditya Medika meliputi pemeriksaan kesehatan umum dewasa dan anak, pelayanan gawat darurat, konsultasi obat, bedah minor, cek gula darah, kolesterol, dan asam urat.
Kemudian sunat dengan metode terbaru, fisioterapi (inhalasi nebulizer), rapid test antigen, thibbun nabawi, perawatan luka, pelayanan KIA/KB, hipnoterapi, dan keluhan medis lainnya.
Rata-rata per harinya 60-100 warga dengan berbagai keluhan datang untuk berobat di Klinik Aditya Medika, jumlahnya cenderung meningkat dibandingkan saat awal klinik didirikan.
"Mau bayar pakai doa pun Alhamdulillah, jadi bukan merupakan kewajiban (membayar) dan kami tidak minta. Tapi beberapa pasien tetap memaksa sebagai bentuk terima kasih," tuturnya.
Niat membuka klinik sosial muncul saat dr. Aditya melihat banyak warga yang baru datang ke fasilitas kesehatan ketika kondisi dialami sudah dalam kategori buruk, bukan saat awal sakit.
Realita warga yang sulit mendapat akses layanan kesehatan ini pun kian ditemukannya saat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, hingga dia bertugas sebagai dokter.
Meski operasional klinik membebani kantongnya, karena dia harus menyisihkan gaji untuk membayar seluruh pegawai, obat, dan biaya terkait lain tapi dia tetap berupaya bertahan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/dr-Sukma-Aditya-Putra-saat-memberi-keterangan-di-Kl.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.