Sisi Lain Metropolitan

Cerita Wulan Tertipu Perusahaan Penyalur Kerja Ilegal, Uang Rp 23 Juta Pun Lenyap

Wulan menjadi satu diantara Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) ilegal yang berhasil diselamatkan pemerintah melalui BP2MI

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Wulan, CPMI ilegal asal Lampung yang dijanjikan bekerja di pabrik peternakan di Polandia saat berada di Rumah Perlindungan BP2MI, Ciracas, Jakarta Timur. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Mencoba bekerja di luar negeri, Wulan (22) malah menjadi korban perusahaan penyalur tenaga kerja ilegal.

Wulan menjadi satu diantara Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) ilegal yang berhasil diselamatkan pemerintah melalui Badan Pelindungan Pekerjaan Migran Indonesia (BP2MI).

Perempuan 22 tahun ini menuturkan baru pertama kali mencoba untuk bekerja di luar negeri.

Nahas, dirinya justru hampir saja menjadi korban perdagangan orang imbas perusahaan penyalur tenaga kerja yang diikutinya tidak resmi atau ilegal.

Kepada TribunJakarta.com, Wulan menuturkan ingin mengubah nasib keluarganya.

Iming-iming gaji atau upah belasan juta membuat dirinya tertarik.

Mulanya, Wulan didatangi oleh satu diantara calo ke kediamannya di Lampung.

Mencoba meyakinkan Wulan, semua yang diucapkan calo tersebut didengarkan olehnya baik-baik kala itu.

Pendidikan yang tak menjadi kendala, keberangkatan yang cepat hingga adanya pelatihan kerja kian membuatnya yakin.

Baca juga: BP2MI Selamatkan 33 Calon Pekerja Migran Indonesia Ilegal yang Hendak Dipekerjakan di Qatar

"Kalau saya dijanjikan dua minggu terbang ke Polandia. Saya dikerjakan di sektor peternakan jadi tukang potong ayam. Ini pertama kalinya saya coba kerja di luar negeri," katanya lebih lanjut di Ciracas, Rabu (25/8/2021).

Dalam waktu singkat, calo tersebut meminta Wulan untuk membayar biaya pengurusan hingga keberangkatannya ke Polandia sebesar Rp 23 juta.

Tak bisa dicicil, nominal tersebut harus dibayar kontan atau tunai.

"Saya sudah membayar Rp 23 juta. Itu memang diminta untuk keberangkatan ke Polandia," lanjutnya.

Layaknya pepesan kosong, pelatihan yang dijanjikan tak kunjung ada.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved