Buat Bertahan Hidup, Korban Kebakaran Kampung Pemulung Bintaro Jual Material yang Masih Tersisa
Bahkan, material rumah yang hangus terbakar, namun masih memiliki nilai jual, seperti seng, kaleng dan besi, dijual.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK AREN - Korban kebakaran Kampung Pemulung Bintaro, Jalan Haji Sarmili, Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel), memanfaatkan barang-barang terakhir mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Bahkan, material rumah yang hangus terbakar, namun masih memiliki nilai jual, seperti seng, kaleng dan besi, dijual.
Terlebih, sebagian barang-barang tersebut merupajan hasil mereka memulung dan sedang dikumpulkan sebelum kebakaran terjadi.
"Ya ada yang beli, dari pada ini kan, masih bisa dijual, ya dijual buat orang yang ada di sini. Jadi besi-besi yang masih bisa dikumpulin, dijual," ujar Muhidin (45), salah satu korban kebakaran, Jumat (27/8/2021).
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, terlihat satu truk besar diisi penuh seng dan kaleng.
Warga Kampung Pemulung bahu-membahu membungkus kaleng dan seng ke dalam karung lalu diangkat ke bak truk.
Namun, Muhidin tidak berharap banyak dari barang sisa terbakar yang dijual itu, karena harganya sangat murah.
"Itu kan cuma kaleng yang kebakar, paling 1 ton lebih. Harganya juga enggak mahal, paling sekilo Rp 200 - Rp 300," ujarnya.
Uang tersebut akan digunakan seluruh warga Kampung Pemulung secara bersama-sama.
Baca juga: Pernah Jadi Anak Angkat, Putra Cilok Minta Ashanty Bantu Korban Kebakaran Kampung Pemulung Bintaro
"Ini bareng-bareng semuanya. Enggak ada yang sendiri-sendiri kalau begini mah," ujarnya.
Seperti diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, sekira 100-an rumah semi permanen di kampung pemulung ludes terbakar dan rata dengan tanah usai kebakaran terjadi, pada Rabu (25/8/2021) subuh.
Sebanyak 200-an orang yang tinggal di lapak pemulung terdampak.
Mukroni (36), pemilik lapak, mengatakan api muncul sekira pukul 03.00 WIB, tanpa tahu penyebabnya.
"Jam tiga kejadian, orang lagi pada tidur," ujar Mukroni.
