Pengorbanan Sopir Truk 3 Bulan Nunggu Kapal, Ada yang Jual Cincin Kawin sampai Telur Ayam Menetas
Umbu mengaku sudah dua bulan berada di parkiran Pelabuhan Lembar. Dia dan para sopir lainnya sudah kehabisan makanan, serta kesulitan tempat tinggal.
Penulis: Abdul Qodir | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Cerita pilu dialami puluhan sopir dan kernet truk pengangkut barang di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, NTB.
Hampir tiga bulan lamanya mereka bertahan di hidup dengan perbekalan terus menipis demi menunggu datangnya kapal Egon atau kapal Pelni berkapasitas penumpang tujuan Sumba, NTT
Kapal Egon yang mereka tunggu ternyata sedang docking di Semarang, Jawa Tengah.
Truk-truk dengan barang bermuatan 8-10 ton tersebut diparkir rapi di depan bekas bangunan Jembatan Timbang, Pelabuhan Lembar, Lombok Barat.
Jual cincin kawin
Para sopir truk asal NTT mulai kesulitan bertahan hidup setelah hampir tiga bulan tertahan di Pelabuhan Lembar, denga perbekalan terus menipis
Untuk biaya makan dan kebutuhan sehari-hari, mereka terpaksa menjual barang-barang berharga miliknya. Termasuk cincin kawin.
Baca juga: Cerita Ibu Selamatkan Anaknya Lolos dari Rumah yang Terangkat Angin Ribut: Tertolong Celah Dinding
Seperti Yan Rara Lunggi (23), sopir asal Kabupaten Sumba Timur, NTT ini terpaksa menjual cincin kawinnya.
”Mau tidak mau dengan adanya tuntutan kebutuhan rumah tangga, barang yang ada harus kami jual untuk bertahan hidup di sini dan anak istri di rumah,” katanya, pada TribunLombok.com, Jumat (3/9/2021).
Karena hampir semua barang berharga sudah dijual, Yan Rara dengan berat hati harus menjual cincin pernikahannya dengan Meryati Tamu Ina (22). Cincin seberat 2 gram tersebut dijual seharga Rp 1,2 juta.
Yan mengaku terpaksa karena hanya cincin itu yang bisa mendatangkan uang cukup untuk kebutuhan sehari-hari di Pelabuhan Lembar.
Baca juga: Kisah Bocah SD Dipatuk Ular Kobra Saat Tertidur, Dibawa ke Orang Pintar Sebelum Meninggal Dunia
Sebagian uang hasil penjualan cincin juga untuk biaya hidup istri dan anaknya yang menunggu di kampung halaman.
”Karena anak masih kecil (dikirim) untuk biaya beliin susu,” katanya.
Yan Rara mengaku baru dikaruniai seorang balita berusia 1 tahun 9 bulan.
Selama tertahan di Pelabuhan Lembar, dia selalu memikirkan nasib anak istrinya di kampung halaman.
