Gerakan 30 September
Tak Sadar Nonton Latihan PKI Semasa Kecil, Asiah Teringat Pesan Ayah 'Sebentar Lagi Ada Perang'
Menurut Asiah, seringkali ia melihat latihan sekelompok orang berpakaian tentara saat ia bersekolah.
"Habis ngomong begitu, enggak lama saya lihat bapak saya gali lubang dalam sekali."
Baca juga: Sekilas Kisah Lettu Pierre Tendean Gugur di Peristiwa G30S/PKI, Wafat Usia 26 Tahun
"Katanya buat tempat kita sembunyi kalau beneran perang. Jadi semacam ruang sembunyi bawah tanah," ujar Asiah.
Ketakutan tinggalah ketakutan, dalam sekejap Asiah kembali lupa perihal peringatan orangtuanya.
Dengan polos, ia yang saat itu masih terbilang gadis kecil berjalan ke sekolah dan kembali menonton latihan perang.
Suasana Ramai Sebelum G30S PKI
Dikatakan Asiah, pagelaran Reog dan layar tancap sering digelar di kawasan Lubang Buaya pada malam.
"Tapi saya lupa lagi sama omongan bapak. Namanya anak kecil ya kita masih senang main. Apalagi suasana sebelum G30S PKI itu masih ramai," imbuh Asiah.
Namun, tiba-tiba saja saat itu semua ucapan sang ayah terbukti kebenarannya.
Dimulai dari penghentian kegiatan belajar mengajar di sekolah secara tiba-tiba.
Arjono yang menjadi panutannya sebagai guru, dibawa paksa oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca juga: 56 Tahun Berlalu, Cek Kronologi Sejarah G30S/PKI dan Jenderal yang Selamat Berkat Soekarno
Belakangan beredar kabar, Arjono terbukti memfasilitasi para PKI untuk berlatih perang.
Rumah Arjono bahkan menjadi tempat penyimpanan senjata.
Keganasan PKI semakin terlihat jelas ketika satu per satu keberadaan Pahlawan Revolusi mulai ditemukan.
Asiah sempat menangis tersedu mengetahui sekolah dan hiburan seperti kedok PKI, agar kejahatan mereka tak terendus masyarakat.
"Akhirnya ucapan bapak saya benar. Area sekolah saya tuh kalau sekarang kayak dikasih garis polisi. Di dekat rumah Pak Arjono ditemukan mayat Pahlawan Revolusi. Akhirnya saya berhenti sekolah sampai di kelas 3."
Baca juga: Peringati G30S/PKI, Melihat Museum Sasmitaloka Jenderal TNI Ahmad Yani di Menteng
Setelah kejadian tersebut, Asiah tak lagi melanjutkan sekolah.
Asiah berubah menjadi anak yang lebih penurut kepada sang ayah dan tak lagi mudah mempercayai orang lain.