Ground Breaking Tahun 2018, Pembangunan Fasilitas Pengelolaan Sampah di Sunter Masuk Pra-Konstruksi
Pembangunan Intermediate Treatment Facilities (ITF) akan masukin pra konstruksi pada akhir tahun.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Pembangunan Intermediate Treatment Facilities (ITF) akan masukin pra konstruksi pada akhir tahun.
Direktur Proyek ITF sekaligus Plt. Direktur Utama PT JSL, Aditya Bakti Laksana mengatakan ITF Sunter merupakan mandat Pemprov DKI Jakarta kepada Jakpro melalui Pergub 33 Tahun 2018 tentang Penugasan Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara di Dalam Kota/Intermediate Treatment Facility (ITF).
Proyek ITF Sunter, kata Aditya, merupakan pengolahan sampah terbesar di Indonesia yang menghasilkan tenaga listrik dengan teknologi pengolahan sampah yang teruji, modern dan ramah lingkungan.
“Jakpro dan PT JSL akan segera memulai pekerjaan pra konstruksi pada akhir tahun ini. Mohon doa dan dukungannya agar proyek ini dapat berjalan lancar dan menjadi solusi bagi Ibukota dan warga Jakarta, Maju Kotanya Bahagia Warganya,” katanya, Jumat (1/10/2021).
Diketahui, timbunan sampah DKI Jakarta saat ini mencapai kurang lebih 7.800 ton/hari dan setiap harinya semua sampah tersebut dikirim ke TPST Bantar Gebang.
Sehingga, kata Aditya pembangunan ITF Sunter menjadi solusi untuk mengurangi beban sampah TPST Bantar Gebang.
Baca juga: Hasil Evaluasi Kontrak Kerja Sama TPST Bantargebang: Kota Bekasi Minta Kompensasi Uang Bau Ditambah
Terlebih, ITF Sunter diketahui mampu mengolah 2200 ton/hari dan dapat mengurangi 30% sampah Jakarta yang setiap harinya dikirim ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang.
“Itu sebabnya ITF Sunter menjadi salah satu solusi dan prioritas bagi DKI Jakarta untuk mampu menyelesaikan permasalahan persampahan di Ibu Kota" tandasnya.
Untuk diketahui, Kontrak Pemprov DKI Jakarta dengan Pemkot Bekasi soal tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Bantargebang bakal berakhir Oktober 2021 mendatang.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria buka suara hal ini, ia menyebut, pihaknya bakal mempercepat pembangunan Intermediate Treatment Facilities (ITF) di ibu kota.
Baca juga: Wali Kota Bekasi Sebut Pembahasan Kontrak Kerja Sama TPST Bantargebang Harus Arif di Situasi Pandemi
"Sekarang kami mempersiapkan proses pembangunan empat ITF di Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur," ucapnya, Senin (20/9/2021).
Ketua DPD Gerindra DKI ini mengakui, pembangunan ITF saat ini memang belum dimulai.
Saat ini, pembangunannya masih berkutat pada proses pelelangan dengan pihak swasta.

Untuk mengatasi masalah sampah di Jakarta, Ariza menyebut, pihaknya bakal mempercepat proses pelelangan agar pembangunan ITF bisa segera dijalankan.
"Doakan saja semua berjalan lancar, siapapun yang berkesempatan memenangkan tender, bisa membangun, sehingga kita enggak ada masalah lagi dengan sampah," ujarnya di Balai Kota.
Ariza pun optimis, pembangunan ITF bisa menjadi solusi pengelolaan sampah yang selama ini menjadi masalah di ibu kota.
Baca juga: ITF Sunter Ditargetkan Beroperasi 2024, Molor 2 Tahun?
"Insya Allah kita punya pengelolaan sampah berteknologi tinggi, baik, seperti negara maju di dunia," tuturnya.
Selanjutnya, Pemprov DKI berencana membangun ITF di empat lokasi berbeda.
Keempat ITF ini nantinya bakal tersebar di berbagai wilayah ibu kota dan diharapkan dapat mengurangi volume sampah.
Dalam proyek ini, Sarana Jaya mendapat jatah membangun ITF di wilayah layanan timur dan selatan.
Sedangkan, PT Jakpro mendapat jatah membangun ITF pusat di kawasan Sunter, Jakarta Utara dan wilayah layanan barat.
Dengan pengolahan berbasis teknologi yang tepat guna, teruji, dan ramah lingkungan, diharapkan sampah-sampah rumah tangga bisa disulap menjadi energi terbarukan yang memiliki kemanfaatan umum atau nilai tambah.
Baca juga: Molor 2 Tahun, ITF Sunter Ditargetkan Baru Beroperasi Pada 2024
Menurut rencana, ITF wilayah layanan barat direncanakan akan mengolah sampah sebesar 2.000 ton per hari dengan efisiensi 80 persen.
Kemudian, ITF di wilayah layanan timur dan selatan diprediksi mampu mereduksi sampah sebanyak 70 hingga 90 persen.
Sementara ITF Sunter mampu mengurangi sampah sebanyak 2.200 ton per hari dan diperkirakan mampu menghasilkan energi listrik sebesar 35 Megawatt.
Fasilitas pengelolaan sampah ini juga diharapkan dapat meminimalkan ketergantungan daerah terhadap Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di luar daerah.
Data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI, jumlah sampah di ibu kota mencapai 5.665 ton sampah/hari di tahun 2014, tahun 2015 sebanyak 6.419 ton sampah/hari, dan tahun 2016 sebanyak 6.562 ton sampah/hari.
Jumlah ini terus meningkat di tahun 2017 sebanyak 6.875 ton sampah/hari, tahun 2018 sebanyak 7.453 ton sampah/hari, tahun 2019 sebanyak 7.702 ton sampah/hari, dan tahun 2020 sebanyak 7.424 ton sampah/hari.
Untuk komposisi sampah DKI Jakarta didominasi secara berturut-turut oleh sisa makanan (53%), plastik (9%), residu (8%), kertas (7%), dan lain-lain.
Di sisi lain, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi tengah melakukan evaluasi, hal ini disampaikan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, Sabtu (18/9/2021).
"Kita lagi evaluasi kerja sama itu yang bulan Oktober (2021) kalau nggak salah habis," kata pria yang akrab disapa Pepen.
Pihaknya menginginkan, Pemprov DKI Jakarta dapat membuat program khusus soal pengelolaan di TPST Bantargebang agar mengurangi deposit gunung sampah yang ada.

"Harus ada tempat pembuangan sampah terpadu yang menggunakan energi terbarukan, yaitu menjadi listrik, menjadi bahan batu briket bara, supaya mengurangi deposit," jelasnya.
Sejauh ini, gunungan sampah di TPST Bantargebang sudah nyaris melebihi kapasitas. Hal ini disebabkan pemrosesan sampah masih didominasi menggunakan cara open dumping dan landfill.
Cara tersebut memang cukup sederhana, sampah ditumpuk begitu saja tanpa pemrosesan lanjutan, sedangkan cara landfill sampah diratakan dan didapatkan menggunakan alat berat lalu dilapisi dengan tanah.
"Kita lagi bersama sekarang membahas tentang perjanjian kerja samanya, kan itu setiap 5 tahun sekali dievaluasi," jelasnya. (*)