Sisi Lain Metropolitan
Kisah Tono, Penyandang Tunadaksa Berjuang Cari Kerja: Pernah Didiskriminasi hingga Jadi Petugas PPSU
Pak Lurah yang tadinya sempat ragu memutuskan agar Tono bisa bergabung sebagai petugas PPSU
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Meski dikaruniai tubuh yang tak sempurna, Tono tetap bersyukur.
Keterbatasan fisik tak menjadi penghalangnya untuk bekerja keras dan mandiri.
Sebagai petugas PPSU yang menyandang tunadaksa, ia setiap hari berjibaku dengan sampah demi ibu kota yang bersih.
Tono memiliki kedua tangan yang tidak sempurna. Dua tangannya terlihat mengecil dan bengkok sejak lahir.

Rasanya agak sulit membayangkan ia bisa bekerja kasar dengan menggunakan kedua tangannya yang tak normal itu.
Namun, keraguan itu luntur ketika melihat langsung bagaimana Tono dengan sigap membantu mengangkat kursi dan memindahkan pot tanaman di Kantor Lurah Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tempatnya bekerja.
Ia tak kehabisan akal ketika bekerja menggunakan tangannya yang cacat itu. Misalnya, Tono mengangkat kursi dengan cara lengannya menggamit tiang sandaran kursi.
Ia juga bisa mengangkat dahan pohon palm di tepi jalan raya dengan kedua tangannya yang dibantu badannya. Lalu dahan itu dimasukkan ke gerobak motor tanpa bantuan temannya. Padahal, apa yang diangkatnya memiliki beban yang berat.
Tugas Tono tak jauh berbeda dengan rekan-rekannya sesama Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Pondok Pinang.
Di lapangan, ia bertugas menyapu, membersihkan gorong-gorong yang tersumbat hingga mengangkat sampah di jalan.
Hanya saja, ia tak bisa memanjat atau menebang pohon dan itu dimengerti oleh semua teman-temannya.
Sempat Diragukan
Saat pertama kali melamar di Kantor Lurah Pondok Pinang sebagai PPSU, ia sempat diragukan oleh sejumlah orang.
Apakah Tono mampu bekerja di lapangan dengan keterbatasan fisik seperti itu?
Kala itu, Tono melamar sebagai petugas PPSU di tahun 2015.
