Mengintip Teknologi Canggih Sistem Pengolahan Sampah ITF di Masa Anies Baswedan
Teknologi ini dipilih lantaran karakter sampah Indonesia yang cenderung basah dan biasanya bercampur antara organik dan anorganik.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Guna mengatasi masalah sampah di ibu kota, Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan tengah bakal membangun fasilitas pengolahan sampah berteknologi tinggi.
Menurut rencana, Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) atau Intermediate Treatment Facility (ITF) bakal dibangun di empat lokasi berbeda.
Dalam proyek ini, beragam teknologi pengolahan sampah akan diterapkan secara tepat guna dan ramah lingkungan dengan cara perubahan bentuk, komposisi, karakteristik dan volume sampah.
Teknologi yang akan digunakan pada proyek ini bakal mengacu pada teknologi FPSA Tebet yang menggunakan teknologi Hydrodrive untuk pemusnahan sampah yang tak bisa dimanfaatkan secara organik dan ekonomi; serta pengolahan sampah organik Black Soldier Fly (BSF).
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Mulai Bangun 2 Fasilitas Pengolahan Sampah Tahun Depan

Sebagai informasi, pembangunan keempat ITF nantinya bakal diserahkan kepada BUMD PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Perumda Pembangunan Sarana Jaya.
Inventor Teknologi Pengolahan Sampah Thermal Hydrodrive Djaka Winarso mengatakan, teknologi ini sudah dikembangkan sejak 2008 lalu.
Teknologi ini dipilih lantaran karakter sampah Indonesia yang cenderung basah dan biasanya bercampur antara organik dan anorganik.
"Itulah kenapa thermal, karena dia bisa menyelesaikan sampah dengan cepat dan volume yang signifikan dan itu yang kita butuhkan," ucapnya dalam diskusi virtual, Jumat (15/10/2021).
Baca juga: Menengok Lagi Proyek ITF Sunter yang Molor Jelang 4 Tahun Kepemimpinan Anies Baswedan
Ia menjelaskan, teknologi pengolahan sampah ini memanfaatkan Superheated Steam sebagai katalisator untuk meningkatkan suhu pada ruang bakar
Superheated ini juga dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk proses pengeringan sampah agar terjadi pembakaran sempurna.
Untuk mengurangi emisi yang dihasilkan, suhu dari perangkat tersebut dijaga pada suhu 850 derajat celcius.
Baca juga: Nasib TOD Simpang Senen Buatan Anies, Lift JPO Atrium untuk Difabel Sudah Tak Berfungsi
Kemudian, perangkat itu juga menggunakan filter asap jenis cyclone wet scrubber yang akan menyaring asap pembakaran untuk menurunkan emisi pada ambang batas yang diizinkan.
"Namun fasilitas ini memang hanya sebagai teknologi, karena yang lebih dari itu, yang ideal, adalah adanya pemilahan di hulu atau berkonsep desentralisasi sehingga sampah terolah dan musnah di dekat sumbernya, tidak ke TPA yang luas," ujarnya.
Hal ini turut diamini Project Officer Ambitious City Promises (ACP) ICLEI di DKI Jakarta Selamet Daroyni yang mengatakan, idealnya pemilahan sampah sudah dilakukan dari sumbernya.