Cerita Kriminal
Riwayat Gunung Antang Jadi Daya Tarik: dari Lokalisasi, Miras Hingga Judi Dadu Koprok
Kematian Sugito (45) yang dipicu masalah 'uang kencan' menambah riwayat kelam lokalisasi Gunung Antang.
Penulis: Bima Putra | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, MATRAMAN - Kematian Sugito (45) yang dipicu masalah 'uang kencan' menambah riwayat kelam lokalisasi Gunung Antang.
Sugito tewas dikeroyok pada Minggu pagi. Tubuhnya penuh luka akibat pukulan, luka tusuk dari pecahan botol dan luka tikam.
Gunung Antang masuk wilayah Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur.
Sebelum hidupnya berakhir tragis, Sugito sempat berhubungan badan dengan seorang perempuan pekerja seks komersial (PSK).
Sebanyak enam orang diduga mengeroyok Sugito lalu mengabaikan mayatnya begitu saja di sekitar rel kereta api.
Baca juga: Enam Pegawai Kantor Pinjol di Cengkareng Tersangka Nikmati Untung 12 Persen dari Utang Nasabah
Ketua RW 09 Palmeriam, Sutrisno (66), bercerita lokalisasi Gunung Antang sudah ada sekitar tahun 1970.
Hingga kini Gunung Antang beken jadi tongkrongan PSK yang sekali berhubungan badan memasang tarif bervariasi.

Semua itu tergantung usia. Untuk tarif dari Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu. PSK di sini tetap diburu pria pemuja nafsu sesaat.
"Dari tahun 1970-an sudah di situ. Relatif ya (tarifnya), ada Rp 200 ribu, Rp100 ribu, Rp 50 ribu. Ada yang muda, tua," cerita Sutrisno di Matraman, Jakarta Timur, Selasa (19/10/2021).
Usia para PSK di kawasan Gunung Antang berkisar 20-50 tahun, berasal dari Jakarta, hingga kota penyangga seperti Depok dan Bogor.
Sepengetahuan Sutrisno, beberapa PSK datang ke Gunung Antang diantar menggunakan sepeda motor sekira pukul 20.00 WIB.
Jam segitu kawasan Gunung Antang mulai beroperasi, transaksi sudah menggeliat dari para penjaja dan pria hidung belang.
"Pendatang ada dari Citayam, dari Depok, dari bongkaran Kalijodo juga ada."
Baca juga: Salah Satu Bos Pinjol Ilegal di Cengkareng Diduga WNA, Polisi: Ada Bahasa Asing di WAG Pengurus
"Sekitar jam tujuh dan jam 8 malam (PSK) udah datang, ada yang bawa kendaraan motor," ujarnya.
Lokalisasi Gunung Antang tak hanya menjajakan perempuan PSK, tapi juga peredaran minuman keras hingga judi koprok.
Segala jenis hiburan ini memicu beberapa kasus penganiayaan hingga merenggut korban jiwa.

Sejumlah warga sekitar pun, kata Sutrisno, resah dengan keberadaan lokalisasi Gunung Antang.
"Pembunuhan selama pandemi, baru yang kemarin kejadian. Ya mau gimana?"
"Warga sekitar juga takut nanti ada gesekan, yang penting enggak ganggu wilayah situ," tuturnya.
Beberapa tahun lalu petugas gabungan pernah menertibkan lokalisasi Gunung Antang.
Ibarat jamur di musim hujan dan sampai kini lokalisasi Gunung Antang masih beroperasi dan memiliki daya tarik.
Lurah Palmeriam Setiyawan bakal berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku pemilik lahan terkait lokalisasi Gunung Antang.
"Kita juga lagi nunggu dari (jawaban) pihak PT KAI, dipakai untuk apa lahan tersebut."
"Kita akan menanyakan ke PT KAI dan kalau bisa dirapikan (lahannya)," kata Setiyawan.
Baca juga: Uang Rp 1,28 M Hasil Investasi Bodong Dipakai PAN untuk Plesiran dan Belanja di LN
Hal senada disampaikan Kepala Satpol PP Jakarta Timur Budhy Novian.
Menurutnya perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut dengan PT KAI guna membenahi kawasan Gunung Antang.
"Soal itu nanti kita rapat koodinasikan ke pihak PT KAI, nanti kita undang wali kota," ungkap Budhy.
"Koordinasinya kalau itu bangunan liar, kalau PT KAI-nya minta dirobohkan semua, ya nanti kita rapatkan," ia menambahkan.