Fadli Zon Sohib Anies Baswedan Diledek Habis Soal Jalan, Fahri Hamzah: Ane Lihat Gak Pas Bro
Anggota DPR RI Fadli Zon diledek habis oleh sahabatnya, Fahri Hamzah perihal wacana penamaan jalan tokoh Turki di Jakarta.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Anggota DPR RI Fadli Zon diledek habis oleh sahabatnya, Fahri Hamzah perihal wacana penamaan jalan tokoh Turki di Jakarta.
Teman Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan itu diledek Fahri di akun twitternya.
Hal itu bermula ketika Fahri Hamzah mengomentari cuitan Fadli Zon yang mengutip link berita berisi pendapatnya mengenai sosok asal Turki yang tepat diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta.
Menurut Fadli Zon, ketimbang Mustafa Kemal Ataturk yang sekuler, dia mengusulkan Muhammad al Fatih atau Sultan Mehmet II sebagai nama di Jakarta.
Sultan Al Fatih adalah penakluk Konstantinopel tahun 1453 pada usia 21 tahun.
Baca juga: Rencana Penamaan Jalan Ataturk Berlanjut Meski Tuai Polemik, Pemprov DKI Ajak Masyarakat Diskusi
Dikomentari Fahri Hamzah
Namun siapa sangka cuitan Fadli Zon itu justru dikomentari oleh sahabatnya yakni Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah serasa kaget dengan usulan Wakil Ketua Partai Gerindra itu.
Menurut Fahri Hamzah, usulan Fadli Zon itu tidak tepat.
Fahri Hamzah pun mengutarakan pendapatnya dan meminta Fadli Zon untuk meneruskan usulnya itu kepada Gubernur Anies lantaran orang nomor satu di DKI itu adalah kawan dari politisi Gerindra tersebut.
"Bro, Bener ini Alfatih mau disejejerin sama Soekarno? Tukerannya kan itu? Kalau ane lihat gak pas bro. Jalan alfatih di jakarta vs jalan walisongo di ankara pas lah. Ngomong ke gubernur sohib lu tu," tulis Fahri Hamzah dilansir TribunJakarta.com dari akun Twitternya, Jumat (22/10/2021).
Setelah mengomentari cuitan Fadli Zon, Fahri hamzah kemudian berpendapat bahwa Sukarno dan Muhammad Al-Fatih bukan perbandingan yang pas.
Politisi Gelora itu mengungkapkan jika Muhammad Al-Fatih sebanding dengan Wali Songo.
Hal itu bila dilihat dari gaya berpakaian diantara mereka.
Baca juga: Tuai Kontroversi, Pemprov DKI Surati KBRI Turki Minta Usulan Nama Jalan Ataturk Diubah Jadi Istanbul
"Sandingkan foto:
Sukarno - Mustafa (sama2 paki jas dan dasi).
Walisongo - Alfatih (sama2 pakai sorban).
Ini lebih pas jadi tukeran. Lagian tanya turkinya mau gak?," kata Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah lanjut menjelaskan mengenai konsep pertukaran nama diantara kedua negara, dalam hal ini yang terjadi antara Indonesia dan Turki perihal penamaan jalan di masing-masing negara dari nama tokoh kedua bangsa.
"Nama jalan, sama dengan konsep sister city itu resiprokal (ada di sini - ada di sana) lalu disepakati, lalu teken bareng. Bukan maunya kita sepihak. Jadi jangan sepihak. (Lagi ngomong gini tiba2 ada yg bilang wah pro attaturk, dulu anti sekuler, dia berubah). #JakaSembung," tulis Fahri Hamzah.

Kendati menuangkan idenya hingga sampai mengkritik usulan Fadli Zon, Fahri Hamzah menutup pembahasan soal nama jalan ini dengan cara santai.
Selain menyerahkan hal ini kepada Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta, Fahri Hamzah memilih fokus berjualan kopi miliknya dengan harapan bisa ekspor sampai ke Turki.
"JADI KITA TUTUP SOAL NAMA JALAN RAYA.
Percayakan pak Gubernur untuk nego. Apapun keputusan kita ikut aja.
Saya lanjut jual kopi aja. (Doakan bisa eksport ke Turki)," tulisnya disertai emote tertawa disertai bendera Turki dan Indonesia.
Respon Fadli Zon
Mendapat penolakan dari Fahri Hamzah soal nama jalan di Jakarta, Fadli Zon rela tinggalkan nama Fatih Sultan Mehmat II atau Muahmmad Al Fatih, lalu mengusulkan dua nama pahlawan nasional yakni Sultan Agung dan Pangeran Diponegoro.
Sebelumnya, nama Muhammad Al Fatih yang diusulkan Fadli Zon mendapat penolakan dari Fahri Hamzah.
Menurut Fahri Hamzah nama Fatih Sultan Mehmet II atau Muhammad Al Fatih tidak cocok dipasang di jalan DKI Jakarta.

Alasannya, karena Pemerintah Turki telah memasang nama Achmad Soekarno di depan KBRI Ankara, Kota Ankara, Turki.
Nama jalan yang cocok untuk membalas jasa pemerintah Turki itu menurutnya adalah Mustafa Kemal Ataturk, yakni tokoh sekularisme sekaligus pendiri dan presiden pertama Republik Turki.
Hal tersebut disampaikan Fahri Hamzah lewat status twitternya @fahrihamzah pada Kamis 21 Oktober 2021.
Dirinya menilai kedua nama itu sejajar apabila disandingkan.
Alasannya merujuk beragam latar belakang mereka yang kontroversial dalam kepemimpinannya.
Menjawab pernyataan sahabatnya, Fadli Zon pun mengusulkan dua nama lainnya, yakni Sultan Agung Hanyokrokusumo dan Pangeran Diponegoro.
Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah sultan Mataram ketiga yang memerintah dari tahun 1613-1645.
Seorang sultan sekaligus senapati ing ngalaga (panglima perang) yang terampil ia membangun negerinya dan mengkonsolidasikan kesultanannya menjadi kekuatan teritorial dan militer yang besar.
Sedangkan Pangeran Diponegoro adalah salah pahlawan nasional Republik Indonesia yang memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa selama periode tahun 1825 hingga 1830 melawan pemerintah Hindia Belanda.
Sejarah mencatat, Perang Diponegoro atau Perang Jawa dikenal sebagai perang yang menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia, yakni 8.000 korban serdadu Hindia Belanda, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa serta kerugian materi 25 juta Gulden.
"Di Ankara bisa Jalan Sultan Agung Hanyokrokusumo atau Jalan Pangeran Diponegoro," tulis Fadli Zon lewat twitternya @fadlizon pada Kamis 21 Oktober 2021.