Pengamat Soroti Kesehatan Sopir hingga Evaluasi dari Rentetan Kecelakaan Bus TransJakarta
Menurutnya, kesehatan pramudi perlu dicek secara berkala. Misalnya, bila pramudi tak memiliki pool maka kelelahan kala membawa kendaraan
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Pengamat perkotaan dan transportasi Yayat Supriatna soroti tiga hal atas kejadian seringnya kecelakaan bus Transjakarta.
Moda transportasi unggulan warga Jakarta itu tengah menjadi sorotan menyusul lima kecelakaan bus TranJakarta dalam waktu kurang dua bulan terakhir.
Pertama, ia menyoroti soal pramudi atau sopir bus Transjakarta.
"Karena kendaraan itu dikendalikan oleh manusia. Jadi, yang paling penting yang kita periksa kondisi kesehatan para drivernya," ujarnya kepada awak media, Minggu (5/12/2021).
Baca juga: Transjakarta Akui Masih Ada Sopir yang Ngebut Saat Bawa Penumpang
Baca juga: PT TransJakarta Klaim Jumlah Penumpang Tidak Menurun Meski Marak Kasus Kecelakaan
Menurutnya, kesehatan pramudi perlu dicek secara berkala. Misalnya, bila pramudi tak memiliki pool maka kelelahan kala membawa kendaraan sangat dimungkinkan.
Oleh karena itu, jarak antara rumah dan lokasi mereka bekerja perlu diperhatikan.
"Misalnya, para driver itu tidak punya pool, kalaupun ada mungkin tidak ada tempat istirahat untuk tidur, jadi, kelelahan," kata Yayat.
"Membawa kendaraan dengan rutinitas yang terus menerus dijalur yang punya koridor di jalur khusus itu kadang-kadang bisa bikin cepet lelah dan cepat ngantuk," sambungnya.
Baca juga: Mahasiswi Tewas saat Diksar, Rektor UPN Jakarta Jatuhkan Sanksi ke Menwa
Kedua, Yayat menyoroti soal armada TransJakarta itu sendiri.
Ia mengatakan pemeriksaan rutin terhadap kendaraan juga menjadi bagian yang penting.
Sehingga pengecekan kesehatan secara menyeluruh dan pemeriksaan kendaraan menjadi sebuah satu kesatuan yang sangat penting.
Baca juga: Viral Video Ibu Mahasiswi yang Tewas di Makam Minta Maaf, Suara Bergetar dan Kerap Melirik ke Atas
Terakhir, ia menyoal kepada manajemen di dalam PT TransJakarta.
Evaluasi menjadi ujung tombak ketika adanya permasalahan seperti ini.
"Ketiga itu terkait dengan management setiap ada kecelakaan ada evaluasi atau tidak, kalau misal nya dari berturut-turut ada kecelakaan setiap bulan berarti harus dievaluasi dong. Kalau tidak dievaluasi kan berarti harus diperiksa kembali. Jadi aatnya sekarang kalau bisa dibuat zero accident jadi ditarget," pungkasnya.