'Ritual' Ini Dijalankan Herry Wirawan Sebelum Rudapaksa 12 Santriwati, Korban Tegar Beri Kesaksian
Oknum guru ngaji Herry Wirawan menjalankan sebuah 'ritual' sebelum akhirnya merudapaksa 12 santriwati di pondok pesantren.
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
"Korban juga seakan tidak mau melaporkan perbuatan pelaku ke orangtuanya, padahal dia setiap tahun pulang kampung," ucapnya.
Baca juga: Kamu Bakal Dapat Nilai Bagus Rayuan Maut Oknum Guru SD Cabul di Cilacap, 15 Siswi Jadi Korbannya
Korban dijadikan mesin uang
Yudi mengungkapkan kehidupan para santriwati di pesantren tersebut.
Dikatakan Yudi, para santriwati tak sepenuhnya belajar melainkan dijadikan bak mesin pencetak uang.

Setiap harinya, santriwati ditugaskan Herry Wirawan untuk membuat proposal demi menggaet donatur memberikan donasi.
Hal itu telah dilakukan sejak tahun 2016.
"Belajarnya tidak full 100 persen, menurut keterangan korban, dia sebetulnya setiap harinya bukan belajar,"
"Mereka itu setiap hari disuruh bikin proposal. Ada yang bagian ngetik, ada yang bagian beres-beres. Proposal galang dana," ucap Yudi.
Hal yang lebih mengherankan Yudi, di pesantren tersebut tak ada guru perempuan.
Hanya Herry Wirawan seorang yang bertanggung jawab mengurusi puluhan santriwati itu.
Saat kelakuan biadab pelaku terbongkar, diketahui ada 30 santriwati yang berada di pesantren tersebut.
"Dan laki-laki itu tinggal di sana mengajar di sana sendirian tanpa ada pengawasan pihak lain dan ini yang membuat dia melakukan berulang-ulang," ucapnya.
Baca juga: Selain Herry Wirawan, Kini Ada Kasus Serupa Guru Cabuli 9 Santriwati di Jawa Barat
Yudi mengatakan saat ini pihaknya tengah berjuang agar pelaku dihukum kebiri.
Hukuman kebiri bagi pelaku menurutnya masuk akal karena ada satu korban yang diketahui mengalami depresi berat.
Korban tegar di persidangan
