Diajak Ayahnya Ketua Tunggal Jati Nusantara saat Ritual, Balita Saksikan Ibunda Tewas Terbawa Ombak
Pimpinan Tunggal Jati Nusantara, Hasan ternyata mengajak istri keduanya Ida (33) serta anak-anaknya, yakni Pinka (13) dan Nuriya (2) menjalankan ritua
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Pimpinan Tunggal Jati Nusantara, Hasan ternyata mengajak istri keduanya Ida (33) serta anak-anaknya, yakni Pinka (13) dan Nuriya (2) menjalankan ritual di Pantai Payangan Jember.
Ritual tersebut berubah menjadi bencana saat ombak besar tiba-tiba menyeret anggota Tunggal Jati Nusantara yang tengah berdiri berhimpitan di tepi pantai.
Dalam peristiwa tersebut 11 orang meninggal dunia, termasuk Ida dan Pinka.
TONTON JUGA
Selama ini, Ida tinggal Dusun Gayam Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji. Rumahnya dekat Terminal Tawangalun.
Sementara Hasan menempati rumah di Dusun Botosari, Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi bersama istri pertama dan ibunya.
Diyakini kuat, selama ini rumah inilah yang digunakan Hasan untuk membuka praktik paranormal.
"Pak Hasan sama istrinya ketemu ketika kerja di Malaysia," kata Budi Harto, Sekretaris Desa Dukuh Mencek.
Dugaan kuat, Ida dan Pinka sudah masuk dalam anggota Tunggal Jati Nusantara, termasuk Nuriya.

Baca juga: Sempat Tolak Ikut Ritual, Bintang Kini Syok Ibunya Tewas Tergulung Ombak: Kenapa Ninggalin Aku Ma?
Sebab, mereka beberapa kali ikut acara ritual yang diadakan oleh Hasan.
Lantas bagaimana nasib Nuriya yang baru berusia 2 tahun?
Beruntung, Nuriya selamat dari tragedi gulungan ombak pantai selatan tersebut.
Saat itu, posisi Nuriya cukup jauh dari bibir pantai.
Dia lalu digendong salah seorang pengikut Hasan yang selamat.
Hasan Tiba-tiba Ngaku Sesak
Hasan langsung diperiksa oleh Satreskrim Polres Jember. Hasan sekarang berstatus saksi.
Tidak menutup kemungkinan, status Hasan bisa berubah menjadi tersangka.
Sebab, apabila merujuk Pasal 359 KUHP, jika kegiatan seseorang membuat nyawa orang lain celaka bisa dijerat pidana.
Sampai sekarang, polisi sudah memeriksa 13 orang saksi. Kebanyakan, mereka dari kalangan pengikut Hasan.

Baca juga: Kesaksian Remaja saat Ritual Maut: Baju Serba Hitam, Peserta Berdiri Baca Surat Pendek di Laut
Akan tetapi, polisi menemui kendala ketika hendak memeriksa Hasan.
Hasan tiba-tiba mengaku sesak nafas. Sampai-sampai Hasan harus dilarikan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soebandi.
Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan, akan tetap melanjutkan pemeriksaan ketika kondisi Hasan pulih.
"Gelar perkara akan dilakukan setelah selesai memeriksa semua saksi," ungkap Hery.
Menurut Hery, dalam kasus ini peran polisi hanya bisa menulusuri apakah dalam peristiwa 11 orang tewas apakah ada unsur pidana atau tidak.
Sedangkan, untuk menyimpulkan kegiatan Kelompok Tunggal Jati menyimpang dari norma-norma agama atau kepercayaan pihaknya membutuhkan pengusutan lebih dalam.
Baca juga: Kehidupan Pimpinan Ritual Maut Jauh dari Hal Spiritual, Jadi MC Dangdut sampai Merantau ke Malaysia
Pengusutan itu setidaknya harus melibatkan tokoh-tokoh agama maupun sesepuh dari kepercayaan tertentu.
"Untuk doa-doa yang merujuk pada aliran tertentu, tentu membutuhkan pendalaman. Kemudian kami akan coba gali dari ahli untuk menelusuri kategori aliran ini," pungkasnya.
Siapa Sih Hasan?
Kades Dukuh Mencek Nanda Setiawan mengemukakan, Hasan bukanlah kiai atau ustaz.
Hasan yang merupakan pendiri kelompok itu diketahui pernah merantau ke Malaysia dan kembali ke kampungnya pada 2014.
"Cukup lama dia di Malaysia, sekitar 2014 datang," katanya.
Menurutnya Hasan memiliki beberapa pekerjaan.
Seperti menjadi MC hingga berjualan online.
"Kerjanya kadang-kadang MC dangdut, sementara ini jual online kayak tisu," tutur dia.
Baca juga: Mau ke Pantai Tangis Istri Kenang Pamit Terakhir Bripda Febriyan Sebelum Ikuti Ritual Maut
Hasan diketahui membentuk sebuah kelompok yang selalu menggelar kegiatan di rumahnya.
Pada bagian rumahnya, kata Nanda, terdapat tulisan seperti kaligrafi berbunyi Tunggal Sejati Nusantara.
"Rumah yang dipakai ruang tamu biasa, tidak ada padepokan atau aulanya," kata dia.
Hasan kerap menggelar berbagai kegiatan di ruang tamunya tersebut sejak dua tahun lalu.
Mulanya pihak pengurus desa tidak menaruh curiga karena kegiatan yang digelar dua bulan sekali itu dirasa postif.
Misalnya membaca Alquran, dzikir dan selawat.
“Awalnya seperti itu, tapi kok lama-lama ada seperti ini, itu saya kurang tahu,” tambah dia.

Baca juga: Bikin 5 Anaknya Jadi Yatim Piatu, Pasutri Peserta Ritual Tantang Ombak Sambil Latunkan Doa-doa
Nanda menjelaskan, dari hasil penelusurannya, ritual tersebut bukan ritual pertama.
Kelompok Hasan kerap menggelar ritual di pantai.
"Namun orangnya (dulu) tidak sebanyak sekarang," katanya.
Nanda mengaku, anggota kelompok Tunggal Jati Nusantara itu ada yang datang pada Hasan untuk berobat, punya masalah ekonomi, maupun masalah keluarga.
“Kayaknya orang yang datang ke sana itu yang susah, mungkin sakit atau kesulitan ekonomi dan masalah keluarga,” papar dia.
Dia menilai warga yang datang untuk ikut kegiatan itu berasal dari luar desa.
Kemungkinan karena diajak untuk melakukan ritual guna menyelesaikan masalah yang dialami oleh anggotanya.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Ternyata Guru Spiritual Kelompok Ritual di Jember MC Dangdut, Penampakan Rumah Dikuak Kades, Aneh?