Usia Tak Lagi Muda, Semangat Sayidi Tetap Menyala: Jualan Sejak 1968 Hingga Rasakan Pahitnya Pandemi
Sayidi tersenyum saat menyapa pelanggan ketika membeli es cendol racikannya di kawasan Kuliner BSM Sabang. Ia bercerita manis pahit berjualan cendol.
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Seiring berjalannya waktu, ia sempat berganti-ganti dagangan hingga kemudian kembali lagi untuk berdagang cendol.
"Dulu, dagang rokok yang digendong depan pernah, kerja sempet juga, lalu dagang roti sempet juga, ya tapi gak lama. Yang lama ya cendol ini. Saya bikin sendiri," kata dia.
Segelas, hanya dibandrol seharga Rp 7 ribuan.
Menurut Sayidi, cendol yang dijualnya merupakan cendol buatannya sendiri.
Sejak masih muda dulu, ia sudah ahli dalam urusan membuat cendol.
"Cendol bikin sendiri. Saya bikin dari subuh. Anak saya di Sunter 2, Pulo Gadung 1. Saya sekeluarga jualan cendol, iya. Awalnya dari kakak saya dulu," imbuhnya.
Walaupun harganya murah meriah, tapi rasa es cendol racikan Sayidi tak boleh diremehkan.
Cendol hijau buatan Sayidi memiliki ukuran yang agak besar, dengan tekstur yang kenyal dan juga lembut.
Dipadukan bersama dengan santan, gula merah, dan juga es batu, bisa menjadi pilihan kuliner menyegarkan untuk dinikmati di tengah hiruk pikuk kota Jakarta.
Adapun Es Cendol Bandung Elizabeth Pak Sayidi buka mulai pukul 10.00 WIB hingga sekitaran jam 14.00 WIB.