Cerita Kriminal

Terungkap Ada Peran Ahli Forensik dr Hastry di Balik Terkuaknya Kematian Bidan & Anak oleh Tunangan

Terungkap ada peran dokter forensik senior Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti di balik terkuaknya kasus kematian bidan dan anaknya di Semarang.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Elga H Putra
Youtube Polda Jateng
Kabiddokkes Polda Jawa Tengah yang juga dokter forensik senior Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti ikut mengungkap kasus kematian bidan dan anaknya yang dilakukan oleh sang tunangan. 

Ia menjelaskan mengenai proses identifikasi kedua jasad korban yang kondisinya sudah membusuk.

Awal identifikasi yang dilakukan Kombes Hastry dan tim yakni mengumpulkan data antemortem atau data sebelum kematian kedua korban.

"Setelah itu mengumpulkan data postmortem atau data setelah dia meninggal dunia dan kita cocokan secara medis atau identidikasi sekunder," jelas Kombes Hastry dilansir TribunJakarta.com dari Youtube Polda Jateng.

Kabiddokkes Polda Jawa Tengah yang juga dokter forensik senior Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti ikut mengungkap kasus kematian bidan dan anaknya yang dilakukan oleh sang tunangan.
Kabiddokkes Polda Jawa Tengah yang juga dokter forensik senior Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti ikut mengungkap kasus kematian bidan dan anaknya yang dilakukan oleh sang tunangan. (Youtube Polda Jateng)

Korban pertama yang diidentifikasi ialah S.

Dari hasil identifikasi, Kombes Hastry menyebut S berusia antara 25-40 tahun.

Adapun usia S diketahui 32 tahun.

"Kemudian untuk waktu kematian antara 5-7 hari dari ditemukan dan saat pemeriksaan," ujar Kombes Hastry.

Kombes Hastry memaparkan bahwa korban S meninggal karena adanya pukulan benda tumpul ke tubuh mereka.

"Cara kematian memang ada kekerasan tumpul di daerah leher sehingga dia mati lemas.

Baca juga: Sangat Dramatis Mata Pak Kombes Pol Berkaca-kaca Ceritakan Aksi Keji Pembunuhan Bidan dan Anaknya

Sehingga meninggal baru dibuang ke jembatan," tutur Kombes Hastry.

Sedangkan untuk korban MFA, ujar Kombes Hastry, saat ditemukan kondisinya sudah membusuk.

Namun dia sudah bisa mengetahui bahwa jasad kedua yang ditemukan adalah anak usia di bawah 10 tahun.

Adapun korban MFA diketahui baru berusia 5 tahun.

Getir calon pengantin berselimut sarung kotak-kotak ditemukan tewas, menyusul anak kandungnya yang lebih dulu mengalami hal serupa dengan kondisi tanpa busana.
Getir calon pengantin berselimut sarung kotak-kotak ditemukan tewas, menyusul anak kandungnya yang lebih dulu mengalami hal serupa dengan kondisi tanpa busana. (Istimewa via Tribun Jateng)

"Dari rangka tulang dada, tulang tangan dan tulang kaki. Untuk jari sudah tidak ada karena anak muda hancur," papar ahli forensik yang sudah banyak mengungkap kasus misterius.

Pembusukan pada jasad MFA dipercepat karena korban tidak menggunakan pakaian dan berada di udara terbuka.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved