Ini Kisah Para Pemburu Koin di Pelabuhan Merak, Nekat Diving ke Laut: Sehari Bisa Raup Rp 400 Ribu
Dari beragam aktivitas itu, adat satu pemandangan unik yang juga berada di Pelabuhan Merak, yaitu para pemburu koin
TRIBUNJAKARTA.COM, MERAK - Pelabuhan Merak yang berlokasi di Cilegon, Banten, tidak hanya menjadi lokasi penumpang yang hendak masuk ataupun keluar kapal.
Bagi sebagian orang, Pelabuhan Merak justru menjadi sumber mata pencaharian mereka.
Mulai dari pedagang asongan, pedagang kopi keliling, hingga porter, adalah deretan aktivitas masyarakat yang menjadikan pelabuhan di ujung Pulau Jawa itu sebagai tempat mencari nafkah.
Dari beragam aktivitas itu, adat satu pemandangan unik yang juga berada di Pelabuhan Merak, yaitu para pemburu koin.
Pemburu koin adalah aktivitas sekelompok anak-anak hingga remaja yang berenang di pinggir kapal yang sedang bersandar di dermaga, untuk memburu berkah di air laut yang cukup dalam.
Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, Pemudik yang Baru Tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Dites Antigen
Dengan bertelanjang dada, serta memakai celana pendek, para pemburu koin menyelam untuk mengambil uang dalam bentuk pecahan logam ataupun uang kertas.
Bahkan, tidak jarang para pemburu koin itu melompat dari sisi tertinggi kapal, untuk mendapat nominal uang yang besar, dengan menunjukan atraksinya kepada penumpang.
Salah seorang pemburu koin atau yang biasa disebut warga sekitar dengan Silem, ialah Tono (22), yang telah menjadi anak pemburu koin di Pelabuhan Merak selama 13 tahun.
Baca juga: Pemudik asal Sumatera Terlambat Tiba di Terminal Kampung Rambutan Gegara Mampet di Pelabuhan
Tono mengaku, telah menjadi pemburu koin sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Alasannya menjadi anak koin, lantaran penghasilan yang di dapat dalam satu hari terbilang tinggi.
Saat hari biasa atau hari tanpa momen libur panjang, pendapatannya sebagai pemburu koin sebanyak Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu.
Baca juga: Disidak Menhub, 23 Kapal di Pelabuhan Kali Adem Ketahuan Tak Layak Beroperasi
Namun ketika hari libur tiba, yang kerap digunakan masyarakat untuk waktu pulang ke kampung halaman ataupun berlibur, seperti momen mudik Lebaran 2022 saat ini, Tono mampu mendapatkan penghasilan sebesar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu dalam satu hari.
Penghasilan yang besar tersebut, didapat Tono, lantaran mengikuti permintaan para penumpang kapal, yang ingin melihat atraksinya melompat ke dalam laut.
"Kalau enggak ada hari libur sih penghasilannya biasa ya, Rp 50 ribu sampe Rp 150 ribu, enggak menentu. Tapi kalau lagi musim mudik begini, banyak masyarakat yang menyeberang, bisa sampai Rp 400 ribu enggak sampai satu hari full," ujar Tono kepada Wartakotalive.com, Senin (9/5/2022).
Baca juga: Nenek Penjual Kopi di Pelabuhan Merak Dapat Rezeki Nomplok di Musim Mudik, Sehari Bisa Raup Rp1 Juta
"Kalau lagi banyak yang mudik begini bisa dapat penghasilan banyak, karena penumpangnya banyak, jadi banyak yang ngasih duit," imbuhnya.
Berbagai nominal uang didapat Tono dari pemberian para penumpang di setiap kapal, mulai dari pecahan uang Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10.000, hingga Rp 20.000.
Tak jarang, ada penumpang yang memberikan pecahan uang sebesar Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu.
Baca juga: Pelabuhan Merak Macet Total Saat Mudik Lebaran, Bambang Haryo: ASDP Gagal Antisipasi Lonjakan
Pecahan uang besar itu, didapatnya apabila dirinya dapat melompat dari bagian atas kapal yang terdapat banyak penumpang.
"Uang yang kami dapat macem-macem lah, namanya anak koin kan mencari uang receh, tapi kalau lagi ramai (penumpang) ada yang mau ngasih sampe Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu," kata dia.
"Mereka ngasih uang gede itu, kalau kita bisa masuk dan naik ke bagian atas kapal, yang banyak penumpang. Nanti mereka minta kita lompat, sambil direkam, terus uangnya nanti dilempar," sambungnya.
Untuk dapat naik ke bagian atas kapal tersebut, Tono mengaku harus melompat terlebih dahulu dengan jarak yang cukup jauh, agar dapat masuk ke dalam kapal.
"Supaya bisa ke atas ya pinter-pinter kita, kalau petugas lagi sepi, kita bisa masuk menyelip-menyelip, atau lompat tangga dari tangga penumpang yang langsung ke lantai atas kapal," ungkapnya.
Tono menyebut, uang dalam bentuk kertas yang didapatnya dari hasil menyelam ke dalam laut tersebut tidak langsung digunakan.
Melainkan dibawa ke rumahnya untuk dikeringkan atau disetrika.
"Uangnya kita simpen dulu dibawa ke rumah biar dikeringin, kan basah kecebur ke laut. Nanti di rumah baru disetrika atau dikeringin, supaya bisa dipakai," jelas Tono.
Tono menuturkan, ia dan rekan-rekannya sesama pemburu koin, memiliki waktu tertentu untuk menceburkan diri ke dalam laut.
Untuk pagi hari, par pemburu koin baru dapat berenang di laut, setelah pukul 08.00 WIB, dan akan kembali pulang ketika sudah pukul 17.00 WIB.
Menurutnya, hal tersebut dilakukan untuk menghindari derasnya arus di bawa permukaan laut.
Selain itu apabila cuaca dalam kondisi hujan, umumnya para pemburu koin tidak beroperasi, demi menghindari terseret arus ombak laut.
"Kita baru berani berenang itu kalau matahari sudah naik, ya sekitar pukul 08.00 WIB, dan kembali naik kalau matahari sudah mulai terbenam, sekitar pukul 17.00 WIB," ucapnya.
"Kita lakukan itu, untuk menghindari arus deras di dalam laut, karena kalau situasi permukaan laut tenang saja, dibawah itu ombaknya deras apalagi kalau cuaca hujan, makanya kita ada jam-jam tertentu yang aman untuk nyemplung (ke laut)," tutup Tono.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Kisah Pemburu Koin di Pelabuhan Merak, Mampu Hasilkan Rp 400 Ribu Sehari,