Udara Jakarta Terburuk di Dunia, PSI Sebut Anies Baswedan Lupa Masalah Utama Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai tak becus dalam menangani masalah buruknya kualitas udara di ibu kota.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai tak becus dalam menangani masalah buruknya kualitas udara di ibu kota.
Sebagai informasi, Jakarta pagi tadi, Senin (20/6/2022), menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Hal ini pun sayang disayangkan lantaran masalah ini sudah terjadi berulang kali dari tahun ke tahun.
"Kejadian polusi udara terburuk ini seperti sudah menjadi agenda tahunan, namun Pemprov DKI Jakarta terkesan tidak serius mengatasinya," ucap politisi PSI Justin Adrian Untayana, Senin (20/6/2022).
Justin ini pun menyesalkan hal ini lantaran Pemprov DKI memiliki potensi finansial yang besar dan punya kemampuan untuk menegakkan aturan.
Baca juga: Daftar 5 Kota Kualitas Udara Terburuk di Dunia Pagi Ini, Jakarta Nomor 1
Bukannya fokus mengatasi persoalan yang sudah menahun, anggota DPRD DKI ini menilai, Anies justru sibuk dengan program lain yang tak penting.
"Gubernur kita sepertinya lupa terhadap masalah-masalah utama Jakarta, seperti polusi, kemacetan, banjir, air bersih, dan lainnya sehingga selama ini seolah cuma asyik bikin jalur sepeda, warna cat genteng, atau balap-balapan saja," ujarnya.
Oleh karena itu, ia pun mengusulkan agar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk segera memperbanyak uji emisi gratis, baik untuk kendaraan di Jakarta maupun di kawasan Bodetabek.
Pasalnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 lali menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang ada di Jakarta mencapai hampir 20 juta.
Banyaknya kendaraan ini pun menjadi salah satu penyumbang emisi di ibu kota.

"Kita harus tegas, semua kendaraan yang menghasilkan polutan diluar ambang batas tidak semestinya dibiarkan," tuturnya.
Ia pun turut mendesak DLH agar melakukan pengecekan AMDAL terhadap semua pabrik dan tempat usaha yang menghasilkan polusi udara di Jakarta.
Pemprov DKI pun diminta untuk tegas dalam memberikan sanksi kepada pelaku usaha yang menghasilkan polutan di luar batas aman.
"Jika perlu juga bekerja sama dengan daerah penyangga, karena polusi udara tidak memiliki Batasan wilayah," kata dia.
Justin pun berharap, Pemprov DKI Jakarta tidak melakukan pembiaran terhadap permasalahan polusi udara ini.
Sebab, hal ini dalam jangka panjang akan membawa efek buruk buat warga ibu kota, khususnya anak-anak.
"Jangan sampai masa depan generasi penerus Jakarta terkena penyakit saluran pernapasan, akibat ketidakmampuan Pemprov DKI Jakarta mengatasi permasalahan polusi udara ini," tuturnya.
Sebelumnya, kualitas udara di DKI Jakarta jadi yang terburuk pagi ini, Senin (20/6/2022).
Informasi ini diperoleh dari indeks kualitas udara (Air Quality Index / AQI) yang dikeluarkan oleh website Air Visual.
Hingga pukul 09.00 WIB, tercatat indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 173 atau masuk kategori tidak sehat.
Konsentrasi PM 2.5 di udara Jakarta berada di angka 98,8 µg/m³ dan PM 10 sebesar 11,9 µg/m³.
Nilai PM 2.5 atau partikel udara berukuran lebih kecil dari 2,5 mikronmeter ini 19,8 kali lebih tinggi dibandingkan standar organisasi kesehatan dunia (WHO).
Kemudian, kelembapan di ibu kota berada di angka 83 persen dengan suhu udara rata-rata di angka 29 derajat celcius.
Kondisi ini menjadikan kualitas udara di DKI Jakarta menjadi yang terburuk di dunia.
Posisi Jakarta berada di atas Santiago, Cile yang berada di posisi kedua kota dengan kualitas buruk di dunia.
Kemudian peringkat ketiga ada Kota Lahore, Pakistan; Dubai, Uni Emirat Arab di peringkat keempat; dan Delhi, India si posisi kelima.