Warga Miskin di Menteng Dekat Rumah Wapres hingga Dubes Mencapai 18 Ribu Jiwa
Meski 18 ribu jiwa warga miskin di Menteng itu sudah terdaftar di DTKS, namun belum seluruhnya mendapatkan bantuan sosial.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Menteng, Jakarta Pusat, terkenal sebagai kawasan elit, namun jumlah warga miskin di sana tidak sedikit.
Tercatat jumlah warga miskin di Menteng, mencapai 18 ribu jiwa.
"Di kelurahan Menteng, warga yang miskin itu data terbaru sebanyak 18 ribu jiwa," kata Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Sosial Kecamatan Menteng, Riza kepada TribunJakarta.com di Kantor Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat pada Senin (20/6/2022).
Sebanyak 18 ribu jiwa itu sudah tercatat di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Meski 18 ribu jiwa warga miskin di Menteng itu sudah terdaftar di DTKS, namun belum seluruhnya mendapatkan bantuan sosial.
"Sudah terdaftar, tapi belum semua dapat bantuan karena ada kuota, ada keterbatasan anggaran," tambahnya.
Baca juga: Cerita Rumah Warga Miskin Menteng Disambangi DPRD: Tak Diberi Bantuan, Cuma Ditempel Stiker Doang
Riza menjelaskan, kelurahan Menteng berada di urutan kedua sebagai wilayah yang kebanyakan dihuni warga miskin.
Urutan tingkat kemiskinan di wilayah Menteng yakni Kelurahan Pegangsaan, Kelurahan Menteng, Kelurahan Kebon Sirih, Kelurahan Cikini dan Kelurahan Gondang dia.
"Paradigma orang menyebut Menteng itu mentereng, tapi banyak banget warga yang miskin di Menteng. Banyak," tambahnya.
Kendati demikian, pihaknya terus mengupayakan agar banyak warga miskin yang mendapatkan bantuan.
Secuil kisah warga miskin di Menteng

Ta'ang Baharudin (69) hidup di senja kala usia. Tubuh rentanya tak lagi mampu beraktivitas seperti biasanya.
Semenjak kaki kanannya membengkak akibat terbentur meja, Ta'ang lebih banyak duduk dan beristirahat di rumahnya yang tak layak huni.
Kakek itu sehari-hari tak memiliki penghasilan buat hidupnya. Pekerjaan fisik sudah jelas, tubuhnya tak lagi mampu.
Baca juga: Angka Kemiskinan di Jakarta Era Anies Baswedan Meningkat, DPRD DKI: Dia Tak Fokus Bereskan Masalah
Di rumah reyotnya di RT 001 RW 009 Menteng, Jakarta Pusat, itu, Ta'ang hidup bersama kedua adiknya dan satu keponakannya bernama Muslim (63), Jamaludin (52) dan Bagas (23).
Muslim kini lebih banyak duduk selonjoran beralaskan tikar di bawah lantai semen. Ia sudah tak bisa berjalan. Terlihat ada luka di kaki kirinya yang menganga dan masih basah.
Katanya, luka itu tak kunjung sembuh dan malah makin memburuk.
Karena tak bisa berjalan, Muslim makan dan minum lesehan sambil menonton tv cembung.

Disediakan sebuah wadah untuk Muslim buang air kecil. Bila penuh isinya dibuang oleh penghuni lain.
Jamaludin, juga tak bekerja. Pria berambut gondrong itu dalam kesehariannya hanya menemani kedua kakaknya saja di rumah.
Sementara Bagas, keponakan satu-satunya, sudah lama menganggur. Barangkali hidup anak muda itu terpengaruh oleh lingkungan yang miskin di sekitarnya itu. Sayang memang.
Tak dapat bantuan
Hidup mereka terbilang berat lantaran bantuan jarang mampir ke rumah. Berbagai jenis bantuan tunai seperti Program Keluarga Harapan (PKH) Kemensos dan Kartu Lansia Jakarta belum pernah diterimanya.
Ta'ang mengatakan bantuan yang sering diterimanya hanya bantuan sembako selama pandemi Covid-19 dari Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT) Kementerian Sosial.
Namun, setelah pandemi mereda, bantuan itu tak lagi diterimanya.
"Sekarang sudah enggak dapat, dulu pas Covid masih dikasih," tambahnya.
Rumah Tidak Layak Huni
Rumah Ta'ang terasa begitu pengap dan kotor. Di dalam ruangan itu minim jendela dan pencahayaan. Cahaya dari luar masuk bila pintu depan rumahnya dibiarkan terbuka.
Aroma pesing yang menyengat hidung seketika menguar di ruangan itu.
Pondasi dinding rumah itu sudah terlihat miring dan cat putih di permukaan dinding sudah banyak yang mengelupas.
Dinding rumah yang kusam itu pun bisa jadi segera ambruk jika tak direnovasi.
Baca juga: Rumah Reyot dan Nyaris Ambruk Milik Warga Miskin Menteng Segera Direnovasi, Ketua RT Beri Bocoran
Bila mendongak, terlihat beberapa bagian plafon triplek rumah ini sudah bolong bahkan nyaris ambruk lantaran kondisi kayu telah lapuk.
Di salah satu kamar bahkan bagian atap tak berplafon. Terlihat genteng-genteng tersusun menutupi kamar itu.
Sementara dapur, yang letaknya di belakang rumah, juga terlihat kotor dan kumuh.
Dalam dapur itu, aneka barang seabrek-abrek ditumpuk tak beraturan.Terlihat sebuah kompor gas yang berdebu diletakkan di sudut dapur.
Tidak tega rasanya, menyaksikan rumah mereka yang tak layak huni itu.
Menanti Bantuan Pemerintah
Uluran tangan pemerintah sangat diharapkan untuk membantu kondisi hidup keluarga Ta'ang yang memprihatinkan.
Ta'ang merasa bersyukur sekali semenjak berita yang mengulas dirinya terbit, pihak Kementerian Sosial RI menanggapi cepat.
Mereka datang untuk meninjau kondisi rumah dan hidup Ta'ang.
"Setelah berita itu beredar, kami turun langsung mendata atas nama bapak Baharudin," kata pendamping PKH Menteng, Uke saat ditemui TribunJakarta.com di rumah Ta'ang.
Tim Kemensos mewawancarai Ta'ang serta mendokumentasikan kondisi rumahnya.
Hasil dari peninjauan mereka, keluarga Ta'ang masuk kategori layak untuk dibantu.
"Hasil peninjauan kami, kalau melihat keadaannya layak untuk dibantu," katanya.
Bahkan sehari sebelum Uke datang, petugas sosial menggunakan ambulans membawa Muslim dan Ta'ang ke rumah sakit Budi Asih pada Rabu (15/6/2022) malam.
Di sana, kaki Ta'ang yang terluka diobati dan diperban sedangkan Muslim harus mendapatkan perawatan inap.
Muslim diduga mengalami penyakit gula dengan luka di kaki yang tak kunjung sembuh.
Selain itu, Uke mengatakan Ta'ang belum mendapatkan bantuan sosial yang berkelanjutan dari pemerintah.
"Mungkin dari bahasanya, Menteng itu mentereng tapi ternyata masih ada yang layak dibantu. Mudah-mudahan ada kabar baik untuk keluarga pak Ta'ang Baharudin," pungkasnya.