Komunitas Warteg Cemas Harga Pangan Diprediksi Terus Melonjak Hingga Akhir Tahun 2022
Komunitas Warteg cemas setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan lonjakan Harga Pangan terjadi hingga akhir tahun 2022.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Para pedagang Warung Tegal (Warteg) cemas setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan lonjakan Harga Pangan terjadi hingga akhir tahun 2022.
Ketua Komunitas Warteg Nusantara, Mukroni mengatakan para pedagang cemas karena lonjakan harga pangan yang terjadi saat ini saja sudah sangat memberatkan.
"Saya enggak tahu apa pemerintah sudah mengantisipasi, takutnya kalau enggak diantisipasi ada gejolak," kata Mukroni saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Jumat (15/7/2022).
Harga sejumlah jenis cabai dan bawang di pasar tradisional saat ini memang berangsur turun, tapi tidak signifikan sehingga masih memberatkan pedagang Warteg.
Para pedagang Warteg kini terpaksa mengurangi takaran menu, alasannya untuk menjaga pelanggan tanpa harus menaikkan harga menu guna menghadapi lonjakan harga.
Baca juga: Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp120 Ribu, Pedagang Warteg Kurangi Porsi Makanan
"Karena daya beli masih belum pulih, bahan pangan masih mahal. Kondisi kita enggak stabil," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Seminar Internasional: Global Collaboration for Tackling Food Insecurity, di Nusa Dua, Bali menyatakan lonjakan harga diprediksi terus terjadi.
Baca juga: Asyik Makan di Warteg, Pria Ini Tak Sadar Ponselnya yang Tertinggal di Motor Digasak Maling
Bila pada Maret 2022 lalu pemerintah mencatat terjadi lonjakan harga pangan hingga 13 persen, maka hingga akhir tahun 2022 nanti lonjakan harga pangan diprediksi mencapai 20 persen.
Penyebabnya karena dampak pandemi Covid-19, perang di Ukraina, ketidaksesuaian permintaan pasokan dan gangguan pasokan yang mendorong harga pangan naik ke level tertinggi.
Serta krisis pupuk yang membayangi, hal ini yang berpotensi membuat krisis pangan tidak hanya untuk tahun 2022 tapi juga tahun 2023 dan seterusnya sehingga harus cepat ditangani.
“Kebijakan ekonomi makro yang baik juga menjadi fundamental penting untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial dan mengendalikan harga komoditas,” kata Sri Mulyani.