Ajudan Jenderal Ferdy Sambo Ditembak
Keberadaan Baju Brigadir J saat Penembakan Masih Misteri, Sobekan dan Noda Darah Bisa Jadi Petunjuk?
Keberadaan baju yang dikenakan oleh Brigadir J saat peristiwa penembakan di rumah dinas Kadiv Propam non aktif Irjen Ferdy Sambo masih menjadi misteri
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Keberadaan baju yang dikenakan oleh Brigadir J saat peristiwa penembakan di rumah dinas Kadiv Propam non aktif Irjen Ferdy Sambo masih menjadi misteri.
Pengacara Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak mengaku hingga saat ini tak mengetahui keberadaan soal pakaian kliennya tersebut.
"Bajunya sampai sekarang kita tidak tahu dimana. Baju yang digunakan korban saat pembantaian itu," ujarnya.
Apakah baju yang dikenakan Brigadir J saat peristiwa baku tembak itu bisa jadi petunjuk?
TONTON JUGA
Kamaruddin membeberkan pandangannya.
Mulanya Kamaruddin menduga, saat penembakan terjadi Brigadir J tengah mengenakan pakaian dinas harian (PDH) kepolisian.
"Saya duga, karena korban kerja kedinasan, tentu yang dipakai adalah PDH. Karena dia kan ajudan toh, mengawal, berarti kemungkina pakai baju PDH," kata Kamaruddin.
"Dimana bajunya?," tanya Kamaruddin.
Kamaruddin menilai sobekan dan noda darah yang ada di baju tersebut bisa menunjukkan apakah benar Brigadir J tewas hanya karena luka tembakan dari senjata Bharada E.
Baca juga: Datangi Rumah Ferdy Sambo, Timsus Akan Paparkan Uji Balistik Baku Tembak yang Tewaskan Brigadir J
"Juga bekas darah dari kepala yang tertembak tembus ke hidung, serta luka tembak di tangan. Juga di kaki kiri ada resapan darah, semuanya tentulah robek pakaiannya," kata Kamaruddin.
Karenanya Kamaruddin mempertanya semua yang dikenakan Brigadir J saat kejadian, mulai baju dan celana sampai sepatu dan kaos kaki.
Sebab berdasar autopsi jenazah, dipastikan semua pakaian itu akan menyimpan dan meninggalkan jejak dari luka yang dialami Brigadir J.
Sebelumnya diwartakan, kasus kematian Brigadir J telah sampai pada prosesi autopsi ulang.
Brigadir J dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (8/7/2022), jenazahnya kemudian diautopsi ulang pada Rabu (27/7/2022).
Baju Bisa Jadi Petunjuk Kuat
Menurut Pakar Hukum Universitas Jambi baju yang dipakai Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat saat kejadian di Jumat (8/7/2022) bisa menjadi barang bukti yang kuat dan petunjuk penyebab kematian.
“Di mana lubangnya di mana sobeknya. Apakah dia dibunuh dengan pistol atau senjata tajam, pakaian harus dijadikan untuk barang bukti.”kata Usman, Pakar Hukum Universitas Jambi.
Pihak keluarga masih menunggu hasil penyelidikan polisi, pihak keluarga meminta polisi ungkap kejadian dengan transparan dan terbuka jangan ada yang di tutupi.
Baca juga: Saat Ekshumasi Ditemukan Otak Brigadir J Tak Lagi Berada di Kepala, Mantan Kabareskrim Bereaksi
Selain itu pihak keluarga juga meminta tiga unit handphone anaknya di kembalikan, baju yang di pakai juga dikembalikan.
Orang tua korban Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat meminta polisi membuka cctv yang ada di rumah dinas Kadiv Propam.
Tanpa CCTV Komnas HAM Beberkan Kronologi Penembakan
Meski tanpa rekaman CCTV, Komnas HAM membeberkan kronologi penembakan yang melibatkan Bharada E dan Brigadir J di rumah dinas Kadiv Propam Polri non aktif Irjen Ferdy Sambo.
Diketahui, CCTV di rumah dinas Ferdy Sambo yang disebut merupakan lokasi kejadian tewasnya Brigadir J dalam kondisi rusak.
Hal itu membuat publik mempertanyakan mengenai kronologi tewasnya Brigadir J yang dinilai banyak kejanggalan.
Untuk mengungkap misteri kematian Brigadir J, tim gabungan akhhirnya dibentuk, termasuk melibatkan institusi dari luar Polri.
Salah satu lembaga yang terlibat dalam upaya pengungkapan misteri kematian Brigadir J ialah Komnas HAM.
Baca juga: Bharada E Blak-blakan, Lagi Lakukan Ini Saat Dengar Teriakan Istri Ferdy Sambo Dilecehkan Brigadir J
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik membenarkan jika berdasarkan keterangan para ajudan dan penyidik, CCTV di rumah dinas Ferdy Sambo itu dalam kondisi rusak.
"Di TKP mengalami kerusakan. Itu juga ada dua keterangan.
Di media katanya tersambar petir, tapi keterangan ADC (ajudan) karena memang rumah dinas ini jarang dipakai maka sudah lama CCTV ini rusak," kata Damanik dilansir TribunJakarta.com dari Youtube Metro TV, Senin (1/8/2022).

Kendati tak ada CCTV di rumah dinas Ferdy Sambo, Damanik menuturkan pihaknya mendapatkan informasi detil perihal peristiwa berdarah yang melibatkan Brigadir J dan Bharada E.
Hal itu berdasarkan keterangan Bharada E sewaktu diperiksa Komnas HAM pada Selasa (26/7/2022).
Bharada E mengakui bahwa dirinya adalah orang yang menembak mati Brigadir J.
"Ya itu pengakuan dari Bharada E. Dia menjelaskan kronologi versi dia," tutur Damanik.
Berdasarkan pengakuan para ajudan Ferdy Sambo, termasuk Bharada E kepada Komnas HAM, mereka pindah ke rumah dinas sang jenderal pada Jumat (8/7/2022) sore sekira pukul 16.00 WIB lebih.
Baca juga: Putri Candrawathi Akhirnya Mau Kasih Penjelasan, Temuan CCTV Ternyata Berbeda dengan Ferdy Sambo
Tujuan mereka ke rumah dinas Ferdy Sambo untuk isolasi mandiri selama menunggu hasil PCR keluar.
Hal itu memang SOP yang dilakukan mereka setiap baru melakukan perjalanan jauh.
Pasalnya, beberapa menit sebelumnya Putri Candrawathi selaku istri Ferdy Sambo dan para ajudannya termasuk Brigadir J dan Bharada E baru saja tiba di Jakarta usai menempuh perjalanan darat dari Magelang, Jawa Tengah.
Dimana dalam rombongan dari Magelang itu, Ferdy Sambo tak ikut lantaran dia berangkat dari Yogyakarta dan tiba lebih dulu di Jakarta karena menggunakan pesawat.

Kembali ke pengakuan Bharada E, ujar Damanik, setibanya di rumah dinas, dia langsung naik ke lantai dua rumah untuk bersih-bersih.
Ada juga ajudan Ferdy Sambo lainnya bernama Riky juga ke ruangan lain yang ada di lantai dasar.
Tiba-tiba saat itu dia mendengar suara teriakan istri Ferdy Sambo dari dalam kamarnya yang juga di lantai dasar.
"Dia (Bharada E) naik ke lantai dua ke ruangan ajudan. Dia lagi bersih-bersih. Terus dia dengar suara teriakan dari ibu Putri (istri Ferdy Sambo. Ini dari versi Bharada E," beber Damanik.
Baca juga: Apabila Brigadir J Terbukti Lakukan Pelecehan, Pengacara Singgung Nasib Anak-anak Irjen Ferdy Sambo
Lantaran mendengar teriakan yang cukup kencang apalagi sampai namanya juga dipanggil oleh istri Ferdy Sambo, Bharada E langsung bergegas turun.
Namun Damanik tak membeberkan dimana posisi ajudan bernama Riki saat peristiwa penembakan antara Brigadir J dan Bharada E.
Padahal dari keterangan yang didapat Komnas HAM saat itu Riki juga berada di rumah dinas Ferdy Sambo.
"Dia turun ke bawah melihat saudara J.
Dia bertanya ada apa ini, dia lihat J mengarahkan senjata ke dia dan menembak.
Setelah itu dia mundur ke belakang, ambil senjata dan mengokang dan menembak senjata," papar Damanik.

Setelah terlibat adu tembak dimana tembakan darinya membuat Brigadir J tersungkur, Bharada E tak berhenti sampai di situ.
Dia kemudian menembak dua kali Brigadir J dari jarak dekat untuk memastikan Brigadir Yosua telah tak bernyawa.
"Saudara J sudah tersungkur, dia datang dari jarak dekat sekitar dua meter nembak dua kali lagi untuk memastikan orang yang menyerang dia itu betul-betul sudah dilumpuhkan," jelas Damanik.