Apa Itu Gunung Antang yang Buat Anies Baswedan Terdiam: Sarang PSK, Preman, Hingga Renggut Nyawa
Lokalisasi Gunung Antang di Kelurahan Palmeriam, Jatinegara, Jakarta Timur, ini bertahun-tahun jadi sumber masalaah: sarang preman hingga judi.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Yogi Jakarta
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terdiam, ogah komentari soal lokalisasi Gunung Antang yang kerap merenggut nyawa. Apa itu Gunung Antang?
Gunung Antang yang berlokasi di dekat Jalan Matraman Raya, Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, ini bertahun-tahun jadi sumber masalah.
Ditemui di DPRD DKI Jakarta, Selasa (2/8/2022), Anies Baswedan enggan memberikan komentar terkait pertanyaan awak media soal lokalisasi Gunung Antang.
Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu ogah buka suara menyoal wacana pembongkaran lokalisasi Gunung Antang.
"Cukup, itu aja dulu," ujar Anies Baswdan pendek selesai menghadiri rapat paripurna pengucapan sumpah Husen dan Wawan Suhawan sebagai pengganti antar waktu (PAW) anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PAN.
Baca juga: Polisi Bakal Tertibkan Lokalisasi Gunung Antang yang Jadi Lokasi Prostitusi Hingga Perjudian
Sudah bertahun-tahun lokalisasi Gunung Antang menjadi magnet para pekerja seks komersial atau PSK mengais rezeki dari pria hidung belang.
Selain itu, lokalisasi Gunung Antang juga banyak dihuni preman dan pelaku praktik perjudian mengadu nasib dengan menjaga lapak di sana.

Bersisian dengan rel kereta api, kehidupan lokalisasi Gunung Antang bergeliat saat malam.
Pembongkaran lokalisasi Gunung Antang oleh Pemprov DKI Jakarta sampai detik ini hanya wacana belaka. Faktornya banyak.
Tempo hari, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria berdalih, tak serta merta lokalisasi Gunung Antang bisa ditertibkan.
Menurut dia, lokalisasi Gunung Antang yang dekat dengan Stasiun Matraman berdiri di lahan milik PT Kereta Api Indonesia atau KAI.
"Itu lahan milik KAI lokalisasi Gunung Antang. Sampai hari ini kami belum terima surat dari KAI terkait penertiban," ucap pria yang akrab disapa Ariza ini saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Baca juga: Perkara Tak Mau Bayar Uang Kencan, Sugito Akhirnya Dihabisi di Gunung Antang
Ia mengatakan, Satpol PP Pemkot Jakarta Timur akan menertibkan dengan membongkar bedeng di lokalisasi Gunung Antang setelah menerima surat permohonan dari PT KAI.
Apalagi, warga yang bermukim di sekitar lokalisasi Gunung Antang sudah meminta Pemprov DKI Jakarta bergerak melakukan penertiban.
"Kita harus saling menghormati, tidak serta merta (membongkar, red). Kita harus carikan solusi, apalagi ada permintaan dari warga agar lokalisasi tersebut dibersihkan," imbuh dia.

Warga Diserang 'Penguasa' Gunung Antang
Desakan penutupan lokalisasi Gunung Antang dipicu protes warga setelah mendapatkan serangan dari para preman yang mencari peruntungan di sana.
Penyerangan itu berlangsung di Jalan Kemuning, RT 005 RW 001, Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Setidaknya, warga RW 001 Rawa Bunga mendapat dua kali penyerangan, yakni pada Minggu (12/6/2022) dini hari WIB dan Senin (13/6/2022).
Empat warga terluka dan satu rumah rusak akibat mendapatkan lemparan batu dari pelaku penyerangan pada Minggu dini hari.
Sementara itu saat penyerangan lanjutan Senin dini hari, warga mendengar suara tembakan lebih dari tiga kali.
Salah satu peluru menembus rolling door dan kaca etalase milik warga. Pelaku penyerangan diduga berasal dari lokalisasi tersebut.
Baca juga: Banyak Kasus Kriminal, Penertiban Lokalisasi Gunung Antang Masih Tahap Perencanaan
Belakangan, pelaku yang melepaskan tembakan ke rumah warga sudah polisi ciduk. Pelaku yang menjadi tersangka kasus ini adalah Suardi.
Tersangka pembacokan dan penembakan di permukiman warga Jatinegara ini mengaku membeli senjata api rakitan jenis Revolver dari marketplace.
Preman Lokalisasi Gunung Antang ini mengaku membeli senjata tersebut dalam bentuk airsoft guns, lalu meminta dirakit kembali.

Senjata api rakitan itu dipakai Suardi saat menyerang permukiman warga Jalan Kemuning Bendungan, Rawa Bunga, Jatinegara pada Senin sekira pukul 02.00 WIB.
Polisi pascakejadian menemukan proyektil dan mengamankan sembilan butir peluru dan sebilah golok untuk membacok warga.
"Keterangan sementara yang bersangkutan beli secara online. Tapi ini masih kita dalami. Ini adalah Airsoft Guns yang dirakit menjadi senjata api," ujar Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Budi Sartono, Sabtu (18/6/2022).
Suardi menyerang permukiman warga Jalan Kemuning Bendungan karena dendam beberapa waktu sebelumnya, karena sang adik dituduh mencuri kotak amal.
Suardi dibantu bersama dua rekannya sesama preman Lokalisasi Gunung Antang berinisial ARS dan HD yang kini masih dalam pengejaran Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur.
Pelanggan Lokalisasi Gunung Antang Tewas
Lokalisasi Gunung Antang tak hanya menimbulkan konflik para preman dengan warga sekitar. Konflik juga muncul antara para preman dengan pria hidung belang.

Menurut catatan TribunJakarta.com, seorang pria bernama Sugito (45) ditemukan tewas di lokasisasi Gunung Antang, Minggu (17/10/2021) pagi.
Polisi mendapati luka di punggung Sugito. Rosid warga sekitar menduga korban tewas setelah dikeroyok sekelompok orang bersenjata tajam.
"Mungkin habis 'main' sama perempuan enggak bayar, jadinya dikeroyok. Sepertinya akibat dibacok. Soalnya banyak luka," kata Rosid.
Warga sempat melihat Sugito datang bersama sejumlah rekannya ke lokalisasi Gunung Antang pada Minggu dini hari, tidak lama terlibat perkelahian.
Dalam pengaruh minuman keras, korban tewas dalam perkelahian dengan sekelompok orang. Sementara rekan-rekannya pergi melihat Sugito terkapar.
Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Erwin Kurniawan membenarkan Sugito sedang mabuk sebelum dikeroyok dan ditemukan tewas sekira pukul 05.00 WIB.
Sugito bersama keenam rekannya lalu menyewa PSK di lokasi. Setelah puas bercinta, Sugito menolak membayar jasa PSK.
Baca juga: Wagub Ariza Minta Wali Kota Jaktim Segera Tertibkan Lokalisasi Gunung Antang: Asusila Dilarang!
"Akhirnya cekcok dengan kelompok di sana," kata Erwin di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (18/10/2021).
Para pelaku pengeroyokan, yakni Jemmy Septiadi, Ferdy Sanjaya, Akbar, Ipul, Gading, dan Bolot.
Mereka mengeroyok, menusuk dengan pecahan botol, lalu menikam menggunakan senjata tajam, hingga Sugito tewas terkapar di pinggir rel.

Para pelaku sempat kabur setelah pengeroyokan, namun Jeremy dan Ferdy berhasil diringkus jajaran Satreskrim Polrestro Jakarta Timur berdasarkan keterangan para saksi.
"Barbuk yang ditemukan adalah pecahan botol. Ini diduga digunakan menusuk korban hingga meninggal. Kemudian ada sepasang sepatu warna abu-abu dengan bercak darah tersangka JS," ujarnya.
Kedua tersangka sudah ditahan di sel Mapolrestro Jakarta Timur dijerat pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.
Sementara tersangka Akbar, Ipul, Gading, dan Bolot, menurut Erwin, sedang dikejar personel jajaran Satreskrim Polrestro Jakarta Timur.
Kisah Kelam Lokalisasi Gunung Antang
Kematian Sugito yang dipicu masalah belum bayar uang kencan menambah riwayat kelam lokalisasi Gunung Antang.
Ketua RW 09 Palmeriam, Sutrisno (66), bercerita lokalisasi Gunung Antang beroperasi sekitar 1970. PSK yang beroperasi di sana memasang tarif bervariasi.
Baca juga: Magnet Lokalisasi Gunung Antang, Mencuat Lagi Saat Sugito Dihabisi Gegara Tolak Bayar Uang Kencan
Semua itu tergantung usia. Untuk tarif dari Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu. PSK di sini tetap diburu pria pemuja nafsu sesaat.
"Dari tahun 1970-an sudah di situ. Relatif ya (tarifnya), ada Rp 200 ribu, Rp100 ribu, Rp 50 ribu. Ada yang muda, tua," cerita Sutrisno di Matraman, Jakarta Timur, Selasa (19/10/2021).
Usia para PSK di lokalisasi Gunung Antang berkisar 20-50 tahun, berasal dari Jakarta, hingga kota penyangga seperti Depok dan Bogor.

Sepengetahuan Sutrisno, beberapa PSK yang ke lokalisasi Gunung Antang diantar menggunakan sepeda motor oleh joki sekira pukul 20.00 WIB.
Jam segitu kawasan Gunung Antang mulai beroperasi, transaksi sudah menggeliat dari para penjaja dan pria hidung belang.
"Pendatang ada dari Citayam, dari Depok, dari bongkaran Kalijodo juga ada. Sekitar jam tujuh dan jam 8 malam (PSK) udah datang, ada yang bawa kendaraan motor," ujarnya.
Lokalisasi Gunung Antang tak hanya menjajakan perempuan PSK, tapi juga peredaran minuman keras hingga judi koprok. Segala jenis hiburan ini memicu beberapa kasus penganiayaan hingga merenggut korban jiwa.
Sejumlah warga sekitar pun, kata Sutrisno, resah dengan keberadaan lokalisasi Gunung Antang.
"Pembunuhan selama pandemi, baru yang kemarin kejadian. Ya mau gimana? Warga sekitar juga takut nanti ada gesekan, yang penting enggak ganggu wilayah situ," tuturnya.
Beberapa tahun lalu petugas gabungan pernah menertibkan lokalisasi Gunung Antang. Ibarat jamur di musim hujan, lokalisasi Gunung Antang selalu menjadi daya tarik.