Ajudan Jenderal Ferdy Sambo Ditembak

Bayangkan Hasil Lie Detector Putri Candrawathi Disidangkan, Psikolog Yakin Ahli Polri Bakal Skakmat

Psikolog forensik Reza Indragiri menyimulasikan jika hasil lie detector Putri Candrawathi itu bakal dibawa ke persidangan.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Tribun Jakarta
Kolase foto Putri Candrawathi, tersangka pembunuhan berencana Brigadir J. Psikolog forensik Reza Indragiri menyimulasikan jika hasil lie detector Putri Candrawathi itu bakal dibawa ke persidangan. 

Diambhil berdasarkan dari reaksi fisiologis," kata Reza coba menyimulasikan persidangan Putri Candrawathi nantinya.

Lalu, lanjut Reza, jika jawaban seperti itu yang dilontarkan saksi ahli, maka hakim akan bertanya tentang reaksi fisiologis terhadap suatu kejujuran atau kebohongan.

"Pada pertanyaan itulah saya khawatir ahli lie detector akan skakmat," kata Reza.

"Sebab tidak ada kondisi fisiologis itu yang mutlak adanya tak terbantahkan berkaitan jujur atau dustanya manusia," lanjut dia.

Komnas HAM ungkit soal dugaan pelecehan seksual oleh Brigadir J kepada istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. Pensiunan jenderal bintang tiga ini minta diizinkan tertawa dulu ketika ditanyakan hal tersebut. Sebut Komnas HAM seperti tak mengerti hukum.
Komnas HAM ungkit soal dugaan pelecehan seksual oleh Brigadir J kepada istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. Pensiunan jenderal bintang tiga ini minta diizinkan tertawa dulu ketika ditanyakan hal tersebut. Sebut Komnas HAM seperti tak mengerti hukum. (Kolase TribunJakarta)

Padahal, kata Reza, bisa saja sejumlah reaksi yang dialami Putri Candrawathi seperti keringat berceceran, pupil membesar, suhu badannya yang naik, degup jantungnya yang tinggi disebabkan karena dia sedang sakit atau bingung ketika ditanya melalu lie detector.

"Intinya tidak ada tali yang mutlak antara kondisi fisiologis manusia dengan kejujuran atau tidak," kata Reza.

Mantan Kabareskrim: Akurasi Lie Detector 60 Persen

Sementara itu, eks Kabareskrim Polri, Komjen (Purn) Ito Sumardi mengatakan pemeriksaan tersangka atau saksi menggunakan lie detector biasa digunakan oleh penyidik, tapi akurasi alat ini diragukan.

“Ini hal yang biasa dilakukan oleh penyidik, karena pihak penyidik ingin mendapatkan hasil yang lebih optimal dari pemeriksaan saksi maupun tersangka,” jelas dia dalam dialog Kompas Malam, Kompas TV, Selasa (6/9/2022).

“Karena penyidik menduga ada hal yang disembunyikan.”

Kelima tersangka pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Kuat Maruf, Bhadara E, dan Bripka RR diperiksa menggunakan lie dectector atau uji kebohongan. Lalu apakah penggunaan lie detector tersebut efektif? Komjen Pol Purn Ito Sumardi membeberkan analisannya.
Kelima tersangka pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Kuat Maruf, Bhadara E, dan Bripka RR diperiksa menggunakan lie dectector atau uji kebohongan. Lalu apakah penggunaan lie detector tersebut efektif? Komjen Pol Purn Ito Sumardi membeberkan analisannya. (Kolase Tribun Jakarta)

Tapi, lanjut Ito, kadang-kadang penyidik tidak terlalu mengandalkan alat ini karena akurasinya diragukan.

Ia menyebut akurasi dari alat itu sangat tergantung pada kondisi terperiksa, termasuk jika seseorang dalam kondisi nervous atau grogi, lelah, atau sakit, maka akan sangat memengaruhi hasilnya.

“Demikian pula ada orang-orang yang sudah terbiasa, biasanya residivis, dia mampu menghandel pertanyaan yang menjebak,” kata Ito.

“Sehingga hasilnya menampilkan pola yang tidak menunjukkan bahwa orang tersebut berbohong.”

Penggunaan lie detector, tutur Ito, biasanya dilakukan oleh penyidik sebagai suatu upaya agar hasil pemeriksaan saksi-saksi ini bisa diuji kebenarannya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved