Sisi Lain Metropolitan

"Tolong Bantuan,"Jeritan Sopir Bajaj Penghuni Kolong Tol Penjaringan Hidupi Istri, Anak Hingga Cucu

Jeritan sopir bajaj Zainudin penghuni kolong tol Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (22/9/2022). Ia harus menghidupi istri, anak hingga cucu.

TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Sopir bajaj penghuni kolong tol RT 09 RW 016 Kelurahan Penjaringan, Zainudin. Jeritan sopir bajaj Zainudin penghuni kolong tol Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (22/9/2022). Ia harus menghidupi istri, anak hingga cucu. 


Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, PENJARINGAN - Jeritan kemiskinan terdengar dari mulut seorang sopir bajaj penghuni kolong tol di wilayah RT 09 RW 016 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Zainudin, sopir bajaj tersebut, meratapi kondisi kehidupannya yang jauh dari kata cukup di tengah situasi kenaikan harga BBM saat ini.

Apalagi, bapak tiga anak itu mengaku belum pernah menerima bantuan sosial apapun semenjak sebelum pandemi Covid-19.

Zainudin sehari-hari mencari nafkah sebagai sopir bajaj keliling wilayah Penjaringan.

Belakangan, seiring kenaikan harga BBM subsidi, Zainudin makin kelimpungan mengatur keuangan yang tak seberapa itu.

Baca juga: Sering Hanya Makan Nasi dan Garam, Keluarga Miskin Tomang Harapkan Uluran Tangan Mensos Risma

Jika dewi fortuna sedang berada di pihaknya, Zainudin bisa mengantongi Rp 40-50 ribu sisa dari setoran ke pemilik bajaj di Teluk Gong.

Uang tersebut dibawanya pulang untuk memberi makan semua orang yang tinggal di gubug kolong tolnya.

Tak cuma memberi makan istri dan ketiga anaknya, uang yang jauh dari kata cukup itu juga untuk memenuhi kebutuhan cucu-cucunya.

"Anak tiga, cucu tiga, tinggal masih satu rumah semua barengan. Nafkah saya buat mereka semua," katanya saat ditemui Kamis (22/9/2022) petang.

Sopir bajaj penghuni kolong tol RT 09 RW 016 Kelurahan Penjaringan, Zainudin.
Sopir bajaj penghuni kolong tol RT 09 RW 016 Kelurahan Penjaringan, Zainudin. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Yang paling menyedihkan, kerap kali Zainudin harus menahan lapar lantaran tidak mendapatkan uang sepeserpun akibat sepi penumpang.

Ia pun hanya bisa meminta sedikit dari pendapatan salah seorang anaknya yang juga menarik bajaj untuk membeli makan untuk penghuni rumah lainnya.

"Kadang pendapatan nol, kadang Rp 10 ribu, kadang sampai nggak makan, makan cuma dua kali, ya pernah," ucap Zainudin.

Kini, ketika beberapa waktu belakangan pemerintah mulai meyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM, Zainudin juga hanya bisa gigit jari.

Baca juga: Pilu Keluarga Miskin di Jakarta Barat, Cuma Makan Nasi dan Garam Demi Bertahan Hidup

Ia sama sekali belum mendapatkan bantuan yang sangat didamba-dambakannya itu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved