Kasus Gangguan Ginjal Akut

Bakal Datangi Faskes, Aksi Heru Budi Hartono Hadapi Lonjakan Kasus Gangguan Ginjal Akut di Jakarta

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono melakukan sejumlah langkah hadapi lonjakan kasus gangguan ginjal akut di ibu kota.

Kolase Foto Tribun Jakarta
Kolase Foto Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dan Pasar Pramuka. Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono melakukan sejumlah langkah hadapi lonjakan kasus gangguan ginjal akut di ibu kota, Kamis (20/10/2022). 

"Dari 71 kasus tadi, sebanyak 35 anak berdomisili di DKI Jakarta. Kemudian 9 dari Banten, Jawa Barat ada 16 kasus, dan 7 kasus di Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi)," ujarnya.

Anak buah penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta ini menerangkan, penyakit ginjal akut pada anak ini pertama kali dilaporkan pada Maret 2022 lalu.

Kemudian, jumlah kasus terus bertambah setiap bulannya hingga mencapai puncaknya pada Oktober ini dengan jumlah temuan mencapai 31 kasus.

"Kenapa lok meningkat? Karena memang informasinya sudah lengkap. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) sudah mengeluarkan edaran, Kemenkes juga keluarkan edaran," tuturnya.

"Kemudian kami sosialisasi sehingga rumah sakit yang sempat merawat dan sedang merawat langsung melaporkan kepada kami," sambungnya.

Pedagang Pasar Pramuka Masih Jual Obat Sirop

Kios pedagang obat di Pasar Pramuka, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, Kamis (20/10/2022)
Kios pedagang obat di Pasar Pramuka, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, Kamis (20/10/2022) (Istimewa)

Pedagang obat di Pasar Pramuka, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur masih menjual obat sirop.

Pedagang Paguyuban Pedagang Obat Pasar Pramuka, Yoyon mengatakan pihaknya masih menjual obat sirop karena menilai intruksi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tak jelas.

Pasalnya Kemenkes tidak merinci daftar obat yang dilarang dijual sementara, dan hingga kapan larangan penjualan berlaku selama proses investigasi memastikan penyebab gagal ginjal akut berlangsung.

"Masih ada yang konsumen beli, masih kita jual juga. Namun agak berkurang penjualan," kata Yoyon di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (20/10/2022).

Menurutnya warga yang membeli obat jenis sirop di tengah lonjakan kasus gangguan ginjal akut sudah mengetahui risiko, sehingga pedagang menyerahkan masalah pembelian kepada konsumen.

Baca juga: Gangguan Ginjal Akut, Larangan Beli Obat Sirop Bikin Bingung Pembeli di Pasar Pramuka

Di Pasar Pramuka yang merupakan sentra penjualan obat dan alat kesehatan, 30 persen konsumen membeli obat jenis sirop berbagai jenis dan 70 persen jenis tablet, kapsul.

"Kalau memang dia (konsumen) membeli dia sudah tahu apapun dampaknya. Mereka juga tahu bukan tugas kita (pedagang) untuk menjelaskan mereka seperti itu," ujarnya.

Yoyon menuturkan bagi pedagang intruksi pemerintah menghentikan penjualan sementara obat sirop tidak memberikan solusi, justru merugikan karena pendapatan berkurang.

Para pedagang cemas obat yang sudah mereka beli bakal kedaluwarsa saat menanti hasil investigasi, sementara pemerintah tidak menarik peredaran obat jenis sirop.

"Ada batas waktunya obat ini expired. Kawan-kawan (pedagang obat) ini bukan rugi Rp10, Rp20 juta bisa ratusan juta ruginyam Walaupun kecil jumlahnya banyak," tuturnya.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved