Hari Pahlawan 10 November

Cerita Suripto Pejuang Serangan Umum Surakarta: Jadi Dokter Ikhlas, Masih Ingat Pesan Slamet Riyadi

Dari sekian pertempuran, Suripto di usia 91 tahun masih ingat dan antusias bercerita Serangan Umum Surakarta atau Serangan Umum Empat Hari.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Veteran pejuang kemerdekaan, Suripto (91) saat menerima TribunJakrta.com di rumahnya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (9/11/2022). Dari sekian pertempuran yang dialaminya sebagai tentara pelajar, Suripto masih ingat dan antusias bercerita Serangan Umum Surakarta atau Serangan Umum Empat Hari. 

"Teman bapak dua orang meninggal, satu mengalami cacat dan dua selamat. Bapak termasuk yang selamat itu," pungkasnya. 

Pengabdian Dokter Ikhlas

Setelah masa revolusi selesai dan Indonesia damai, perjuangan Suripto tak lantas selesai. Ia memilih mengabdi ke masyarakat.

Baca juga: Arti Bela Negara Bagi Kong Usman, Pejuang Kemerdekaan Usia 100 Tahun yang Pilih Hidup Sebagai Sipil

Imam bercerita, ayahnya selepas jadi tentara pelajar memilih tawaran beasiswa dari pemerintah untuk kuliah di jurusan kedokteran Universitas Gadjah Mada, ketimbang berkarier di militer.

"Bapak milih kedokteran di UGM," kata Imam.

Tampak salah satu penghargaan yang diterima veteran pejuang kemerdekaan, Suripto (91) saat menerima TribunJakrta.com di rumahnya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (9/11/2022).
Tampak salah satu penghargaan yang diterima veteran pejuang kemerdekaan, Suripto (91) saat menerima TribunJakrta.com di rumahnya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (9/11/2022). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Setelah menamatkan studinya di UGM, Suripto sempat bergabung ke tenaga kesehatan di Balai Keselamatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Ia mendapatkan kesempatan beasiswa untuk belajar mengambil spesialis kesehatan penerbangan di Amerika.

Sambil bekerja, Suripto membuka praktik dokter umum.

"Sekalian bekerja, ayah dan ibu saya buka praktik dokter di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat," kata Imam.

Suripto dan istrinya dikenal sebagai dokter ikhlas, menerima bayaran apapun jika pasien yang datang tak memiliki uang.

Menurut Imam, orangtuanya berbuat demikian karena bentuk pengabdian dan balas budi Suripto kepada rakyat.

"Zaman perang, bapak saya sering dibantu warga sekitar. Pasokan makanan dikasih warga sekitar. Ada temannya yang tertembak juga dibantu sama warga," cerita Imam.

Bahkan, sebagai dokter kedua orangtuanya rela bila tak dibayar sepeser pun. Sebagai gantinya, mereka menerima buah-buahan dari si pasien.

"Dulu mereka saat buka praktik ada yang cuma bayar pakai pisang sampai kelapa. Bukan berupa uang," tambahnya.

Biasanya, penjual obat yang datang ke Suripto suka memberikan contoh obat atau sampelnya. Obat-obatan itu Suripto kasih cuma-cuma kepada warga yang membutuhkan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved