Gempa di Cianjur
Terdampak Gempa Cianjur, Banyak Warga Cibeureum Patah Tulang, Kepala Bocor, Makan Minum Ngutang
Banyak warga Kampung Cibeureum mengalami patah tulang, kepala bocor tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa Cianjur. Makan minum pun sampai ngutang.
TRIBUNJAKARTA.COM, CIANJUR - Banyak warga Kampung Cibeureum mengalami patah tulang, kepala bocor tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa Cianjur.
Bahkan, untuk kebutuhan makan minum pun mereka terpaksa sampai ngutang ke warung terdekat.
Kesaksian itu disampaiakn Yani Suryani, Ketua RT 06/RW 01 Kampung Cibeureum, Desa Cibeureum kepada Tribun Depok pada Selasa (22/11/2022).
Di balik bencana alam yang meluluhlantakkan hampir semua rumah warganya, Yani masih bersyukur karena tak ada satupun korban jiwa.
Ia bercerita kondisi rumah warga RT 06/01 Kampung Cibeureum memprihatinkan, hampir semuanya rata dengan tanah.
"Banyak warga yang ketimpa, banyak yang patah tulang sama kepalanya bocor, untuk korban jiwa alhamdulillah enggak ada," jelas Yani.
Kampung Cibeureum masuk Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, yang masuk kategori kecamatan terparah terdampak gempa Cianjur.
Baca juga: Itu Anak Saya, Bajunya Merah, Ucap Deden Lalu Menangis Lihat Buah Hati Jadi Korban Gempa Cianjur
Ia memastikan banyak warganya harus mengutang ke warung terdekat untuk kebutuhan makan dan minum.
"Belum ada bantuan dari pemerintah, sampai kita harus ngutang ke warung buat makan minum warga sama anak-anak," beber dia.
Sampai hari kedua pasca-gempa, warga Cibeureum memilih mendirikan tenda seadanya
Warga Kampung Cibeureum trauma masuk ke rumahnya masing-masing, khawatir ada gempa susulan.
Menurut Yani, warga terdampak gempa Cianjur membutuhkan tenda, selimut, makanan dan kebutuhan bayi dan anak-anak.
Ia khawatir jika tenda darurat seadanya membuat para pengungsi, terutama bayi dan anak-anak kedinginan.
"Malam dingin ya, tenda kita seadanya. Selimut sama makanan bayi, susu, pampers kita enggak ada, juga makanan sehari-hari dan obat-obatan," ucap dia.
Bayi 3 Bulan Selamat
Fitriyani merasakan langkahnya berat saat gempa Cianjur magnitudo 5,6 yang melanda Desa Cibeureum pada Senin (21/11/2022 siang.
"Saking getarannya yang kuat, selangkah saja terasa berat. Karena digoncang sana sini," cerita Fitriyani disitat dari Tribun Depok.
Siang itu sudah kebiasaannya saban pukul 13.00 WIB menidurkan Qidira Shanum, putrinya yang masih 3 bulan setelah minum ASI.
Ia masih sempat menyanyikan lagu anak untuk buah hati tercintanya.
Baca juga: Korban Luka Gempa Cianjur: Rumahnya Hancur, Kandang Kambing Justru Aman, Kini Trauma dengan Bata
Hanya hitungan detik setelah menidurkan Shanum ke tempat tidur, getaran hebat dirasa Fitriyani.
Dari dalam rumahnya, ia mendengar warga teriak "gempa, gempa, gempa."

Naluri ibu, Fitriyani langsung mengangkut Shanum dan langsung bergegas ke lokasi terbuka yang lebih aman.
"Shanum harus selamat dan ke tempat aman," hanya itu yang terlintas di pikirannya sehingga bertindak cepat.
Baca juga: UPDATE: Korban Meninggal Dunia Gempa Cianjur Melonjak jadi 268 Orang, 151 Orang Masih Hilang
Akibat gempa itu, Fitriyani mengaku masih trauma dan belum memutuskan lagi kembali ke rumahnya sampai aman.
Meski kondisi rumahnya hanya rusak ringan, seperti dinding retak dan atap roboh di sejumlah sisinya.
"Cuma itu enggak saya pikirin, saya cuma pikirin Shanum saja," kata Fitriyani.
Fitriyani dan ibu-ibu sepertinya berharap pemerintah memberikan perhatian khusus untuk bayi yang tinggal di tenda pengungsian.
Saat ini ibu-ibu yang punya bayi membutuhkan popok, pakaian, susu dan selimut.
"Alhamdulillah, putri saya selamat. Saya bersyukur," kata Fitriyani sambil menangis memandang Shanum yang tertidur di tenda.
Suara Ibu Hamil Terdengar di Reruntuhan
Kondisi di Desa Cibeureum juga dijumpai di Kampung Seulaeurih, Desa Benjot, yang masih di bawah Kecamatan Cugenang.
Di sini baru ada relawan, sementara tim evakuasi gabungan dari unsur TNI dan Polri belum masuk.
Terpantau warga bergotongroyong mengangkat satu per satu kayu batangan dari sebuah rumah ambruk.
Mereka mendengar dari balik reruntuhan rumah tersebut, samar-samar suara perempuan minta tolong.
Beredar kabar, empunya suara adalah Indri Rahmawati (23) yang sedang hamil anak kedua usia kandungan empat bulan.
Baca juga: Kondisi Adik Dinar Candy saat Ditemukan Usai Gempa Cianjur, Ada Temannya Nekat Loncat dari Lantai 3
Sejak gempa Cianjur meluluhlantakkan banyak bangunan di sekitar episentrum pada Senin (21/11/2022) siang, Indri dinyatakan hilang.
Warga masih belum menemukan Indri sampai Selasa (22/11/2022) malam.
Mereka menduga Indri tertimpa reruntuhan rumah yang roboh akibat gempa Cianjur.
Ipah (47) harap-harap cemas karena putrinya itu belum kunjung diketahui keberadaannya.
Suaranya parau, sorot matanya nanar, wajahnya terlihat lelah karena sejak kemarin ia belum tidur.
"Apalagi di tenda pengungsian seperti ini banyak warga lain ikut bergadang menjaga anak-anak mereka," kata Ipah.
Sebelum gempa Cianjur, putrinya pamit ke warung untuk kuaci karena bawaan orok.
Sayang, kuaci yang dicari tak didapat lantas Indri pergi ke rumah pamannya, Didin.
"Dari rumah kerabatnya itu ia sudah pamit untuk pulang," cerita Ipah ditemui di tenda pengungsian pada Selasa sore.
Ia lantas melanjutkan, "saat berjalan pulang terjadi gempa dan semua rumah ambruk ke jalan."
Dugaan Ipah, saat gempa sang putri takut dan berteduh di sebuah rumah namun ambruk kena getaran.
Tertimpa Bangunan saat Berteduh
"Ada yang melihat anak saya berteduh, karena saat gempa terjadi gerimis juga," Ipah menambahkan seperti disitat dari Tribun Jabar.
Saat kejadian, suami Indri sedang bekerja di Jakarta dan kini masih ikut mencari belahan jiwanya itu.
Baca juga: Datangi Pemakaman Bocah Korban Gempa Cianjur, Ridwan Kamil Beri Pesan Mendalam ke Ayah Alinda
Tak hanya itu, Ipah ikut mendatangi rumah sakit terdekat khawatir anaknya sudah dievakuasi.
Dari kejauhan, debu beterbangan di antara material bangunan roboh yang diangkut warga dan sejumlah relawan dari sumber suara.

Mereka menggunakan peralatan seadanya memindahkan bebatuan dan menggali, tanpa bantuan alat berat.
Pencarian sementara dihentikan saat azan Magrib.
Didin menjelaskan keponakannya Indri sedang mengandung anak kedua usia kandungan empat bulan.
Ia sempat mengobrol dengan Indri setelah tak dapat kuaci dari warung yang tak begitu jauh dari rumahnya.
Waktu itu, Didin sedang memberi makan burung dan belum sempat menggantungkan sangkarnya.
"Dia pergi. Hitungan detik, enggak lama gempa," ujar Didin kepada TribunnewsBogor.com.
Saat gempa Cianjur, keponakannya itu tak sempat keluar gang, sementara bangunan di sekitarnya ambruk.
Didin menduga Indri masih terjebak di gang tersebut dan tertimpa rumah roboh.
"Belum tau pasti dia di mana, entah di sini, entah di samping masjid. Karena gang ini tembusan," aku Didin.
Tak jauh dari Kampung Seulaeurih, tepatnya di Kampung Nagrog, warga antusias memanfaatkan pengobatan gratis relawan Ners Indonesia.
Sebelum bantuan datang, mereka sempat mengadu di media sosial karena belum datang bantuan logistik dan obat-obatan.
Baca juga: DKI Jakarta Kirim Ratusan Personel Gabungan ke Lokasi Gempa Cianjur, Termasuk Petugas Trauma Healing
Banyak warga menderita luka ringan seperti memar ingin berobat.
"Alhamdulillah hari ini ada pengobatan gratis dari Ners Indonesia, warga langsung antusias berobat," ujar Asep, warga Kampung Nagrog.

Hanya kendaraan roda doa yang bisa mengakses sejumlah spot di Kampung Nagrog dan Kampung Seulaeurih.
Pantauan wartawan Tribun di lokasi, banyak reruntuhan rumah menutupi jalan dan belum sepenuhnya dievakuasi alat berat.
Tenda-tenda darurat dipenuhi pengungsi mudah dijumpai sepanjang jalan dari Desa Sukamanah, Desa Gasol, hingga Desa Benjot.
Mereka takut kembali ke rumahnya karena rusak, di samping itu khawatir ada gempa susulan.
Menjelang Magrib, gempa susulan kembali mengagetkan warga Desa Benjot yang bertahan di tenda pengungsian.
Korban Terbaru 268 Orang
Korban meninggal akibat gempa Cianjur mencapai 268 orang untuk sementara.
"Korban jiwa meninggal dunia 268," ujar Kepala BNPB Suharyanto dalam konferensi pers hari ini.
Sementara korban jiwa telah teridentifikasi sejumlah 122 dari 268 orang.
Menurut data dari lapangan , korban hilang 151 orang dan masih dalam pencarian.
"Apakah dari 151 orang (hilang) ini bagian dari yang belum teridentifikasi akan kami dalami lebih lanjut," imbuh dia.
Sedangkan korban luka-luka 1.083 orang dan 58.362 warga harus mengungsi.
Berdasarkan data kerusakan dari Pusdalops BPBD Kabupaten Cianjur, total ada 22.198 unit rusak.
Dengan rincian, bangunan rusak berat 6.570 unit, rusak sedang 2.071 unit, dan rusak ringan 12.641 unit.
Semua bangunan rusak itu tersebar di 12 kecamatan di Kabupaten Cianjur.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News