Kenapa Hari Natal Identik dengan Warna Merah, Salju dan Pohon Cemara? Begini Asal-usulnya
Sadar enggak sih, perayaan natal selalu identik dengan pohon cemara, salju sinterklas dan warna merah. Kira-kira kenapa ya? Cek asal-usulnya yuk!
Penyembahan pohon biasa dilakukan di antara orang Eropa pagan.
Selain itu, masyarakat Skandinavia sering mendekorasi rumah dan gudang dengan pohon cemara pada Tahun Baru untuk menakut-nakuti Iblis.
Sekaligus mendirikan pohon untuk burung selama Natal.
- Simbol Tanaman Eden
Sejarawan Gustav Strenga mengatakan bahwa kemungkinan besar pohon Natal berasal dari wilayah Alsace di abad ke-16.
Dulu, Alsace adalah bagian dari Jerman. Hal senada disampaikan Profesor studi agama Carole Cusack, yang menyebutkan kalau pohon Natal modern bermula dari Jerman.
Saat itu, ada yang mengatakan bahwa pohon Natal terinspirasi dari pohon surga, simbol Taman Eden yang bercerita tentang Adam dan Hawa.
Tentang Salju saat Natal
Tidak hanya pohon cemara, salju juga seringkali dikaitkan dengan perayaan Natal. Beberapa orang mengatakan bahwa koneksi antara salju dan Natal menjadi kuat karena pengaruh lagu, cerita, dan juga gambar.
Pada pertengahan 1800, ‘Jingle Bells’ merepresentasikan gambar salju dan kereta luncur yang menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan musim dingin, tetapi di situ sama sekali tidak disinggung tentang Natal.
Seiringnya waktu, lagu itu menjadi salah satu lagu Natal paling populer dan dikenal orang di seluruh dunia.
Dari pertengahan hingga akhir abad ke-19, cetakan litograf karya Currier dan Ives juga berisikan pemandangan bersalju dari kehidupan Amerika pada saat itu. Menurut Ohio Memory, akhirnya pemandangan bersalju menjadi identik dengan cita-cita Natal Amerika klasik.
Tidak hanya di Amerika, di Eropa, Charles Dickens juga mempublikasi sebuah cerita yang berjudul ‘A Christmas Carol’ pada 1843 yang menggambarkan suasana salju dan es saat Natal. Ahli Meteorologi Accu Weather, Jesse Ferrel, juga menungkap alasan klimatologis kenapa orang-orang memimpikan white Christmas.
Alasannya, kebanyakan cerita Natal bersalju diciptakan sepanjang ‘Little Ice Age’ pada 1800.
Saat itu, Amerika Utara bagian utara dan Eropa sering mengalami hujan salju yang lebih lebat dari biasanya dan cuacanya jauh lebih dingin.
Seabad kemudian, bermunculan lagu yang bernuansa kombinasi antara musim dingin, kepingan salju, Natal, dan kehangatan. Lagu-lagu itu seperti ‘Winter Wonderland’ (1934), ‘Let it Snow’ (1945), dan ‘White Christmas’ (1941). Selain itu, lagu ‘White Christmas’ versi Bing Crosby menjadi single dengan penjualan terbesar sepanjang masa menurut Guinness World Records.
“Lagu-lagu itu menciptakan citra yang begitu kuat. Mereka adalah mesin waktu yang datang kembali dan mengunjungi kami setiap tahun,” kata penulis ‘Stories Behind the Best-Loved Songs of Christmas’, Collins.
Lukisan ikonik Normal Rockwell tentang musim dingin dan Natal di New England juga berkontribusi besar dalam menjadikan orang memimpikan white Christmas.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/ilustrasi-natal-2021.jpg)