Sisi Lain Metropolitan
Kisah Kakek Jusuf Usia 90 Tahun Ngamen di Jalan Sabang, Berharap Bertemu Cucu dan Cicit di Maluku
Cerita kakek Jusuf Sunardi berusia 90 tahun mengamen di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Ia berharap bertemu cucu dan cicit di Maluku.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Deretan tenda kaki lima yang diterangi lampu dan dipadati lalu lalang para pemburu kuliner menandakan kembali hidupnya suasana di Jalan Sabang, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Ya, kawasan Jalan Sabang,sudah kembali ke hakikatnya sebagai surga kuliner di ibu kota seiring kian redanya Covid-19.
Kian malam maka kian ramai juga warga yang datang ke salah satu tempat kuliner legendaris di pusat kota Jakarta.
Latar belakang mereka yang datang beragam.
Ada yang pekerja pulang kantor, mereka yang memang ingin menghabiskan malam sambil kulineran sampai wisatawan yang menginap di sekitar Jalan Jaksa.
Baca juga: Farel Prayoga, dari Ngamen Lalu Nyanyi Depan Jokowi, Kini Pemenang di Indonesia Dangdut Awards 2022
Layaknya tempat kuliner kaki lima pada umumnya, ramainya pengunjung dimanfaatkan para musisi jalanan untuk beraksi.
Di sepanjang Jalan Sabang terlihat ada beberapa kelompok musisi jalanan yang sedang 'menemani' santap malam para pengunjung.

Satu yang pasti, mereka tak sekadar menyanyi asal-asalan demi mendapat uang.
Mereka biasanya berkelompok terdiri dari lima sampai enam orang yang terdiri dari vokalis, pemain gitar hingga cajon atau drum akustik.
Namun diantara sederet musisi jalanan di Jalan Sabang, ada satu yang menyorot perhatian.
Yakni ketika ada seorang kakek yang menjadi vokalis di salah satu kelompok musisi jalanan di sana.
Sang kakek yang memakai topi biru nampak menikmati tampil bernyanyi dengan diiringi empat pemuda.
Lagu Semalam di Cianjur dan Jangan Salah Menilai dinyanyikan sang kakek dengan suara bagusnya tanpa ada lirik yang salah.
Berusia 90 Tahun

Usai menyanyikan beberapa lagu di tenda kaki lima, sang kakek dan teman-teman ngamennya yang lebih terasa sebagai cucu-cucunya kemudian beristirahat di depan sebuah cafe.
"Nama saya Jusuf Sunardi umur saya 90 tahun," kata kakek itu membuka perbincangan dengan TribunJakarta.com, Rabu (11/1/2023) malam.
"Saya lahir 15 Agustus 1932 di Semarang, Jawa Tengah," ujar kakek Jusuf melanjutkan asal-usulnya.
Di usia yang disebutnya sudah menginjak 90 tahun, kakek Jusuf terlihat masih sangat sehat.
Baca juga: Angelina Sondakh Tak Masalah Ngamen di Stasiun MRT Demi Nafkahi Anak, Justru Bersyukur Kepada Tuhan
Posturnya memang sedikit membungkuk, namun dia masih kuat bernyanyi puluhan lagu setiap malamnya sampai menjelang pagi.
Hebatnya lagi, kakek Jusuf juga sama sekali tak pikun.
Dia masih ingat betul segala apa yang telah dilalui dalam kehidupannya.
Satu yang membekas di benaknya kala kakek Jusuf ikut membela negara ini ketika terjadinya agresi militer ke II dari Belanda pada tahun 1948.
"Waktu itu bukan perang merebut kemerdekaan tapi perang mempertahankan kemerdakaan," kenang kakek Jusuf.
Transmigran ke Maluku
Kakek Jusuf bercerita, dirinya pertama kali merantau ke Jakarta dari kampung halamannya di Semarang pada tahun 1963.
Namun dia hanya tujuh di Jakarta karena pada tahun 1970 kakek Jusuf mengikuti program transmigrasi yang digencarkan pemerintahan Orde Baru.
Saat itu, kakek Jusuf bertransmigrasi ke Maluku.
"Saya di Maluku tinggal di Pulau Seram, namanya Desa Waihatu Kecamatan Kairatu Seram bagian Barat," papar kakek Jusuf begitu mendetail.
Di Pulau Seram, kakek Jusuf membangun rumah tangganya.
Dia memiliki tiga anak laki-laki.
"Saya jadi petani di sana," kata kakek Jusuf.
Puluhan tahun di pulau orang, kakek Jusuf kembali ke Pulau Jawa pada tahun 2002.
Saat itu dia hanya bersama sang istri kembali ke Jawa.
Sedangkan ketiga anaknya yang sudah berkeluarga tetap tinggal di Pulau Seram.
"Saya sama istri pulang ke kampung istri di Kebumen, saat itu istri saya sakit dan enggak lama meninggal," ujar kakek Jusuf.
Setelah ditinggal sang istri, kakek Jusuf pun kembali ke Jakarta.
Di ibu kota, kakek Jusuf telah menjalani berbagai macam pekerjaan hingga akhirnya dia menjadi pengamen jalanan.
Ebes. Itu adalah nama panggilan kakek Jusuf di Jalan Sabang yang menjadi tempat dia mengamen hampir tiap harinya.
"Ebes itu artinya bapak kalau di bahasa gaulnya," kata Kamaru, salah satu anggota dari Sound of Sabang yang menjadi rekan ngamen kakek Jusuf.
Di usia tuanya, kakek Jusuf pun mengungkapkan hasratnya yakni ingin bertemu dengan anak, cucu dan cicitnya yang saat ini tinggal di Maluku.
Kakek Jusuf kemudian menyebutkan nama anak dan cucunya.
Tiga anak kakek Jusuf yakni Susilo, Harun Ar rasyid dan Tutur Wiguno.
Sedangkan nama cucunya, kakek Jusuf menyebut ada Hamsah, Ramli, Uston dan Ismail.
"Mungkin sekarang cucu saya itu sudah punya anak semuanya dan saya diberi kesempatan untuk menggendong cicit saya," ujar kakek Jusuf.
Kakek Jusuf menuturkan alamatnya di Maluku yakni di Desa Waihatu Kecamatan Kairatu Seram bagian Barat, Maluku.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.