Sisi Lain Metropolitan
Kisah Wahidi Jualan Gorengan Demi Buah Hati Lulus SMA: Bapaknya Boleh Gak Sekolah, Tapi Anak Jangan
Pedagang gorengan Wahidi bertekad terus berjualan demi anak bisa lulus SMA. Buat bekal anak melamar pekerjaan. Ini kisahnya.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Wahidi (62) merupakan seorang pedagang gorengan.
Sejak tahun 1981, ia sudah konsisten untuk berjualan gorengan keliling.
Menariknya, bapak enam anak ini kerap kali menjajal lokasi baru untuk berjualan.
Mulai dari Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur hingga Bandung pernah disinggahinya untuk mengadu nasib.
"Saya asli Cirebon. Dari kecil udah merantau. Jadi nelayan, tukang semir sepatu sampai terakhir pilih jualan gorengan," katanya kepada TribunJakarta.com saat ditemui di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (16/2/2023).
Baca juga: Miris, Kakek Jaja Terciduk Bawa Balita Tetangganya dalam Gerobak Saat Memulung di Kawasan Elit Pluit
Sebenarnya, Wahidi enggan untuk merantau ke ibu kota. Meski dari keluarga sederhana, keinginannya untuk bersekolah sangat tinggi.
Namun lagi-lagi hal itu dipatahkan oleh keinginan orangtuanya saat itu dan ia terpaksa bekerja sejak kecil.

"Dulu sekolah cuma sampai kelas 1 SD. Ya kalau orangtua dulu penginnya anaknya kerja. Jadi saya merantau sampai tidur di emperan toko orang," lanjutnya.
Setelah mencoba berbagai jenis pekerjaan, akhirnya ia memilih untuk menjadi pedagang gorengan.
Kata dia, pekerjaan ini yang paling senang dilakoninya. Kemampuannya memasak pun jadi terpakai kala berdagang gorengan.

"Kerja apa aja udah saya jalani kan, tapi akhirnya lebih senang jualan gorengan begini. Saya diajarin saudara cara buat risol dan lain-lain sampai akhirnya kebiasaan saya di sini," jelasnya.
Kesenangan inilah yang membawanya menemui kesuksesan.
Meski hanya usaha sederhana, ia mampu membeli tanah dan membangun rumah seluas 100 meter persegi di kampung halaman.
Baca juga: Drama Pengemis di Waduk Pluit Tolak Dirazia, Ibaratkan Petugas Sosial Majikannya: Nyonya Tolong Saya
Bahkan rumah ini dibangunnya setelah sembilan tahun menjadi pedagang gorengan keliling.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.