'Anas Urbaningrum Bebas Demokrat Terancam', Sahabat AU Ingatkan Pembakaran KTA hingga Suara Anjlok

Demokrat menyebut era kepemimpinan Anas sebagai masa kelam. Sementara, sebaliknya, kubu loyalis Anas menyebut suara demokrat Anjlok di bawah SBY.

TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum (kanan) menjalani persidangan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Selatan, Senin (18/8/2014). Anas didakwa ikut menikmati hasil korupsi dalam proyek Hambalang, yang juga melibatkan mantan Menpora, Andi Mallarangeng. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Narasi beredar bahwa kebebasan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dari penjara akan menjadi ancaman bagi Partai Demokrat hari ini.

Terpidana kasus korupsi Hambalang yang dihukum selama delapan tahun itu akan segera bebas, diperkirakan pada Senin (10/4/2023).

Jelang bebasnnya, perang urat syaraf terjadi antara Partai Demorkat dengan loyalis Anas.

Demokrat menyebut era kepemimpinan Anas sebagai masa kelam. Sementara, sebaliknya, kubu loyalis Anas menyebut suara demokrat Anjlok di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan anaknya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Baca juga: Jelang Anas Urbaningrum Bebas, Loyalis dan Jubir Demokrat Saling Tantang, Ada Apa?

Baca juga: Bantah Herzaky Mahendra, Sahabat Anas Urbaningrum Sebut Demokrat Kelam Ketika Dipimpin SBY dan AHY

Koordinator Nasional Anas Urbaningrum, Muhammad Rahmad pun angkat bicara pada program Ngobral, dikutip dari Youtube TribunJakarta Official, Rabu (5/4/2023).

Rahmad mengatakan, Demokrat semestinya tidak perlu gerah dengan bebasnya Mantan Ketua Umum Pengurus Besar HMI era akhir orde baru itu.

"Sebetulnya itu ketakutan yang tidak beralasan bagi Partai Demokrat ya," kata Rahmad mengawali.

Namun, Rahmad mengungkit atau mengingatkan kembali efek yang ditimbulkan ketika Anas terjerat kasus korupsi Hambalang pada 2013 silam.

Sebagai catatan, sampai saat ini, para loyalis dan simpatisan Anas menganggap kasus korupsi tersebut adalah bentuk kriminalisasi terhadap Anas.

Rahmad menyebut  pada saat itu, Anas yang sedang menjabat Ketua Umum Partai Demokrat, lalu disebut dikrimilaisasi, maka banyak loyalisnya yang marah hingga membakar kartu tanda anggota (KTA) dan keluar dari partai.

"Tetapi memang tidak bisa dipungkiri, ketika ketua umumnya dulu dikriminalisasi oleh rezim pada masa itu, suara Partai Demokrat langsung anjlok."

"Pendukung Mas Anas pada saat itu banyak yang membakar KTA, membakar jaket Partai Demokrat dan pindah ke partai lain. Padahal mereka-mereka itu adalah vote getter, orang-orang yang punya pengaruh besar di lingkungan masyarakat yang pindah ke partai lain," papar Rahmad.

Baca juga: Ini Sederet Agenda Anas Urbaningrum Usai Bebas: Dari Bandung, Blitar hingga Jakarta

Buntut dari dijebloskannya Anas ke penjara, kata Rahmad, membuat perolehan suara Demokrat anjlok.

Setelah Anas turun dari pucuk pimpinan Demokrat pada 2013, lalu digantikan SBY, suara Demokrat pada Pemilu 2014 dan 2019 turun.

Pada Pemilu  2009, Demokrat menjadi pemenang Pemilu dengan memperoleh 21.703.137 total suara (20,4 persen).

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved