Anak Petinggi Polri Tabrak Pelajar

Tabrak Pelajar hingga Tewas, Anak Petinggi Polri Terpukul hingga Tak Bisa Ujian Masuk Universitas

MMI merupakan anak petinggi Polri di Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) dan artis senior Ira Riswana.

Tribun Jakarta
Ilustrasi kecelakaan dan polisi - Kasat Lantas Polres Jaksel, Kompol Bayu Marfiando benarkan pengemudi Mercy yang tabrak pelajar hingga tewas di Jaksel adalah anak polisi. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim

TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Pengendara Mercedes-Benz (Mercy) berinisial MMI (18) yang menabrak pelajar berinisial MSA (18) hingga tewas disebut terpukul setelah insiden kecelakaan tersebut.

MMI merupakan anak petinggi Polri di Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) dan artis senior Ira Riswana.

Adapun peristiwa kecelakaan maut itu terjadi di Jalan Margasatwa, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (12/3/2023) dini hari sekitar pukul 02.20 WIB.

"Terguncang klien saya, masih terpukul, masih umur 18 tahun," kata kuasa hukum MMI, Ricky H Gultom, seusai gelar perkara di Polres Metro Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2023).

Ricky mengungkapkan, MMI sampai tidak bisa mengikuti ujian masuk perguruan tinggi akibat kejadian ini.

"Diketahui MMI hingga hari ini sampai nggak bisa ikut ujian masuk perguruan tinggi dan ada beberapa ujian lagi yang dia akhirnya mundur ikutnya," ujar dia.

Sejumlah pihak dihadirkan dalam gelar perkara khusus ini, di antaranya Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan, Wasidik Polda Metro Jaya, Irwasda Polda Metro Jaya, dan Bidpropam Polda Metro Jaya.

Baca juga: Kasus Kecelakaan Anak Petinggi Polri yang Tewaskan Pelajar Naik Penyidikan, Polisi Periksa 11 Saksi

Keluarga korban dan kuasa hukum pengendara Mercy juga hadir dalam gelar perkara.

Sebelumnya, Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Bayu Marfiando mengatakan, dugaan awal penyebab kecelakaan itu karena pengendara motor menerobos lampu merah.

Namun, saat ini penyidik masih mendalami dugaan kelalaian yang dilakukan pengemudi Mercy.

"Menerobos lampu merah itu dugaan awal penyebab kecelakaan. Tapi juga kami, dari pihak kepolisian, lagi mencari mungkin ada kelalaian lain yang dilakukan oleh pengemudi Mercy yang ada unsur pidananya," kata Bayu, Minggu (2/4/2023).

Bayu menuturkan, pihaknya masih menunggu hasil Traffic Accident Analysis (TAA) untuk menentukan kelanjutan kasus ini.

"Kami lagi menunggu, hasil TAA itu lah yang dapat menjadi dasar kami untuk menentukan tahapan ini akan dilanjukan ke penyidikan atau seperti apa," ujar dia.

"Jangan sampai nanti ada persepsi saya satu pihak nih. Karena kami juga lagi mencari unsur pidananya dari pihak Mercy. Jadi ini belum clear, belum putus," tambahnya.

Di sisi lain, pernyataan Kompol Bayu terkait penyebab kecelakaan membuat keluarga korban merasa disudutkan.

"Yang disudutkan malah pemotor. Misalkan pemotor itu mau lampu merah atau lampu apa pun, ini ada korban jiwa," kata kakak korban, N.

"Polisi hanya menyudutkan kami. Ini nyawa adik kami sudah nggak ada," imbuhnya.

Terungkap sosok ayah dari anak petinggi Polri berinisial MM (18) yang menabrak pelajar di Pasar Minggu, Jakarta Selatan hingga tewas.
Terungkap sosok ayah dari anak petinggi Polri berinisial MM (18) yang menabrak pelajar di Pasar Minggu, Jakarta Selatan hingga tewas. (IG Ira)

Padahal, lanjut N, pelaku sempat berusaha kabur sebelum akhirnya disetop pengemudi ojek online (ojol) dan warga.

"Sedangkan penabrak itu pun mau kabur dia. Kalau misalkan nggak ditahan sama ojol dan warga, dia pasti kabur, kita nggak akan tahu dia siapa. Kalau dia ada niat baik, dia pasti berhenti, menolong, membawa ke rumah sakit. 

N menuturkan, polisi tidak memperlihatkan rekaman CCTV dari berbagai arah yang menampilkan peristiwa kecelakaan.

Padahal, berdasarkan pengamatannya, terdapat banyak CCTV di tempat kejadian perkara (TKP).

"Kita nggak dikasih semua CCTV dari semua arah. Sedangkan aku lihat itu jalan raya besar dan setiap titik itu ada CCTV. Kita nggak dikasih CCTV dari arah situ, sama sekali nggak dikasih," kata N.

N mengungkapkan, satu-satunya CCTV yang ditunjukkan hanya menampilkan kendaraan lalu lalang dan tidak memperlihatkan saat terjadi kecelakaan.

"Hanya aku yang diperlihatkan. Tapi tidak menunjukkan pas tabrakan itu. Hanya banyak mobil lalu lalang saja, nggak ada pada saat kejadian. Sedangkan di situ banyak sekali CCTV, itu kan jalanan lumayan besar," ujar dia.

Oleh karena itu, keluarga korban akan mengadu ke Propam Polri untuk bertanya terkait rekaman CCTV di TKP.

"Kita mau ke Propam untuk mencari tahu itu, kenapa CCTV dari arah kanan kiri, sana sini, itu nggak dikasih lihat ke kita," ucap N.

Selain Propam, keluarga korban juga berencana mengadu ke Kompolnas dan Komnas HAM.

"Kalau dari keluarga itu, Senin itu kemungkinan kita maju ke Propam. Mungkin selanjutkan akan ke Kompolnas dan Komnas HAM," kata N.

N berharap dengan mengadu ke Propam, Kompolnas, hingga Komnas HAM kasus kecelakaan yang menewaskan adiknya cepat ditangani.

Saat ini, kasus kecelakaan tersebut ditangani oleh Satlantas Polres Metro Jakarta Selatan.

"Dipercepat (penanganan kasus), dan yang kemarin salah bikin laporan itu, itu mau kita laporkan semua," ujar dia.

Berdasarkan informasi yang diterima N dari kepolisian, penyidik masih mencari saksi-saksi guna membuat terang kasus ini.

"Kalau untuk perkembangan, sejauh ini memang masih dalam proses penyelidikan kalau dari polisi. Polisi juga lagi mencari saksi-saksi, penguatan saksi, kemudian saksi untuk pengukuran TKP dan lain-lain," ungkap N.

Di sisi lain, keluarga korban akan meminta perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

"Iya pastinya (minta perlindungan LPSK)," kata N.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved