Soal Puluhan Kucing Mati Mendadak, Pakar Ungkap Bedanya Ciri-Ciri Hewan Terkena Rabies dan Keracunan
Soal Puluhan Kucing Mati Mendadak, Pakar Ungkap Bedanya Ciri-Ciri Hewan Terkena Rabies dan Keracunan
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Pakar Kedokteran Hewan dari Universitas Gadjah Mada, drh Heru Susetya mengungkapkan bedanya ciri-ciri hewan yang kemungkinan terkena rabies dan keracunan.
Hal ini merespon ramainya kasus kematian mendadak puluhan kucing di Sunter Agung, Jakarta Utara, yang sempat terjadi beberapa waktu belakangan ini.
Diberitakan, terdapat 26 ekor kucing yang mati di wilayah Sunter Agung, Jakarta Utara, pada 1-13 Juli 2023.
Hal ini membuat Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, turun tangan.
Dinas KPKP, melakukan investigasi terhadap puluhan kucing yang mati mendadak di Sunter Agung, Jakarta Utara, guna menyelidiki penyebab kematian mendadak kucing-kucing tersebut.
Baca juga: Warga Diminta Tak Panik, Pemprov Segera Ungkap Penyebab Puluhan Kucing Mati Mendadak di Sunter Agung
Meskipun belum bisa dipastikan penyebab kematian puluhan kucing tersebut, hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat khususnya yang memiliki hewan peliharaan.
Mengenai fenomena ini, Heru mengatakan besar kemungkinan penyebab kematian kucing-kucing secara mendadak di Sunter Agung itu, bukanlah karena rabies.
"yang jelas itu bukan rabies, mudah-mudahan bukan rabies. Kalau karena keracunan, semoga masalah itu bisa segera dilacak," kata Heru dalam program Ngobral alias Ngobrol Balik Layar bersama TribunJakarta, Jumat (14/7/2023).
Rabies adalah penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas.
Rabies disebabkan oleh infeksi Lyssa virus yang berada di air liur hewan penular rabies seperti anjing, kucing, kera, dan musang, yang ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies.
Heru menjelaskan, sama seperti infeksi virus lainnya, penyebab penyakit rabies juga memiliki masa inkubasi apabila sudah berada dalam tubuh hewan yang terinveksi.
"Masa penularan atau masa tunas ke masa inkubasinya panjang, ada yang 4-8 minggu atau setengah tahun lebih. Tapi memang kemampuan untuk menularkan itu hanya sekitar 10-14 hari," kata dia.
Lantaran penyakit ini menyerang sistem saraf pusat yang berada diotak, maka kata Heru, umumnya gejala klinis rabies akan terlihat apabila virus sudah mencapai ke sistem saraf hewan yang terinveksi tersebut.
Namun biasanya, ini akan memerlukan waktu yang berbeda-beda.
Lamanya hewan yang terinfeksi rabies dapat menunjukan gejala klinis, dapat dipengaruhi dengan kondisi hewan dan lokasi tempat gigitan hewan penular rabies sebelumnya.
"Jadi gejala klinis (rabies) akan timbul setelah virus sampai otak besar atau sistem saraf pusat,"
"Virus itu butuh waktu dari lokasi gigitan (menuju ke otak),"
"Misalnya kalau gigitan itu terjadinya di jari atau kaki, atau gigitan terjadi di leher itu berbeda waktu yang diperlukan (menuju otak) untuk sampai gejala klinis itu muncul. Jadi masa inkubasi (virus) tergantung lokasi gigitannya," kata dokter Heru.
"Kalau gigitan jauh dari sistem saraf pusat, maka timbulnya gejala akan membutuhkan waktu lebih lama ketimbang hewan yang digigit di bagian leher atau kepala," tambahnya.
Oleh sebab itu apabila kasus kematian kucing terjadi secara bersamaan dalam jumlah banyak, dikatakan dia kemungkinan besar hal ini bukan disebabkan oleh rabies.
Sebab, dari banyaknya jumlah hewan yang mati mendadak tersebut kecil kemungkinan seluruhnya memiliki luka gigitan hewan penular rabies di lokasi yang sama sehingga menimbulkan kematian pada waktu yang nyaris bersamaan pula.
"Sesama-samanya (hewan) digigit, kalau yang satu digigit di kepala, yang satu digigit di ekor, yang satu di gigit di kaki, gejala rabies itu akan muncul dalam waktu yang berbeda," imbuhnya.
Ia pun berpendapat, bahwa penyebab kematian mendadak puluhan kucing di Sunter Agung dalam kurun waktu dua minggu, kemungkinan dikarenakan keracunan.
Meski begitu, kata dia perlu penyelidikan lebih lanjut untuk dapat mendiagnosa dan memastikan penyebab kasus tersebut.
"Kalau menurut ilmu Epidemiologi, misalnya keracunan itu biasanya karena hewan kontak dengan penyebab dalam waktu yang hampir bersamaan dengan sumber racun yang sama. Misalnya apakah ada pakan atau air dan lain-lain yang terkena (zat beracun) lalu hewan-hewan tersebut kontak dengan sumber tersebut, maka dalam waktu yang bersamaan akan menyebabkan kematian,"
"Seperti orang keracunan saat makan di pesta, dalam waktu yang bersamaan sehingga kejadiannya juga hampir bersamaan. Namun perlu ditelusuri lebih lanjut," paparnya.
Sebagai informasi, saat ini Jakarta merupakan salah satu provinsi yang sudah dinyatakan bebas rabies di Indonesia.
Mengutip data Kemenkes, saat ini ada 26 provinsi yang menjadi endemis rabies, tapi hanya 11 provinsi yang bebas rabies yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Baca artikel menarik lainnya di Google News.
DPRD Bongkar Ancaman Defisit Anggaran 2026, Pramono Pamer APBD Surplus Rp 14,67 T |
![]() |
---|
Kemacetan di Jakarta Bikin Rugi Rp100 Triliun per Tahun, Wagub Rano Karno: Itu Realita Pahit |
![]() |
---|
Sempat Banjir Protes, Pemprov DKI Batalkan Rencana Pangkas Trotoar TB Simatupang Demi Urai Kemacetan |
![]() |
---|
Jakarta Siap Tiru Bangkok! Wagub Rano Karno Usul Jalan 3 Lapis untuk Atasi Macet |
![]() |
---|
Macet Jalan TB Simatupang Bikin Pusing, Exit Tol Cipete Bakal Ditutup Saat Jam Pulang Kantor |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.