Viral di Media Sosial
Mabes Polri Infokan Bripda Rico Sakit Keras Bukan Tertembak, Ayah Kaget Anaknya Diajak Bisnis Senpi
Panji mendapat info awal soal anaknya Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage bukan tewas tertembak, tapi sakit keras berdasar telepon dari Mabes Polri.
Sementara Panji dan keluarganya mendapat telepon soal kondisi Bripda Rico pukul 11.30 WIB. Akhirnya, Panji dan istrinya siapkan pakaian dan meminta saudaranya yang bisa membawa mobil menuju Pontianak.
Panji dan istrinya kurang lebih menempuh 8 jam perjalanan dari Melawi untuk sampai Pontianak. Saat itu ia dan istrinya langsung diminta fotokopi KTP untuk beli tiket pesawat.
"Pokoknya bapak jangan pikirkan lagi, kirim saja fotokopi KTP bapak dan ibu kami siapkan tiket pesawat untuk berangkat ke Jakarta," kata personel dari Polres Kalbar.
Lantaran sudah malam, Panji dan istri menginap di Pontianak. Besoknya pukul 07.00 WIB, keduanya terbang ke dari Pontianak ke Jakarta.
Kaget Anaknya Diajak Bisnis Senpi
Sampai di Jakarta, Panji dan istrinya diliputi rasa was-was karena Polres Melawi dan Polda Kalbar tidak merinci sakit keras apa yang diderita putranya Bripda Rico.
Di Jakarta, Panji dan istrinya diajak ke sebuah ruangan dan bertemu pimpinan Densus 88 Antiteror dan tim penyidik. Di sinilah keduanya mendapat kejelasan bahwa anaknya tertembak senjata api seniornya.
Sebelum itu, Panji meminta izin untuk merekam penjelasan dari pejabat Densus 88 Antiteror.
Tujuannya agar ketika pulang ke rumah dan bertemu keluarga besarnya nanti, Panji cukup mendengarkan rekaman berisi penjelasan soal kronologis kematian Bripda Rico.
Petinggi Densus 88 Antiteror pun setuju dan mempersilakan Panji merekam penjelasan dari mereka.
Dari penjelasan penyidik, Panji baru tahu anaknya tewas di kamarnya di Rusun Polri Cikeas Gunung Putri, Kabupaten Bogor pada Minggu dini hari WIB. Sebelum kejadian itu, ia didatangi tiga seniornya.
"Tidak sengaja seniornya ini mengambil senpi yang ada di tasnya. Senpi ini meledak dan mengenai korban tepatnya dari batang leher telinga kiri tembus ke bawah telinga kanan," terang Panji.
Bripda Rico seketika jatuh dan sudah meninggal akibat tembakan tersebut.
Panji juga mendengar informasi dari pertemuan tersebut, ada dugaan para seniornya itu mengajak Bripda Rico untuk bisnis senjata api. Namun Bripda Rico menolak.
"Saya bilang, kok ada bisnis senpi di institusi seperti itu. Mereka menjawab memang tidak ada, pak, karena itu dilarang undang-undang," ungkap Panji berdasar penjelasan yang diterimanya.
Sampai saat ini pun Panji tidak bisa menjelaskan soal bisnis senpi tersebut karena tak mendapatkan keterangan langsung dari pelaku. Apalagi anaknya juga sudah meninggal.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.