Sebut ITF Sunter Warisan Anies Kemahalan, Heru Budi Kini Alokasikan Rp 1 T Lebih Buat RDF Rorotan
Biaya yang digelontorkan Permprov DKI tak main-main demi menggantikan program ITF Sunter inisiasi Anies Baswedan yang disebutnya kemahalan.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Adapun dua perusahaan itu ialah PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dan PT Solusi Bangun Indonesia (BSI).
Harga yang dipatok untuk bahan bakar alternatif hasil pengolahan RDF itu mencapai 24 dollar AS atau setara Rp360.000 per ton (asumsi 1 dollar AS setara Rp15.000).
Melihat keberhasilan ini, Heru Budi lantas memutuskan fokus membangun dua RDF lainnya di Rorotan dan Pegadungan dibandingkan melanjutkan program pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter yang digagas di era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan.
Pasalnya, nilai investasi dan biaya operasional ITF Sunter dinilai terlalu tinggi sehingga dianggap bisa membebani keuangan daerah.
“Investasi (ITF) itu bisa lebih dari Rp5 triliun, Pemda DKI bukan tidak mau, konsep itu bagus, ITF bagus dan RDF juga bagus,” kata Heru.
“Tapi sekali lagi, Pemda DKI tidak mampu membayar tipping fee,” sambungnya.
ITF Sunter merupakan program pengolahan sampah menjadi energi listrik yang digagas di era Gubernur Anies Baswedan.
Anies pun menggadang-gadang ITF sebagai proyek masa depan untuk mengatasi masalah sampah di ibu kota.
Peletakan batu pertama atau groundbreaking pun langsung dilakukan di awal masa kepemimpinannya di tahun 2018 silam.
Namun, sangat disayangkan pembangunan ITF Sunter tak kunjung terselesaikan hingga Anies purnatugas pada Oktober 2022.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.