Fenomena Degradasi Netiquette: Netizen Indonesia Diharapkan Tidak Mudah Terpancing Digital Flaming

Degradasi netiquette beragam bentuknya mulai dari penyebaran berita hoaks, pencemaran nama baik, hingga berkomentar kasar dalam media digital.

Editor: Muji Lestari
pexels.com
Ilustrasi 

Flaming dalam media digital memberikan dampak buruk bagi pelakunya, tidak hanya sekedar menimbulkan konflik, keresahan, pertikaian dan putusnya suatu hubungan interpersonal.

Namun, jejak digital yang terekam dalam media sosial dapat terbaca dan dilihat banyak orang.

Jejak digital tersebut yang terkadang menjadi penentu bagi karier seseorang di masa depan.

Di samping itu, dampak flaming juga dapat mengakibatkan gangguan psikologis bagi penerima pesan, seperti depresi, malu, ketakutan, marah, tertekan, stress dan frustasi.

Dampak ini sangat membahayakan, karena resiko terburuk dapat menyebabkan gangguan kejiwaan dan berpotensi bagi korbannya akan menyakiti dirinya secara fisik.

Buruknya dampak flaming dalam media digital ini, maka memerlukan solusi praktis yang dapat diterapkan netizen, khususnya di Indonesia.

Pertama, netizen Indonesia perlu paham cara kerja media sosial. Saat orang berkomentar dan saling menghujat dalam media sosial, semua kata-kata yang disampaikan otomatis bisa tersimpan dan terbaca.

Jadi perlu hati-hati dalam menyampaikan pesan apapun dalam media sosial.

Kedua, netizen Indonesia perlu mengetahui bedanya ruang privat dan ruang publik.

Media sosial merupakan mass-self communication media, yang memungkinkan setiap orang dapat menyampaikan pesan yang sifatnya personal, tapi dampak dan cakupan publikasinya massal atau dapat dikonsumsi oleh banyak orang.

Karena itu, pesan yang disampaikan juga harus hati-hati, jika dapat merugikan reputasi diri sendiri dan merugikan orang lain, lebih baik ditahan untuk mempublikasikannya.

Ketiga, netizen Indonesia sebaiknya lebih kritis terhadap informasi apapun yang diterima.

Jangan mudah terpancing emosi, jika ada pesan-pesan yang belum pasti kebenarannya. Lebih baik tahan dulu untuk tidak berkomentar dan memilih untuk mencari tahu kebenaran informasinya.

Terakhir, netizen Indonesia sebaiknya membiasakan untuk menggunakan media sosial untuk hal yang positif, seperti mencari informasi yang bermanfaat atau membagikan informasi yang bermanfaat dan positif juga.

Jangan terlalu focus pada isu-isu negative yang dapat memancing emosi. Positif atau negative dampak dari media sosial, tergantung pada penggunanya.

Maka dari itu, netizen Indonesia diharapkan lebih cerdas dalam bermedia sosial.

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Kardinal Keempat Indonesia

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved