BPBD DKI Ungkap 1.287 Kebakaran Gara-gara Korsleting Listrik Terjadi Selama 2020-2022

BPBD DKI Jakarta menyebut korsleting listrik jadi penyebab utama kebakaran dalam tiga tahun terakhir ini. Tercatat ada 1.287 kebakaran.

|
Gerald Leonardo Agustino/TribunJakarta.com
Kebakaran pabrik sandal di Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara terlihat jelas dari permukiman RW 004 Kapuk Muara, Jumat (15/9/2023). BPBD DKI Jakarta menyebut korsleting listrik jadi penyebab utama kebakaran dalam tiga tahun terakhir ini. Tercatat ada 1.287 kebakaran. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebut, korsleting listrik jadi penyebab utama kebakaran dalam tiga tahun terakhir ini.

Selama periode 2020-2022, BPBD DKI Jakarta mencatat, ada 1.287 kejadian kebakaran yang disebabkan oleh korsleting listrik.

“74,7 persen atau mayoritas kebakaran itu karena listrik. Jadi sudah jelang biang kerok kebakaran di Jakarta itu korsleting listrik. Ini yang harus kita perhatikan,” ucap Kepala Satuan Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi Kebencanaan Michael Oktavianes dalam diskusi daring yang disiarkan kanal Youtube BPBD DKI, Rabu (20/9/2023).

“Kasus kebakaran DKI Jakarta paling banyak disebabkan oleh korsleting listrik akibat kelalaian dalam penggunaan listrik,” sambungnya.

Oleh karena itu, Michael mewanti-wanti masyarakat untuk memperhatikan betul penggunaan barang-barang elektronik di rumah.

“Coba dicek apakah penggunaan listrik sudah benar, satu colokan itu jangan dicolok banyak, seperti kulkas, dispenser, handphone,” tuturnya.

Kemudian, penyebab kebakaran paling banyak kedua ialah akibat putung rokok, petasan, dan sambaran petir.

Jumlah kejadian kebakaran akibat tiga faktor ini disebut Michael mencapai 14,3 persen atau sebanyak 184 kejadian.

Selanjutnya ada 36 kejadian kebakaran yang disebabkan pembakaran sampah, lilin ada 16 kejadian, dan gas ada 100 kejadian.

“Umumnya yang terbakar itu perumahan, bangunan umum atau industri, kendaraan bermotor, instalasi luar gedung, tumbuhan, hingga lapak sampah,” tuturnya.

Selama periode 2020-2022, Michael menyebut, ada enam kelurahan rawan kebakaran dengan intensitas kebakaran lebih dari 20 kali dalam tiga tahun terakhir.

Dari total 267 kelurahan di DKI Jakarta, proporsi kelurahan dengan riwayat frekuensi kebakaran tinggi berada di angka 2,2 persen.

Kemudian, kategori sedang 16,1 persen, kategori rendah 78,3 persen, serta sisanya tidak ada kejadian.

Berikut daftar 6 kelurahan rawan kebakaran di Jakarta:

  1. Cengkareng Timur
  2. Kapuk
  3. Sunter Agung
  4. Kalideres
  5. Penjaringan
  6. Pulo Gebang


Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved