Gembong Warsono Wafat
Mengenang Gembong Warsono, Saksi Kelihaian Jokowi Baca Medan Kampanye Pilkada DKI: 'Uwis Mas, Anyep'
Sosok Gembong Warsono, adalah kader senior PDIP yang penuh pengalaman di setiap peristiwa politik Indonesia.
TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok Gembong Warsono, adalah kader senior PDIP yang penuh pengalaman di setiap peristiwa politik Indonesia.
Tidak ayal, pria kelahiran 8 Juni 1963 itu dekat dengan elite partai banteng, dari mulai sang ketua umum Megawati Soekarnoputri, almarhum suaminya, Taufiq Kiemas, hingga Jokowi.
Sekretaris DPP PDIP DKI Jakarta sekaligus Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta itu menghembuskan napas terakhirnya dini hari ini, Sabtu (14/10/2023).
Almarhum meninggal dunia di di RSUP Pertamina, Jakarta Selatan.
Rencananya, jenazah Gembong akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir.
Menteng Dalam
TribunJakarta sempat mewawancarai Gembong cukup panjang di kantor DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta, Kamis (2/2/2023).
Dia menceritakan secuplik pengalaman politiknya saat mendampingi Jokowi semasa berkampanye untuk Pilkada DKI Jakarta 2012 silam.
Saat itu, Jokowi sedang bertarung bersama Ahok di ajang Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 putaran II melawan petahana Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Sedangkan empat paslon lainnya sudah gugur di putaran pertama.
Gembong yang sudah sejak tahun 1990-an menjadi pengurus PDI (sekarangPDIP) di wilayah Jakarta, menjadi sosok yang tepat mendampingi sang cagub.
Pengetahuannya membaca peta suara Jakarta akan memudahkan Jokowi berkampanye merebut simpati warga ibu kota.

Namun, ia menceritakan, saat itu, Jokowi menunjukkan kelihaiannya membaca medan.
Perhitungan Gembong tentang keberpihakan warga suatu daerah terhadap PDIP dibantah Jokowi.
Hasilnya terbukti, Gembong keliru dan Jokowi, melalui kekuatan instingnya, benar.
Di tengah panasnya hiruk pikuk pemilihan putaran kedua, Jokowi diajak Gembong berkampanye di wilayah Menteng Dalam.
Bukan tanpa alasan Gembong mengajak Jokowi ke sana. Sebab, Gembong menyebut Menteng Dalam adalah kandangnya banteng di Jakarta Selatan. Ia yakin Jokowi-Ahok bisa menang telak di sana.
Apalagi, Gembong saat itu juga merupakan Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Selatan sehingga makin pede bisa memenangkan Jokowi di Menteng Dalam.

Karenanya, ucapan Jokowi yang malah menyebut wilayah itu anyep membuat Gembong tak terima.
"Saya sampai berdebat waktu itu, saya bilang ini kandangnya PDI Perjuangan, tapi beliau minta cepat-cepat mau pulang. Katanya, 'Uwis mas, anyep'," ujar Gembong menceritakan percakapannya dengan Jokowi.
Ternyata prediksi Jokowi benar, suaranya kalah dengan jumlah suara cukup telak atas Foke-Nara di Menteng Dalam.
Kekalahan di Menteng Dalam tentu bukanlah hal positif, tetapi kemampuan membaca peta politik menjadi "kesaktian" Jokowi yang benar-benar terbukti.
Untungnya secara keseluruhan Jokowi-Ahok bisa mengungguli lawannya dengan perolehan 53,82 persen melawan Foke-Nara 46,18 persen pada Pilkada DKI 2012.
Ulujami
Gembong juga menceritakan kelihaian Jokowi lainnya saat berkampanye di Pilkada DKi 2012.
Kali ini di Ulujami, Jakarta Selatan, Gembong melihat Jokowi benar-benar bisa menaklukan masyarakat Jakarta.
Gembong sedari awal sebenarnya sudah malas kala harus mendampingi Jokowi kampanye ke Ulujami.
Sebab, kata Gembong, Ulujami seakan menjadi 'neraka' bagi partai berlogo moncong putih.
"Di Ulujami itu dari Pemilu 1999 sampai 2009, PDI Perjuangan gak pernah menang di sana. Saya juga gatau itu kenapa," ujar Gembong.
Gembong makin pesimistis Jokowi bisa menang di Ulujami lantaran cagub jagoannya itu ngaret dari jadwal yang harusnya pukul 14.00 WIB tapi sampai malam tak juga datang.
"Ternyata Pak Jokowinya itu diculik dulu sama relawan buat kampanye di daerah Jakarta Timur yang udah mau perbatasan sama Bekasi. Habis Maghrib baru dia geser dari sana," ucap Gembong.

Jokowi pun saat itu tak langsung kampanye di Ulujami. Ia lebih dulu berkampanye di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Baru juga menginjakan kaki di pasar, Jokowi sudah disemprot oleh emak-emak pedagang yang melihat Jokowi seakan adalah sosok antagonis.
Emak-emak itu meracau ke Jokowi yang seolah Jokowi akan mematikan tempat usahanya itu.
Namun sikap Jokowi kala itu sungguh berbeda. Gembong melihat sendiri bagaimana sikap Jokowi justru membuat emak-emak itu langsung luluh saat itu juga.
"Pak Jokowi cuma bilang "Ya ibu maunya apa? Maunya saya gimana? Makanya saya datang mau nanya pedagang di sini"," tutur Gembong mencoba mengingat ucapan Jokowi.
Benar saja, saat Jokowi mau meninggalkan pasar Kebayoran Lama, emak-emak yang tadinya ngamuk justru malah berfoto bersama Jokowi.
Dari pasar Kebayoran Lama, Jokowi barulah bergeser ke Ulujami. "Waktu itu sudah jam 8 malam. Padahal jadwalnya itu jam 2," ujar Gembong.
Di Ulujami, Jokowi tak banyak mengumbar janji. Ia hanya mengeluarkan dua kartu dari kantong kemejanya.
Kartu Jakarta Sehat (KJS) untuk warga berobat dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk warga mendapat pendidikan gratis.
"Pas pulang saya bilang ke Pak Jokowi kita ga pernah menang di Ulujami. Tapi beliau yakin menang. "Apik Mas"," papar Gembong.
Jurus Jokowi itu rupanya benar-benar ampuh di sana. PDI Perjuangan yang selalu keok di Ulujami maka di tahun 2012 memenangkan Jokowi-Ahok.
"Makanya saya juga heran sama beliau, prediksinya jitu sekali," ucap Gembong.
Seperti diketahui, Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012-2014 dan berlanjut menjadi Presiden Republik Indonesia dua periode 2014 hingga 2024 mendatang.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Gembong Meninggal Diduga Kelelahan, PDIP Minta DPRD DKI Evaluasi Rapat Anggaran di Puncak |
![]() |
---|
Serangan Jantung, Gembong Warsono Sempat Rapat Anggaran hingga Dini Hari Sebelum Meninggal |
![]() |
---|
Gembong Warsono Kerokan Lalu Kejang, Istri Teriak Tak Ada yang Dengar: Badan Bapak Sudah Dingin |
![]() |
---|
Diduga Jadi Penyebab Meninggalnya Gembong Warsono, Ketahui Tanda-Tanda Serangan Jantung! |
![]() |
---|
Sering Dikritik Pedas, Anies Baswedan Tetap Hadir di Pemakaman Gembong Warsono: Beliau Orang Baik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.