Srikandi Penjaga Perbatasan Paling Timur Indonesia, Mathilda Pusung dan Ni Luh Puspa

BNPP memiliki dua srikandi yang bertugas menjaga perbatasan paling timur Indonesia, mereka bernama Mathilda Pusung dan Ni Luh Puspa

Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Yusuf Bachtiar/TribunJakarta.com
Kepala PLBN Sota Ni Luh Puspa. 

"No..no... No problem," kata Mathilda sambil berjalan berusaha menenangkan pria yang marah-marah. 

Ucapan Mathilda sempat tidak digubris, pria tersebut turun dari motornya sambil menunjuk ke arah Mathilda.

Ketenangan Mathilda rupanya benar-benar stabil, dia terus jalan mendekati pria tersebut berusaha menenangkan. 

Beruntung tindakan pria tersebut tak sampai berdampak buruk, setelah puas ngoceh dengan nada tinggi dia pergi menjauh. 

Usai insiden tersebut, Mathilda menjelaskan bahwa pria yang tiba-tiba datang marah-marah merupakan anak pemilik lahan yang terdapat jalur perlintasan ilegal.

Kata Mathilda, pria tersebut tidak senang dengan kehadiran rombongan BNPP pusat yang sedang meninjau jalur perlintasan ilegal.

Ucapan yang diutarakan pria tersebut saat marah-marah meminta rombongan keluar dari tanahnya, karena tahan yang dimasukin itu merupakan tanah adat. 

Kepala PLNB Skouw Mathilda Pusung.
Kepala PLNB Skouw Mathilda Pusung. (Yusuf Bachtiar/TribunJakarta.com)

Menurut Mathilda, pihaknya telah berkomunikasi secara intens dengan pemilik tanah atau ayah dari pria tersebut. 

Pemilik tanah serta masyarakat sekitar perbatasan telah sepakat dengan kebijakan penutupan jalur perlintasan ilegal.

Selain sebagai akses ilegal, jalur tersebut memang kerap digunakan masyarakat untuk melakukan perjalan ke kebun. 

Penutupan secara penuh tidak dapat dilakukan mengingat masyarakat masih membutuhkan akses jalan tersebut, pemasangan pagar dilakukan untuk meminimalisir kegiatan lintas batas ilegal.

Misalnya penyelundupan barang-barang ilegal seperti narkoba atau semacamnya, Mathilda dan petugas perbatasan masih terus mencari solusi terbaik menyikapi keberadaan jalur perlintasan tidak resmi dengan melibatkan masyarakat. 

Kejadian seperti itu lanjut Mathilda, merupakan tantangan baginya sebagai petugas perbatasan.

Dia merasakan sangat terhormat diberikan kepercayaan mengawal perbatasan, meski duka telah berubah menjadi suka. 

"Paling tidak kami diberikan kepercayaan oleh negara sebagai abdi negara menjaga dan mengawal kawasan perbatasan, menurut kami itu adalah penghormatan yang tinggi kepada kami," tega dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved