Ayah Banting Anak di Muara Baru

Awan Dibenci Ayah Tapi Dicintai Warga, 3 Hari Sebelum Tewas Masih Sempat Bantu-bantu di Kondangan

Awan bocah berusia 10 tahun yang tewas dibanting ayah kandungnya, ternyata sangat dicintai oleh warga dan petugas PPSU.

Gerald Leonardo Agustino/TribunJakarta.com
Foto Awan mengenakan rompi petugas PPSU dan bergaya di atas gerobak motor Kelurahan Penjaringan. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Awan (10) yang tewas dibanting ayah kandungnya Usman (44) di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara ternyata memang kerap diperlakukan berbeda oleh orangtuanya.

Awan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan suami istri, Usman dan Halimah (42).

Dibandingkan dengan kakak dan adiknya, Awan yang paling sering dianiaya oleh Usman.

 

"Ayahnya ini ringan tangan, suka mukul anaknya sendiri. Sering warga lihat itu pelaku menjewer kuping, dikeplok (tampar)," kata Ketua RT 22/RW 17 Sudiono, Kamis (14/12/2023).

Hal tersebut juga diakui oleh Halimah. Ia menyebut Usman memang sering memukul Awan.

Meski dibenci oleh ayahnya sendiri, nyatanya bocah disabilitas yang putus sekolah tersebut sangat dicintai oleh warga.

"Dia lebih-lebih dari artis kayaknya. Karena kita sayang sama dia. Kalau dibilang peduli, pedulian tetangganya kali daripada bapaknya,” kata salah satu tetangga.

“Salut saya sama ibunya, dia enggak nangis. Lah, kita yang enggak punya hubungan darah malah nangis,” ucap warga yang matanya membengkak saat mengenang sosok Awan.

Tangisan teman-teman Awan (10) pecah saat proses pemakaman bocah tersebut berlangsung. Diketahui Awan meninggal dunia karena dibanting oleh ayah kandungnya Usman (44) di depan rumah mereka, di sekitaran Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Rabu (13/12/2023).
Tangisan teman-teman Awan (10) pecah saat proses pemakaman bocah tersebut berlangsung. Diketahui Awan meninggal dunia karena dibanting oleh ayah kandungnya Usman (44) di depan rumah mereka, di sekitaran Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Rabu (13/12/2023). (TribunJakarta.com)

Tak cuma oleh warga, Awan juga sangat disayangi oleh sejumlah petugas PPSU Kelurahan Penjaringan.

Veny, seorang petugas PPSU mengaku begitu terpukul mengetahui tewasnya Awan.

Bagi Veny, Awan adalah seorang anak yang periang dan gemar membantu, juga seringkali ikut membawa karung dan sampah yang diangkut petugas PPSU.

Veny dan teman-temannya petugas PPSU bahkan punya panggilan sayang kepada Awan.

"Dia itu bocilnya PPSU gitu, dia itu mainnya sama anak-anak PPSU, jadi dibilangnya bocilnya PPSU," kata Veny di lokasi, Kamis (14/12/2023).

Semasa hidup, Awan kerap kali mendatangi posko petugas PPSU di kantor Kelurahan Penjaringan.

Veny pun sering mendapati Awan berjalan kaki sendirian di ketika dirinya sedang menyapu jalan.

Awan lalu akan membantu membawakan karung maupun sampah yang baru saja dibersihkan Veny dari zona kerjanya.

"Dia kalau manggil kita mami, mami, gitu. Terakhir ketemu itu dia sudah nungguin saya di atas motor, mau ikut (bersih-bersih jalan)," ungkap Veny.

Petugas PPSU Kelurahan Penjaringan lainnya, Konedy bercerita, semasa hidupnya Awan rutin membantu petugas PPSU membersihkan lingkungan.

Senyuman K alias Awan (10), anak yang tewas dibanting ayahnya di Muara Baru, saat bercengkerama bersama petugas PPSU Penjaringan
Senyuman K alias Awan (10), anak yang tewas dibanting ayahnya di Muara Baru, saat bercengkerama bersama petugas PPSU Penjaringan (Istimewa)

Biasanya awan senang mengambil karung dan membukanya untuk tempat para petugas PPSU akan memasukkan sampah.

Awan juga sering ditemui dalam kegiatan-kegiatan rutin pembersihan saluran-saluran permukiman.

Bocah itu dikenal tak pernah mengeluh dan sungguh ringan tangan.

"Dia pasti ada di tempat kita kerja, kadang dia nyari-nyari kita di zona-zona kita kerja. Dia sudah paham titik-titik kita kerja di mana dia tahu, nyariin di situ," ucap Konedy.

Bahkan tiga hari sebelum dibanting Usman hingga meninggal, Awan masih sempat membantu warga di acara pernikahan.

"Terakhir ketemu di acara kondangan di hari Sabtu, dia lagi bantu-bantu warga," ucap Konedy.


Selalu Ingat Keluarga

Dikatakan istri Ketua RT setempat bernama Haria, Awan merupakan anak yang baik dan peduli keluarga.

Pernah suatu hari Awan diberi makanan oleh tetangga. Makanan itu lalu dibawa pulang karena ingin dimakan bersama ibu dan adiknya.

“Misalnya dia dikasih uang atau makan sama orang, dia selalu bawa pulang, kasih ke ibunya dan adiknya yang paling kecil,"

"Dia selalu prioritaskan buat ibunya dari uang imbalan yang dia dapatkan,” cerita Haria.

Terpisah Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan Usman kini sudah ditetapkan sebagai tersangka.

“Iya, jadi tersangka,” kata Gidion.

Dalam kasus ini, polisi menerapkan Pasal 44 Ayat (3) Undang Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Selain itu, polisi juga menerapkan Undang Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang Undang.

 

 

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved