Pemilu 2024
Tragedi 3 Nenek Meninggal Saat Pemilu 2024: Korban Berdandan Cantik Lalu Pusing Lihat Banyak Caleg
Tragedi tiga nenek meninggal dunia saat Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024). Peristiwa itu terjadi di Banyuwangi, Ogan Komering Ulu dan Kota Batu.
TRIBUNJAKARTA.COM - Tragedi tiga nenek meninggal dunia saat Pemilu 2024 yang berlangsung Rabu (14/2/2024).
Ketiga peristiwa itu terjadi di Banyuwangi, Ogan Komering Ulu dan Batu. Korban ada yang meninggal di bilik suara.
Kemudian ada pula yang sempat mengeluh pusing karena melihat banyak caleg.
1. Nenek Samilah Mengeluh Soal Caleg
Peristiwa nenek meninggal setelah mencoblos terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.
Nenek Samilah berusia 61 tahun meninggal setelah menggunakan hak pilihnya di TPS 1 Kelurahan Pasar Baturaja, Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Oku pada Rabu (14/2/2024).
Samilah sempat mengeluhkan banyak nama caleg di surat suara. Ia kemudian tak sadarkan diri.
Samilah jatuh terduduk di bilik suara.
Ia pun dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal.
"Bingung banyak nian namonyo (bingung banyak sekali namanya)," kata anak perempuan Samilah, Lina.
Pendi, suami Samilah mengatakan istrinya tak menunjukkan tanda-tanda sakit.
Bahkan ia menyebut Samilah sangat antusias untuk memilih.
Sejak Rabu pagi, sang istri sudah berdandan cantik seperti akan ke kondangan.
"Pagi-pagi dio sudah bepupur sudah berdandan cantik kagek dulu belum buka TPS katoku," kata Fendi.
Sebelum ke TPS, Samilah sempat sarapan pempek dan minum kopi.
Sementara itu Camat Baturaja Timur Yoyin Arifiyanyo mengatakan telah menrima laporan dari stafnya tentang warga yang jatuh saat menoblos.
"Saya dapat informasi ibu Samilah jatuh saat sedang mencoblos kemudian dilarikan ke rumah sakit dan meninggal " kata Yoyin.
Jenazah Samilah kini telah dibawa pulang ke rumah duka di Jalan Kapten Syahrial Lr.Aries Kecamatan Baturaja Timur dekat TPS tempat almarhum memilih.
2. Nenek Ngatiyem Meninggal di Bilik Suara

Peristiwa kedua yakni Nenek Ngatiyem (65) meninggal di bilik suara.
Hal itu membuat panik petugas TPS 12 di Desa Seneporejo, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi, Rabu (14/2/2024).
Nyawa Ngatiyem tak dapat diselamatkan meski diberi pertolongan.
Ketua KPU Banyuwangi Dwi Anggraeni Rahman menjelaskan, Ngatiyem merupakan pemilih di TPS 12.
"Kami baru saja mendapat informasi dari PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) setempat. Informasi sementara yang kami terima, yang bersangkutan memang memilih di TPS tersebut," kata Dwi, Rabu.
Dwi menjelaskan, tempat tinggal Ngatiyem berada dekat dengan TPS tepatnya di seberang TPS.
Kronologi berawal saat Ngatiyem berangkat dari rumah untuk memakai hak suaranya.
Setelah datang, Ngatiyem mendapat lima surat suara dan membawanya ke bilik suara.
Sebelum meninggal, Ngatiyem masih sempat membuka sebagian surat suara. Tiba-tiba saja setelah itu, Ngatiyem lunglai dan pingsan.
Para petugas yang berada di lokasi bergegas menolongnya.
Mereka membawa Ngatiyem ke tempat yang lebih longgar untuk diberi pertolongan awal tapi sayang nyawanya tak tertolong.
Menurut Dwi, Ngatiyem dinyatakan meninggal tak lama setelah pingsan bahkan belum sempat mencoblos.
"Belum sempat mencoblos. Informasi awalnya seperti itu," kata Dwi.
Dugaan sementara, Ngatiyem tewas karena sakit. Menurut keterangan keluarga, Ngatiyem punya riwayat darah tinggi.
3. Rubaika Meninggal di Bilik Suara

Rubaika (55) meninggal dunia di bilik suara saat memberikan hak suaranya di TPS 21 Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Rubaika pingsan dan akhirnya meninggal dunia.
Menurut Linmas yang berjaga di TPS 21 bernama Edi Purwandi, saat berada di bilik suara Rubaika tiba-tiba pingsan.
Sebelum pingsan dan meninggal dunia Rubaika sempat mencoblos 3 surat suara.
“Jadi Bu Rubaika tadi melakukan pencoblosan seperti biasa dan sempat mencoblos 3 surat suara. Lalu tiba-tiba beliau pingsan dan langsung ditolong,” terang Edi Purwandi.
“Saat ditolong sempat sadar, namun beliaunya pingsan lagi dan dibawa ambulans ke rumah sakit tapi sudah meninggal," tambahnya.
Sementara itu Suparman (65) suami Rubaika menjelaskan jika istrinya memang sudah lama memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes.
Namun sebelum meninggal pihaknya menuturkan sang istri tidak menunjukan tanda-tanda sakit ataupun ada firasat dari keluarga.
“Beberapa hari lalu istri saya sempat kontrol ke rumah sakit, tadi pagi juga terlihat sehat makanya berangkat ke TPS untuk mencoblos, namun usia tidak ada yang tahu dan hari ini Alloh menentukan lain. Kami keluarga ikhlas menerima,” tutur Suparman.
Peristiwa Serupa
Peristiwa lain terjadi di Kota Jambi. Jalidin kakek berusia 84 tahun warga RT 09, Kelurahan Rajawali, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi meninggal dunia di TPS, Rabu (14/2/2024)
Ia sempat pingsan di bilik suara TPS 21.
Kakek Jalidin meninggal dunia saat mencoblos, dia sempat pingsan di bilik suara (TPS) 21.
Kejadian bermula sekira pukul 09.00 WIB, saat salah satu warga mendatangi rumah korban dan memberitahu keluarganya bahwa korban pingsan di TPS 21.
Keluarga korban pun langsung mendatangi TPS 21 dan mengecek keadaan korban yang sudah dalam kondisi tak sadarkan diri, terbaring di atas kursi.
Korban kemudian dibawa ke rumahnya dan saat di cek, denyut nadi korban sudah tidak ada lagi yang mengartikan korban telah meninggal dunia.
A Rahman selaku ketua RT 19 Kelurahan mengatakan, saat datang ke TPS di bonceng pakai motor dan di papah untuk masuk ke bilik suara.
"Bapak itu memang sudah ada sakit bawaan,Saat didalam bilik suara dan korban tiba-tiba tak sadarkan diri. Terus kami angkat dan kami bawa ke teras rumah warga," katanya .
Kemudian warga menghubungi pihak keluarga, dan korban dibawa pulang.
"Setelah itu kami dapat informasi dari keluarga korban bahwa korban sudah meninggal," tutupnya.
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News
Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul SOSOK Nenek Samilah, Lansia 61 Tahun Tewas setelah Nyoblos di Sumsel: Ngeluh Banyak Nama Caleg
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.