DPO Kasus Vina Cirebon Ditangkap

Setelah 8 Tahun Saksi Mata Kasus Vina Cirebon Akhirnya Buka Suara, Alibi Pegi Perong Terbantahkan

Setelah delapan tahun kabur karena ketakutan atas fakta yang disaksikannya, Aep yang melihat langsung penyerangan akhirnya buka suara.

|
Tribun Network
Kolase foto Aep, saksi mata pembunuhan Vina dan tersangkanya, Pegi beserta motor pink miliknya. 

Selain itu, kelompok remaja itu juga sering nongkrong di sebrang cuci steam tempat dia bekerja.

"Gak pernah (interaksi). Ini saya tau saja anak-anak sering nongkrong di sana depan bengkel saya," ucap Aep.

Aep juga mengonfirmasi bahwa Pegi berada di lokasi saat penyerangan Vina dan Eky.

"Waktu penangkapan saudara Pegi itu gak ada, tapi pas waktu kejadian itu, ada," jelas Aep.

Alibi Pegi Terbantahkan

Kesaksian Aep sekaligus membantah keterangan Kartini (48), ibunda Pegi.

Kartini menegaskan, bahwa saat peristiwa tragis pembunuhan Eki dan Vina terjadi pada tahun 2016, Pegi tidak berada di Cirebon.

"Pada 27 Agustus 2016, Pegi sudah bekerja di Bandung menjadi kuli bangunan, dan saat kejadian itu terjadi, Pegi tidak ada di Cirebon," ujarnya.

Menurut Kartini, Pegi mulai bekerja di Bandung tiga bulan sebelum kasus pembunuhan tersebut terjadi dan baru kembali ke Cirebon empat bulan kemudian, tepatnya pada bulan Desember 2016.

Pegi sendiri ditangkap aparat Polda Jawa Barat, di Bandung pada Selasa (20/5/2024).

Sehari setelahnya, sang ibu menjenguk.

"Ya, kemarin saya mengunjungi anak kandung saya Pegi Setiawan setelah mendapat kabar dari Ibu Yanti (majikan sekaligus kuasa hukum Pegi) bahwa anak saya ditangkap polisi," ujar Kartini saat diwawancarai TribunJabar di kantor kuasa hukum Pegi di Desa Kepongpongan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Kamis (23/5/2024) petang.

Potret Pegi Setiawan dengan motor Smash pink.
Potret Pegi Setiawan dengan motor Smash pink. Saksi mata mengungkap keberadaan Pegi di lokasi penyerangan Vina.

Kepada sang putra, Kartini berpesan agar teguh pada pendirian.

Pegi diminta jangan mau bicara yang tidak dilakukannya.

"Jika memang kamu tidak melakukan perbuatan itu, walaupun dipaksa untuk mengaku, jangan sampai mengatakan iya," kata Kartini.

Kartini tidak mau, putranya berbohong dan lebih baik hilang nyawa dalam kejujuran.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved