Kuasa Hukum Pegi Ungkap Kekeliruan Hakim 7 Tahun Silam, 7 Terpidana Berpeluang Bebas

"Ini dakwaan yang pembuktiannya terlalu sederhana, pembunuhan berencana tetapi dalam putusan pengadilan ini tidak dibuktikan kapan perencanaannya," kata Toni.

Terlebih, vonis bagi tujuh terpidana adalah penjara seumur hidup, tidak main-main.

Menurut Toni, tidak ada pembuktian yang bisa mengungkapkan perencanaan antara satu terpidana dengan terpidana lain.

"Kalau tidak terungkap di persidangan kenapa dikenakan pasal pembunuhan berencana," kata Toni.

Toni juga menekankan, tuduhan pemerkosaan terhadap Vina oleh para terpidana tidak terungkap.

Sebab bekas sperma yang disebut ada di kemaluan korban, tidak pernah dites DNA untuk menunjukkan bukti ilmiah siapa pelakunya.

Menurut Toni, hal itu menunjukkan kekeliruan hakim dalam memutuskan hukum bagi para terdakwa saat itu.

Kekeliruan hakim merupakan satu dari dua alasan bisa dilakukannya upaya hukum peninjauan kembali (PK).

PK bisa dilakukan ketujuh terpidana yang saat ini masih di penjara untuk membebaskan diri dari hukuman panjang tersebut.

Toni tegas menyebut ketujuh terpidana berpeluang bebas.

"Upaya hukum luar biasa ya kalau yang PK-nya ini mampu menyusun redaksinya narasinya secara tepat berdasarkan aturan-aturan, maka dengan alasan kekhilafan kekeliruan hakim saja dalam menafsirkan hukum, saya yakin ini bisa dikabulkan PK-nya."

"Ya kalau dikabulkan pasti bebas," jelas Toni.

Para terpidana juga bisa menggunakan novum baru atau bukti baru yang kini diungkap Liga Akbar.

Seperti diketahui, Liga merupakan saksi kunci kasus Vina Cirebon yang membuat Saka Tatal dan kawan-kawan ditangkap dan dipidana.

Kini Liga mengungkapkan, bahwa kesaksian dirinya hasil arahan polisi.