Sisi Lain Metropolitan
Jual Mas Kawin Buat Beli Kardus Bekas, Cerita Sukses Perajin Kotak Seserahan dari Sudut Kota Jakarta
Dari modal nekat menjual mas kawin untuk membeli kardus bekas, Wawan sukses mempertahankan keutuhan keluarga kecilnya.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Harta yang paling berharga adalah keluarga.
Kalimat itu sangat tepat untuk menggambarkan perjuangan hidup Wawan, seorang perajin kotak seserahan pernikahan yang tinggal di Kampung Muka Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
14 tahun silam, Wawan nekat mempertaruhkan mas kawin sebagai satu-satunya harta yang ia miliki untuk membuka bisnis itu.
Sebagaimana fungsinya untuk wadah hantaran pengantin, kotak seserahan juga menjadi wadah bagi Wawan untuk terus berkarya dan berusaha.
Belasan tahun berlalu, usaha kecil-kecilan itu telah berubah menjadi lumbung penghasilan.
“Dulu pertama kali itu sama istri mutusin buat jual mas kawin, itu sebagai modal awal buat bikin usaha hantaran ini. Itu tahun 2009,” kata Wawan kepada TribunJakarta.com, akhir Juli 2024 lalu.
Dari modal nekat menjual mas kawin untuk membeli kardus bekas, Wawan sukses mempertahankan keutuhan keluarga kecilnya, sebagai satu-satunya harta paling berharga yang ia miliki saat ini.
Wawan tinggal di permukiman padat penduduk Kampung Muka Ancol, Pademangan, Jakarta Utara sejak tahun 1999.
Sejak saat itu, Wawan telah melanglang buana bekerja sebagai perajin di berbagai tempat.
Keahliannya mengolah kardus menjadi kotak seserahan terus diasah ketika dirinya masih bekerja bersama orang lain.
Tahun 2009, Wawan berkenalan dengan istrinya Sulastri.
Saat itu, Wawan masih bekerja sebagai pembuat kotak seserahan, sementara sang istri pegawai di salah satu pusat perbelanjaan tak jauh dari Ancol.
Singkat cerita, sejoli ini pun memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
Wawan menikahi Sulastri di kampungnya di Semarang, Jawa Tengah dengan modal yang tak seberapa.
Yang pasti, kotak seserahan dalam pernikahan Wawan-Sulastri dibuat langsung dari tangan terampil sang mempelai pria.
“Pas dulu nikah, kotak hantaran atau seserahan di pernikahan saya itu juga saya yang bikin sendiri, itu buat naro angpao lah, amplop,” ucapnya.
Usai menikah di kampung, Wawan dan sang istri kembali ke Jakarta untuk membangun bahtera rumah tangga.
Mereka berunding bagaimana caranya bisa bertahan hidup di Ibukota dengan segala ketidakpastian yang ada.
Pasangan suami istri ini menyadari bahwa pekerjaan mereka masing-masing tak bakal cukup untuk memperbaiki kehidupan.
Pada akhirnya, dalam suatu momen perbincangan dengan sang istri, Wawan menyatakan tekadnya untuk membuka usaha sendiri.
Saat itu, Wawan tak punya banyak uang untuk dijadikan modal membuka usaha.
Alhasil, dengan segala kerelaan hatinya, Wawan dan sang istri sepakat menjual mas kawin, sebagai satu-satunya harta paling berharga yang mereka miliki saat itu.
Dari penjualan mas kawin itu, Wawan mengantongi uang Rp 10 juta yang menjadi modal awal merintis usaha kotak seserahan di tempat tinggalnya.
Uang itu tentunya dipakai untuk membeli bahan utama pembuatan kotak seserahan, yakni kardus-kardus bekas.
Usaha kecil-kecilan ini dibuka di kontrakan Wawan yang berada dalam gang sempit Kampung Muka Ancol.
Di sana, Wawan mempekerjakan tiga orang tetangga dekatnya untuk ikut menjadi perajin kotak seserahan.
Kontrakan semi permanen itu telah difungsikan sebagai gudang sejak pertama kali Wawan membuka usahanya pada tahun 2009.
Kotak seserahan yang dibuat Wawan memiliki bahan dasar kardus bekas.
Kardus-kardus bekas ini ia beli dari pemulung dan pengepul di sekitaran Kota Tua.
Tapi, Wawan tak sembarangan memilih kardus.
Salah satu cara Wawan menjaga kualitas barang produksinya ialah terjun langsung untuk mendatangi pengepul dan menyortir kardus yang cukup tebal untuk dijadikan bahan baku kotak hantaran.
Kardus-kardus itu biasanya bekas membungkus mainan dan perabotan rumah tangga, ukurannya minimal 1 sentimeter.
“Jadi kardus yang saya pilih itu nggak ada yang letoy, saya pilihnya yang tebal, yang kuat,” ucap dia.
Dalam prosesnya, kardus bekas dipotong-potong sesuai ukuran yang telah ditentukan.
Kemudian, kardus-kardus itu akan dibalut dengan kain berbagai warna, menciptakan bentuk dasar sebuah kotak seserahan.
Wawan lalu menambahkan aksesoris berupa bunga dan pita warna warni untuk mempercantik kotak.
Adapun penutup kotak seserahan dibuat dengan mika tebal untuk mempertahankan kualitasnya dalam waktu lama.
Dalam sehari Wawan dan tim bisa membuat sampai tiga lusin kotak seserahan.
Dalam sebulan, ia memproduksi lebih dari 1.000 kotak yang seluruhnya akan dikirimkan ke distributor tetapnya di Cipinang, Jakarta Timur.
Harga kotak seserahan buatan Wawan bervariasi, dari ukuran terkecil Rp 60.000 dan paling besar Rp 135.000.
Kotak ukuran kecil biasanya dipakai pengantin untuk wadah barang-barang seserahan seperti pakaian dalam.
Lalu, kotak ukuran sedang untuk barang-barang seperti tas dan sepatu, sedangkan yang paling besar untuk seserahan dalam bentuk mukena atau sajadah.
Wawan mengakui bahwa selama menjalankan pabrik rumahan kotak seserahan, bisnisnya tak selalu berjalan mulus.
Sama seperti banyak perajin atau pengusaha lainnya, usaha Wawan terkena dampak dari pandemi Covid-19 beberapa tahun silam.
Ketika virus corona menghantam dunia, Wawan sempat tak punya penghasilan berbulan-bulan sampai harus pulang kampung.
Tapi, selama itu ia tak pernah berhenti beribadah.
Wawan terus berdoa agar pesanan kembali berdatangan.
Doa itu dijawab Tuhan.
Setelah tiga bulan tanpa pekerjaan, Wawan kembali dihubungi distributor langganannya untuk segera kembali ke Jakarta dan memulai produksi lagi.
14 tahun berlalu sejak Wawan mempertaruhkan mas kawinnya untuk modal membuka usaha.
Pertaruhan itu telah dimenangkan Wawan, di mana saat ini ia sukses menghidupi istri dan kedua anaknya di pinggiran kota Jakarta.
Dari mengolah kardus bekas menjadi kotak hantaran pernikahan, Wawan juga sudah berhasil memiliki rumah pribadinya di Kampung Muka.
Tak cuma itu, rumah orangtua dan mertua di kampung juga tak luput diperbaiki Wawan.
“Intinya selagi kita hidup mah fokusin beribadah dan berjuang aja. Ya alhamdulillah hasil usaha ini masih bisa buat hidupin keluarga,” pungkas Wawan.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
| Dicemooh Rekan, Curhat Dokter Aditya Dirikan Klinik Bayar Seikhlasnya Hingga Pakai Doa di Cipayung |
|
|---|
| Dokter Aditya di Jaktim Pasang Tarif Klinik Seikhlasnya Hingga Bayar Pakai Doa |
|
|---|
| Satpol PP Di Jakbar Jago Bahasa Inggris, Akui Terinspirasi Metallica hingga Fast & Furious |
|
|---|
| Cerita Mr Dede Satpol PP Viral Jago Bahasa Inggris: Cita-cita Jadi Diplomat, Awal Karier Jadi Hansip |
|
|---|
| Viral! Satpol PP DKI Jago Bahasa Inggris, Mr Dede Cerita Punya Teman Bule yang Mengubah Hidupnya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/Wawan-pemilik-pabrik-rumahan-kerajinan-kotak-seserahan-di-Kampung-Muka-Ancol.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.