Macet Panjang, Evakuasi Jenazah Wisatawan yang Meninggal di Puncak Butuh 6 Jam

Kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor pada Minggu (15/9/2024) malam sempat membuat proses evakuasi jasad wisatawan, Nimih (63) terkendala.

Penulis: Bima Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor pada Minggu (15/9/2024) malam sempat membuat proses evakuasi jasad wisatawan, Nimih (63) terkendala.

Anak ketiga Nimih, Suryati (36) mengatakan setelah sang ibunda meninggal sekira pukul 19.00 WIB di area parkir Gunung Mas jenazah tidak langsung dievakuasi karena terkendala kemacetan.

Meski sudah melapor ke petugas di sekitar lokasi, tapi mobil jenazah yang hendak digunakan untuk mengevakuasi jasad Nimih tidak kunjung tiba karena terjebak kemacetan panjang.

"(saat meninggal) Masih di area parkir, di kebun teh. Posisinya memang macet. Panitia bus saya yang bolak balik manggil petugas," kata Suryati di Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (17/9/2024).

Awalnya jenazah Nimih yang berada di area kebun teh dengan menggunakan alas seadanya sempat dibawa ke warung di sekitar lokasi karena saat kejadian turun hujan.

Sekira 30 menit menunggu di warung, seorang pengendara mobil pribadi menawarkan pertolongan mengevakuasi jenazah ke masjid sembari menunggu mobil jenazah tiba.

Tapi setibanya di masjid sekira pukul 20.00 WIB, pihak keluarga kembali menunggu hingga mobil jenazah tiba pada saat waktu sudah menunjukkan pergantian hari Senin (16/9/2024).

"Kondisi memang mau keluar kejebak, dia (ambulans) mau masuk ke situ cari jalan juga enggak bisa. Jadinya saya di situ sama almarhumah menunggu di situ sampai jam 00.00 WIB," ujar Suryati.

Setelah mobil jenazah dari perangkat lingkungan setempat tiba, pihak keluarga sempat ditawari agar jenazah Nimih dibawa ke rumah sakit untuk proses memastikan penyebab kematian.

Namun karena menurut pihak keluarga Nimih meninggal dalam keadaan wajar tanpa ada kejanggalan, mereka sepakat jenazah Nimih tidak perlu autopsi.

Pihak keluarga meminta agar jenazah Nimih dapat segera dibawa ke rumah duka di Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, sehingga dapat segera dimakamkan secara layak.

"Saya bilang, mohon maaf kalau misalnya jenazah saya bilang langsung pulang ke rumah. Karena sudah kelamaan di sini, katanya enggak apa, silakan," tutur anak pertama Nimih, Yani (46).

Yani menuturkan setelah pihak pengelola Gunung Mas menyatakan menanggung seluruh akomodasi hingga tiba rumah duka dengan pengawalan kepolisian, jenazah sang ibunda lalu dibawa.

Pada Senin (16/9) sekira pukul 01.00 WIB jenazah Nimih bertolak dari Gunung Mas ke rumah duka dengan pengawalan petugas kepolisian yang mengurai arus lalu lintas.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved