Gen Z Vs Generasi Sebelumnya: The Love-Hate Connection
Lemah, gampang baperan, kurang komunikasi. Inilah reaksi awal orang-orang sekitar mendengar kata Gen Z di dunia kerja? Benarkan mereka selemah ini?
Anastasia Ratna Dewati, Mahasiswa Program Pascasarjana Komunikasi STIKOM InterStudi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Lemah, gampang baperan, kurang komunikasi. Inilah reaksi awal orang-orang sekitar yang penulis tanyakan, “Apa yang ada di kepala kalian ketika mendengar kata Gen Z di dunia kerja?”
Benarkah mereka selemah ini? Padahal mereka generasi yang sangat mengerti teknologi dibanding generasi-generasi sebelum mereka di era sekarang ini. Kerennya, mereka adalah digital native.
Roy Suryo, pemerhati telematika dan multimedia, menjelaskan Gen Z yang lahir mulai pertengahan 1990-2010 merupakan generasi paling melek teknologi digital.
Media sosial telah membentuk kehidupan mereka. Gen Z juga memiliki kecerdasan dan IQ lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya.
Kok bisa generasi paling melek teknologi dan ber-IQ tinggi malah dipandang sebelah mata dan dianggap lemah oleh generasi di atas mereka? Fakta lainnya, Gen Z malah sulit dapat pekerjaan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 9,9 juta penduduk usia muda Indonesia (Gen Z) merupakan pengangguran.
Survei Kementerian Ketenagakerjaan yang dinukil psikolog sekaligus dosen Universitas Paramadina, Tia Rahmania, mengungkapkan salah satu factor hampir 10 juta Gen Z di Indonesia menganggur, yakni tidak cocok antara keahlian dan kebutuhan pasar kerja.
Beberapa faktor lain yang menyulitkan Gen Z mendapat pekerjaan, di antaranya:
1. Gen Z sering dikritisi sebagai generasi yang enggan kerja keras, tapi mereka menuntut gaji tinggi.
2. Gen Z merupakan kelompok yang tergolong unik karena memiliki karakteristik berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Salah satu karakteristik paling menonjol Gen adalah mengutamakan work-life balance. Sedangkan tak semua perusahaan mendukung hal tersebut.
3. Alasan Gen Z menjunjung tinggi work-life balance adalah burnout atau stres akibat bekerja. Biasanya, burnout muncul karena Gen Z terlalu berorientasi pada hasil, seperti gaji, bukan proses. Saat melihat gaji tak sesuai dengan ekspektasi, tidak sedikit Gen Z yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan.
Melihat fakta-fakta dan survei di atas, penulis menarik kesimpulan perbedaan mendasar Gen Z dan generasi di atas mereka adalah gaya komunikasi dan pandangan hidup.
Penulis sempat merasakan perbedaan ini dan merasa bahwa susah sekali mengarahkan team Gen Z ini ke tujuan yang diinginkan dalam dunia kerja.
Perbedaan gaya komunikasi dan pandangan hidup inilah yang sebaiknya dicari titik tengahnya agar tercipta komunikasi efektif kalangan Gen Z dengan generasi pendahulunya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.