Viral di Media Sosial

Pelatih Pelaku Pemukulan Siswa SMP Bogor saat Tanding Basket Muncul, Akui Ancam Penyebar Video

Seorang siswa SMP Mardi Waluya Cibinong, RC (1) memukul kepala siswa SMPN 1 Bogor berinisial AS (13) saat turnamen basket, pada Senin (17/2/2025).

Tangkapan layar di Instagram dan TikTok
DIPUKUL SAAT TANDING BASKET - Video yang merekam seorang siswa SMP Mardi Waluya Cibinong, RC (1) memukul kepala siswa SMPN 1 Bogor berinisial AS (13) saat turnamen basket viral di media sosial. 

TRIBUNJAKARTA.COM -  Seorang siswa SMP Mardi Waluya Cibinong, RC (1) memukul kepala siswa SMPN 1 Bogor berinisial AS (13) saat turnamen basket, pada Senin (17/2/2025).

Video yang merekam peristiwa tak terpuji tersebut viral di media social.

Melalui akun Instagram-nya @fodelba, tante AS, Foren menceritakan teman-teman sekolah keponakannya yang menyebarkan video penganiayaan tersebut mendapatkan ancaman.

"Pada saat anak-anak basket SMPN 1 Bogor menguopload video kekerasan tersebut di story Instagram mereka masing-masing, tiba-tiba ada yang DM mereka yang mengaku sebagai pihak Perbasi dan meminta take down semua video tersebut dengan mengancam pencemaran nama baik," pungkas Foren.

Berikut adalah isi ancaman yang diterima oleh anak-anak tim basket SMPN 1 Bogor setelah membagikan video pemukulan oleh RC:

"Halo saya dari pihak perbasi mau meminta tolong untuk di-take down snapgram adeknya ya. Atau kita tindak lanjut mengenai pencemaran nama baik. Karena kasus tersebut telah tuntas dan resmi sudah selesai dari pihak SMP 1 dan Mardi Waluyo. Ditunggu segera malam ini ya dek,"

Penelusuran TribunJakarta.com, sosok yang memberikan ancaman tersebut ternyata adalah asisten pelatih basket di SMP Mardi Waluya, bernama Atar.

Atar akhirnya muncul dan memberikan klarifikasi melalui video yang diunggah di akun Instagramnya, pada Kamis (20/2/2025).

"Selamat siang, saya Atar ingin memberikan klarifikasi terkait hal-hal yang baru-baru ini terjadi," ucap Atar.

"Saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama perbasi yang dirugikan atas kata-kata saya mengenai saya adalah orang perbasi. Saya bukan orang perbasi, namun saya adalah pelatih berlisensi di bawah naungan Perbasi," imbuhnya.

Atar lalu mengakui dirinya memang mengirimkan pesan kepada teman-teman sekolah AS dengan nada mengancam.

"Selanjutnya, mengenai hal-hal yang saya katakan ketika saya meminta anak-anak yang memposting tentang kejadian yang terjadi beberapa hari lalu untuk men-take down postingan mereka tersebut. Pada game tersebut, saya diminta tolong untuk mendampingi sebagai asisten coach," kata Atar.

"Saya bukan head coach atau kepala pelatih tim basket SMP Mardi Waluyaci Binong. Namun kemudian banyak orang yang menduduh saya sebagai kepala pelatih SMP tersebut. Di saat itu saya panik dan tanpa berpikir panjang, saya langsung merespon semua anak-anak yang mempostingan tersebut untuk men-take down postingan mereka dengan mengatakan bahwa saya adalah orang Perbasi dan akan menindaklanjuti atas dasar pencemaran nama baik apabila tidak dihapus postingan mereka tersebut," imbuhnya.

Atar menyadari perbuatannya tersebut tidak dapat dibenarkan.

"Tapi hal tersebut tidak dapat membenarkan perbuatan saya tersebut. Untuk itu, saya meminta maaf kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan akibat perbuatan saya itu. Adapun penjelasan atau klarifikasi saya ini tidak dimaksudkan sebagai pembelaan atau pembelaan atas perbuatan saya dan kata-kata saya," ujar Atar.

"Sekali lagi saya meminta maaf kepada semua pihak Saya juga sangat mengecam tindakan kekerasan bentuk apapun dari dalam kompetisi olahraga yang mencoreng nilai-nilai sportifitas Yang selama ini saya tanamkan ke diri saya dan anak-anak yang saya latih Terima kasih," imbuhnya.

Kondisi Korban

Alfath Tauhid, orang tua dari AS mengungkapkan, anaknya sempat merasa pusing kepala usai kejadian.

"Iya usai pemukulan dia mengaku sempat merasa pusing tapi alhamdulillah secara fisik tidak terkena bagian fital,  dia masih bisa bermain basket pada hari ini," katanya kepada wartawan, Kamis (20/2/2025).

Alfath menyebut dirinya sangat menyayangkan aksi pemukulan itu bisa terjadi.

Padahal, menurutnya saat pertandingan berlangsung tidak ada perilaku profokasi yang dilakukan oleh anaknya.

Bahkan bukan cuma anaknya, Alfath mengungkapkan pelaku juga sempat meluncurkan aksinya ke sejumlah pemain lainnya.

Sejak aksi pemukulan itu terjadi hingga hari ini dirinya belum menerima permohonan maaf secara pribadi dari pelaku.

"Yang ada hanya dari sekolah ke anak saya, tapi itu hanya berupa foto surat yang dikirimkan oleh pihak sekolah terkait ke pengurus basket di sekolah kami," tuturnya.

Meski begitu, Alfath menerangkan dirinya belum mau untuk membawa pristiwa pemukulan ini ke jalur hukum, sebab dirinya hanya diminta untuk melakukan mediasi.

Alfath hanya berharap federasi dapat memberikan sanksi jera kepada pelaku, agar fenomena aksi pemukulan tidak lagi terjadi.

"Kalau tidak ada langkah yang membuat pelaku jera, maka ini bisa terjadi terulang oleh pelaku atau dtiru oleh orang lain," tandasnya.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved