Politikus PDIP Samakan Gibran dengan Dedi Mulyadi, Peneliti BRIN Sebut Video Monolog Buat Caper

Konten video monolog Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menuai beragam reaksi.

Gibran (Youtube Gibran TV), Dedi Mulyadi (Tribunnews.com/Igman Ibrahim)
GIBRAN DAN DEDI - Kolase foto Wapres Gibran Rakabuming monolog di video yang diunggahnya di Youtube @GibranTV, Sabtu (19/4/2025) dan Dedi Mulyadi dalam acara Gelaran Safari Budaya Kang Dedi Mulyadi (KDM) di Lapangan Garuda, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jumat (30/6/2023) malam. Monolog Gibran disebut-sebut menyamakan gaya Dedi Mulyadi yang rajin mengunggah kegiatannya ke media sosial. 

Dedi memang kerap merekam kegiatannya saat bertemu masyarakat. Videonya diunggah ke Youtube maupun media sosial seperti Instagram.

"Bikin video terus, enggak habis-habis. Nanti sama kaya Pak Dedi Mulyadi lagi," kata Deddy.

Peteliti BRIN: Gibran Caper

Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lili Romli, menilai Gibran sedang mencari perhatian alias caper kepada publik khususnya kaum muda.

Lili menyatakan, tindakan tersebut adalah hal yang wajar karena tindakan seorang pejabat politik seperti Gibran tentu sarat akan motif politik.

“Setiap pejabat politik, apalagi setingkat wapres, setiap tindakan dan ucapannya cenderung memiliki atau bermotif politik. Begitu juga publik cenderung akan menilai seperti itu, ada motif politik, tidak dalam ruang yang vakum,” ujar Lili saat dihubungi Kompas.com, Minggu (20/4/2025).

“Nah, tampaknya Wapres, melalui tim medianya, mencoba menarik perhatian publik, khususnya kalangan muda, dengan mengusung tema bonus demografi yang disampaikan secara monolog tersebut,” imbuh dia.

Menurut Lili, motif politik itu semakin kentara karena seorang wakil presiden umumnya hanya menunggu tugas yang diberikan presiden karena wakil presiden adalah pembantu presiden.

Format monolog dan editan yang ciamik bisa menyedot perhatian kaum muda dan terkonversi menjadi modal politik Gibran.

“Dengan disampaikan secara monolog, dengan tutur kata yang teratur dan sistematis, jika direspons positif oleh kalangan muda tentu bisa menyedot perhatian dan simpati. Ini bisa menjadi modal sosial dan politik untuk Wapres ke depan,” kata Lili.

Namun, Lili juga mewanti-wanti bahwa video monolog Gibran bisai menuai respons negatif jika hanya dianggap alat penictraan.

Terlebih, banyak publik menganggap cara berbicara Gibran secara langsung tidak sebagus yang ditampilkan dalam video monolog tersebut.

“Bisa jadi publik merespons negatif karena, seperti diketahui, bila berbicara secara langsung, tidak sebagus bicara secara monolog tersebut. Tentu kalau dianggap negatif, dianggap angin lalu saja, dianggap bagian dari pencitraan,” ungkap Lili.

Monolog Gibran

Dalam videonya, Gibran membicarakan bonus demografi di Indonesia dalam rentang waktu 2030-2045.

Banyaknya anak muda Indonesia tersebut membuat Gibran meminta agar momentum tersebut jangan dilewatkan.

"Indonesia akan mendapatkan puncak bonus demografi di tahun 2030 sampai tahun 2045. Sebuah kondisi yang terjadi hanya satu kali dalam sejarah peradaban sebuah bangsa," kata Gibran dalam video tersebut.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved